BAB I
PENDAHULUAN
A.     
Latar
Belakang
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan
yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung
dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan
pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. menurut
Dunkin dan Biddle (1974:38) proses pembelajaran berada dalam empat variabel
interaksi, yaitu variabel pertanda (berupa pendidik), variabel konteks berupa
peserta didik, variabel proses dan variabel produk berupa pengembangan peserta
didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka
keempatvariabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. 
B.      
Rumusan
Masalah
1.       
Bagaimana pengelolaan
pembelajaran?
2.       
Bagaimana pengelolaan lingkungan luar
kelas? 
C.     
Tujuan
1.       
Memahami bagaimana
pengelolaan pembelajaran
2.       
Mengetahui bagaimana pengelolaan lingkungan luar
kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.     
Pengelolaan
Pembelajaran
1.     
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran
Prinsip-prinsip pembelajaran ditujukan untuk mengaktifkan keterlibatan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Banyak cara dan jenis dalam
mengimplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta
didik dan pendidik, tujuan pembelajaran yang diharapkan serta situasi
lingkungan belajar dimana berlangsungnya pembelajaran.
Prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukan oleh Prof. Dr. Sri Anitah,
M.Pd. dalam Teknologi Pembelajaran (2009:18) memuat 12 (dua belas)
prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu:
Prinsip
pertama, yaitu
respon-respon baru diulang sebagai akibat respon tersebut. Apabila respon
positif (menyenangkan), maka respon tersebut akan memperkuat respon berikutnya
(reinforcement). Artinya, respon menyenangkan akan menyebabkan peserta didik
mengulang perbuatannya, sebaliknya respon tidak menyenangkan akan membuat
peserta didik menghindari perbuatan tersebut. 
Implikasi dalam pembelajaran antara lain (1) pemberian umpan balikan
atas keberhasilan respon, (2) reinforcement atau penguatan diberikan apabila
peserta didik aktif.
Prinsip
kedua, perilaku peserta didik tidak hanya dikontrol akibat
respon, tetapi juga pengaruh kondisi yang terdapat di lingkungan peserta didik
(tulisan, gambar, keteladanan guru, dsb). Implikasinya yaitu guru perlu
menyatakan tujuan pembelajaran yang jelas kepada peserta didik serta
relevansinya dengan kehidupan agar peserta didik terpacu dan giat belajar.
Prinsip
ketiga, perilaku yang
ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan berkurang frekuensinya bila tidak
diperkuat dengan akibat yang menyenangkan. Hal tersebut berhubungan dengan
reward terhadap keterampilan yang dikuasai peserta didik. Implikasinya yaitu
pemberian umpan balik yang menyenangkan atau penghargaan atas keberhasilan
peserta didik.
Prinsip
keempat, belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang
terbatas akan ditransfer pada situasi lain secara terbatas pula. Implikasi
dalam pembelajarannya adalah pemberian kegiatan belajar yang mengarah pada
kondisi nyata lingkungan hidup peserta didik di luar lingkungan kelas dan
diperkaya berbagai contoh. Penerapannya juga menggunakan berbagai metode dan
media secara bervariasi sehingga peserta didik mampu menerapkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam kehidupan.
Prinsip
kelima, belajar
menggeneralisasikan dan membedakan untuk dapat belajar sesuatu yang kompleks.
Implikasi dalam pembelajarannya yaitu menggunakan berbagai contoh baik positif
maupun negatif dalam mengajarkan pembelajaran perilaku.
Prinsip
keenam, status mental
peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan
ketekunan selama proses belajar. Implikasi dalam pembelajaran adalah pentingnya
menarik perhatian peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran. Hal-hal
yang perlu ditunjukkan guru dalam pembelajaran antara lain: (1) tujuan
pembelajaran, (2) bagaimana peserta didik menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan
sehari-hari, (3) bagaimana mengintegrasikan atau hubungan sesuatu yang
dipelajarinya dapat menambah atau melengkapi hal-hal yang dikuasai sebelumnya,
(4) kegiatan yang harus dilakukan agar peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran, (5) penilaian yang diberikan kepada peserta didik dan keuntungan
apabila mencapai tujuan.
Prinsip
ketujuh, kegiatan yang
dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk
penyelesaian tiap langkah, akan membantu sebagai besar peserta didik. Artinya,
materi pelajaran yang luas, dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
sehingga peserta didik dapat mempelajari secara bertahap. Implikasi dalam
pembelajaran adalah penggunaan buku teks terprogram dan guru menganalisis
pengalaman belajar menjadi kegiatan-kegiatan kecil disertai umpan balik
terhadap hasilnya.
Prinsip
kedelapan, kebutuhan
memecah materi pelajaran yang kompleks diwujudkan dalam suatu modul.
Implikasinya yaitu penggunaan media dan metode pembelajaran yang menggambarkan
materi yang kompleks kepada peserta didik, seperti model, film, program
televise, drama, dan sebagainya.
Prinsip
kesembilan, keterampilan tingkat tinggi terbentuk dari keterampilan
dasar yang lebih sederhana. Implikasinya dalam pembelajaran adalah (1)
merumuskan tujuan pembelajaran dalam kompetensi dasar dan indikator yang jelas,
(2) demonstrasi atau model yang digunakan sesuai dengan tujuan atau perilaku
kompleks yang diharapkan.
Prinsip
kesepuluh, belajar
cenderung lebih cepat apabila seseorang diberi informasi tentang kinerjanya dan
bagaimana cara meningkatkannya dengan lebih baik. Implikasinya antara lain: (1)
urutan pembelajaran dimulai dari hal-hal yang sederhana untuk menguasai materi
pembelajaran yang lebih kompleks dan (2) menginformasikan setiap kemajuan
peserta didik.
Prinsip
kesebelas, perkembangan
dan kecepatan belajar peserta didik bervariasi dan variasi penguasaan terhadap
pelajaran yang terdahulu mempunyai hubungan berarti. Implikasi terhadap
pembelajaran adalah memberikan penguasaan materi pelajaran prasyarat terlebih
dahulu sebelum mempelajari materi lebih lanjut dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk maju menurut kecepatannya masing-masing.
Prinsip
keduabelas, yaitu dengan
persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan
kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk
membuat respon yang benar. Implikasinya yaitu memberikan kemungkinan atau
kebebasan bagi peserta didik untuk memilih waktu, cara, dan sumber-sumber lain,
disamping yang telah ditetapkan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai
seorang guru, mesti mencari cara terbaik sekaligus benar untuk berkomunikasi
dengan  siswa. Terdapat beberapa prinsip
yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita dari tindakan Rasulullah dalam
menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap anak, yaitu:
a.      
Motivasi,
segala ucapan Rasulullah mempunyai
kekuatan yang dapat menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu
kegiatan mencapai tujuan. Kebutuhan akan pengakuan social mendorong seseorang
untuk melakukan berbagai upaya kegiatan social. Motivasi terbentuk
tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar individu. 
b.     
Fokus,
ucapannya ringkas, langsung pada inti
pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah
dipahami.
c.      
Pembicaraannya
tidak terlalu cepat sehingga dapat
memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.
d.     
Repetisi,
senantiasa melakukan tiga kali
pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat dan dihafal.
e.      
Analogi
langsung, seperti pada contoh perumpamaan orang
beriman dengan pohon kurma, sehingga dapat memberikan motivasi, hasrat ingin
tahu, memuji atau mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi
pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung atau tafakkur.
f.      
Memperhatikan keragaman anak, sehingga adapat
melahirkan pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas satu pemahaman saja, dan
dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa dihinggapi perasaan jemu.
g.     
Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu kognitif, emosional
dan kinetik.
h.     
Memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anak (aspek
psikologis/ilmu jiwa). Seperti ketika Nabi SAW mengusap bagian atas kepala
dan dada Abu Mahdzurah, sehingga Abu Mahdzurah berkata, hatiku dipenuhi iman
dan keyakinan.
i.       
Menumbuhkan kreativitas anak, dengan mengajukan
pertanyaan, kemudian mendapat jawaban dari anak yang diajak bicara. 
j.       
Berbaur
dengan anak-anak, masyarakat, dan
sebagainya tidak ekslusif/terpisah seperti makan bersama mereka, bermusyawarah
bersama mereka, dan berjuang bersama mereka.
k.     
Aplikasi;
Rasulullah langsung memberikan pekerjaan
kepada anak yang berbakat. Misalnya, setelah Abu Mahdzurah menjalani pelatihan
azan dengan sempurna yang kita sebut dengan ad-Daurah
at-Tarbiyah.
l.       
Doa,
setiap perbuatan diawali dan diakhiri
dengan menyebut asma Allah.
m.   
Teladan,
satu kata antara ucapan dan perbuatan
dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah.
2.     
Prosedur
Pembelajaran
Perekayasaan
proses pembelajaran dapat didesain oleh guru sedemikian rupa. Idealnya kegiatan
untuk siswa pandai harus berbeda dengan kegiatan untuk siswa sedang atau
kurang. Walaupun untuk memahami satu jenis konsep yang sama karena setiap siswa
mempunyai keunikan masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman terhadap
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tidak bisa diabaikan.
Pendekatan
dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan belajar
mengajar agama Islam. Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi
ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan
teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai
dengan metode dan pendekatan yang dipilih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pendekatan bersifat aksioamatis, metode bersifat procedural, dan teknik
bersifat operasional. 
a.      
Pendekatan
Titik
pendekatan yang selama ini berkembang adalah lebih pada naturalistic-positivistik yang mengacu pada koherensi kognitif
daripada bagaimana “perasaan beragama” menyentuh wilayah moral-praktis. 
Menurut
Tolkhah (2004) ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut
berkaitan dengan pembelajaran agama Islam, diantaranya : 
1)       
Pendekatan psikologis(psychological approach)
Pendekatan
ini perlu mempertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang meliputi
aspek rasional/intelektual, aspek emosional, dan aspek ingatan. Aspek rasional
mendorong manusia untuk berfikir ciptaan Tuhan di langit maupun di bumi. Aspek
emosional mendorong manusia untuk merasakan adanya Kekuasaan Tertinggi yang
gaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan. Sedangkan aspek ingatan
dan keinginan manusia didorong untuk difungsikan ke dalam kegiatan menghayati
dan mengamalkan nilai-nilai agama yang diturunkan-Nya. 
Seluruh
aspek dimensi manusia sejatinya dibangkitkan untuk dipergunakan semaksimal
mungkin bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 
2)       
Pendekatan
sosio-kultural (socio-cultural approach)
Suatu
pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu melainkan
juga sebagai makhluk social.-budaya yang memiliki berbagai potensi yang
signifikan bagi pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan system
budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Sedangkan
Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran Agama
Islam yang meliputi: 
1)       
Keimanan, memberikan
peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai
sumber kehidupan makhluk sejagat ini.
2)       
Pengalaman, memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan
hasil-hasil  pengamalan ibadah dan akhlak
dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.
3)       
Pembiasaan, memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang
sesuai dengan ajaran Islam dan buadaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.
4)       
Rasional, usaha
memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan
membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan
perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi. 
5)       
Emosinal, upaya
menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai
dengan ajaran agama, dan budaya bangsa.
6)       
Fungsional, menyajikan
bentuk semua standar materi (Al-Qur’an, Keimanan, Akhlak, Fiqih/Ibadah dan
Tarikh), dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
dalam arti luas sesuai dengan tingkat perkembangannya.
7)       
Keteladanan, yaitu
menjadikan figur guru agama dan non-agama serta petugas sekolah lainnya maupun
orangtua peserta didik, sebagai
cermin manusia berkeprobadian agama.
b.     
Metode
Proses
belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta
didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.
Metode
apapun yang digunakan oleh pendidik/guru dalam proses pembelajaran, yang perlu
diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM yaitu:
1)       
Berpusat kepada anak
didik (student oriented)
Guru harus memandang
anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama,
sekalipun mereka kembar. Satu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara
sama. Gaya belajar (learning style) anak
didik harus diperhatikan.
2)       
Belajar dengan
melakukan (learning by doing)
Supaya proses belajar
itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk
melakukan apa yang ingin dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman
nyata.
3)       
Mengembangkan kemampuan
social
Proses pembelajaran dan
pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai
sarana untuk berinteraksi social (learning
to live  together).
4)       
Mengembangkan
keingintahuan dan imajinasi
Proses pembelajaran dan
pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu
memompa daya imajinatif anak didik untuk berfikir kritis dan kreatif.
5)       
Mengembangkan
kreatifitas dan keterampiln memecahkan masalah
Proses pembelajaran dan
pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya
imajinasi anak untuk menemukan jawaban terhadap setiap masalah yang diahadapi
anak didik.
Berikut
ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
1)       
Metode Ceramah
Merupakan
satu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari
guru. Dalam bentuk penyampaiannya metode ceramah sangat sederhana dari mulai
pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi dan menyimpulkan. Ceramah yang baik
adalah ceramah bervariasi artinya ceramah yang dilengkapi dengan penggunaan
alat dan media serta adanya tambahan dialog interaktif atau diskusi.
Tujuan metode ceramah;
a)       
Menciptakan landasan
pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan peserta
didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil
ceramah.
b)       
Menyajikan garis-garis
besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran.
c)       
Merangsang peserta
didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan
belajar.
d)      
Memperkenalkan hal-hal
baru dan memberikan penjelasan secara gamblang.
e)       
Sebagai langkah awal
untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh
peserta didik.
2)       
Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik.
Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan membimbingnya dalam
mencapai kebenaran. Secara spesifik metode tanya jawab yaitu:
a)       
Mengecek dan mengetauhi
sampai sejauhmana kemampuan anak didik terhadap pelajaran yang dikuasainya
b)       
Memberi kesempatan
kepada anak didik untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah
yang belum dipahaminya
c)       
Memotivasi dan
menimbulkan kompetisi belajar
d)      
Melatih anak didik
untuk berfikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran yang
orisinil.
3)       
Metode Diskusi
Metode
ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok yang di dalamnya melibatkan
beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Metode secara
diskusi merupakan cara mengajar yang dalam pembahasan dan penyajian materinya
melalui suatu pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau
keputusan bersama.
Dalam
penggunaan metode ini bahan pelajaran harus dikemukakan dengan topik
permasalahan yang akan menstimulus siswa menyelesaikan permasalahan tersebut.
Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu dibentuk kelompok. Kelancaran suatu
diskusi ditentukan oleh modertor supaya semua siswa aktif berpendapat dan
seluruh pembicaraan mengarah pada kesimpulan bersama. Tugas guru dalam kegiatan
ini sebagai pembimbing, fasilitator, motivator supaya interaksi dan aktivitas
siswa dalam diskusi menjadi efektif. Tujuan metode diskusi:
a)       
Melatih peserta didik
mengembangkan ketrampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan
bahasa
b)       
Melatih dan membentuk
kestabilansosio-emosional 
c)       
Mengembangkan kemampuan
berfikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang
lebih positif
d)      
Mengembangkan
keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat
e)       
Mengembangkan sikap
terhadap isu-isu kontroversial
f)        
Melatih peserta didik
untuk benari berpendapat tentang suatu masalah 
4)       
Metode Pemecahan Masalah
(Problem Solving)
Metode
pemecahan masalah dalam pembelajaraan merupakan suatu upaya dan cara untuk
membelajarkan siswa efektif menggunakn metode ilmiah. Didarapkan melalui metode
ini siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan ilmiah yang dapat diterapkaan
pada aspek kehidupan sehari-hari. Cenderung pendekatan yang digunakan adalah
induktif sesuai dengan langkah-langkah dalam proses  pemecaahan masalah.
Metode
pemecahan masalah merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Metode ini sesuai jika digunakan pada siswa Sekolah Dasar di
kelas tinggi. Siswa belajar mulai dari hal-hal yang khusus sampai pada konsep
umum.
Prosedur
metode pemecahan masalah dapat dilakukan sebagai berikut:
a)       
Merumuskan dan
membatasi masalah. Masalah yang diambil dari kehidupan sehari-hari atau masalah
aktual biasanya lebih kompleks. Oleh karena itu, siswa harus merumuskan dahulu
menjadi masalah yang jelas dan membatasi masalah tersebut.
b)       
Merumuskan dengan pertanyaan.
Siswa dibawah bimbingan guru ditugaskan untuk membuat pertanyaan atau
merumuskan dugaan atas jaawaaban dari permasalahan, artinya dugaan tersebut
dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan.
c)       
Mengumpulkan data atau
mengolah data. Untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan. Data tersebut
dari buku, dokumen, atau informasi langsung dari sumbernya.
d)      
Membuktikan atau
menjawab pertanyaan. Data-data yaang diperoleh dikelompokkan atau diananlisis
atau diklarifikasi untuk menjawaab pertanyaan.
e)       
Merumuskan kesimpulan.
Hasil pembuktian tersebut dirumuskan menjadi alternatif jawaban atau pertanyaan
yang telah diajukan dapat berupa alternatif tindakan, upaya-upaya masaalah yang
dihadaapi.
5)       
Metode Kisah 
Pendidikan
dengan metode kisah yaitu dengan menjelaskan kisah para pejuang maupun kisah
para tokoh yang mampu diteladani. Pendidikan dengan metode ini dapat membuka
kesan medalam pada jiwa seseorang (anak didik), sehingga dapat merubah hati
nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari
perbuatan yang buruk sebagai dampak dari kisah-kisah itu, apa lagi penyampaian
kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara mneyentuh hati dan persaan orang. 
Menurut
Al-Nahwali dalam A. Tafsir (2004:140), metode kisah ini amat penting, karena:
a)       
Kisah selalu memikat
karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya,
merenungkan maknanya. Selajutnya makna-makna itu akan menimbulakan kesan dalam
hati pembaca atau pendengarnya.
b)       
Kisah qurani dan nabawi
dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteknya
yang menyeluruh. Karena tokoh cerita ditampilkan dalam kontek yang menyeluruh,
pembaca atau pendengarnya dapat atau merasakan kisah-kisah itu, seolah-olah ia
sendiri yang menjadi tokohnya.
c)       
Kisah Qurani dan Nabawi
mendidik rasa keimanan dengan cara:
(1)     
Membangkitkan berbagai
perasaan seperti kauf, rida dan cinta
(2)     
Mengarahkan seluruh
perasaan hingga bertumpuk pada suatu puncak yaitu kesimpulan kisah.
(3)     
Melibatkan pembaca atau
pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional
6)       
Metode Perumpamaan
Metode
perumpamaan (al-amtsal) adalah seuatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan
suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat digunakan
untuk mentasybihkan sesuatu (menggambarkan sesuatu dengan sesuatu lain yang
serupa), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional–abstrak dengan sesuatu
yang bisa diindera.
Al-Qur’an
sengaja memberikan pengertian-pengertian yang mengandung moral tinggi ini,
antara lain melalui metode perumpamaan agar manusia terpanggil untuk berfikir
mengenai hal itu, dan terkesan olehnya, dan selanjutnya mendorong manusia
tersebut melaksanakan dalam perbuatannya sehari-hari. Misalnya “Perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah SWT adalah seperti
laba-laba membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah
laba-laba, kalau mereka mengetahui” (QS. Al-Ankabut:41).
7)       
Metode pemahaman dan
penalaran (al-ma’rifah wa al nazhariyah)
Metode
ini dilakukan dengnan membangkitkan akal dan kemampuan berpikir anak didik
secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik
untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang
benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan
pikirannya dalam mendata dan menginventarisasi masalah, dengan cara
memilah-milah, membuang mana yang salah, meluruskan yang bengkok, dan mengambil
yang benar.
8)       
Metode Perintah Berbuat
Baik dan Saling Menasihati
Dengan
metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasihati
agar berlaku benar, serta meninggalkan yang salah, yang buruk, dan segala
perbuatan yang haram dan semisalnya. Pemberian nasihat/penyuluhan kepada anak
adalah sesuatu yang niscaya untuk menumbuhkan kesadaran dan menggugah perasaan
serta kemauan untuk mengamalkan apa yang dijarkan. Penyuluhan dapat diartikan
sebagai proses bimbingan kepada anak didik sebagai subjek individual dan social
yang perlu diaktualisasikan potensi dan kompetensinya secara maksimal.
Dalam
pemberian bimbingan ini pendidik harus memperhatikan: karakteristik anak didik
(kompetensi, potensi, minat, bakat, kecerdasan, dan sikapnya); dan kondisi
lingkungan anak didik (lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat);
kemungkinan-kemungkinan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki untuk pembinaan
perkembangan anak didik selanjutnya; dan kondisi fisik dan psikis anak didik
termasuk yang berkaitan dengan kesulitan-kesulitan emosional yang bisa
menghambat perkembangan anak didik. (Talkhah, 2004: 214).
Wujud
dari proses pemberian nasihat kepada anak didik di sekolah bisa bersifat:
a)       
Memelihara (preservative)
Yaitu
membantu memelihara dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga
anak didik dapat tumbuh berkembang secara optimal.
b)       
Mencegah (preventif)
Yaitu
membantu mencegah terjadinya tindakan anak didik yang kurang efektif dan
efisien.
c)       
Menyembuhkan (curative)
Yaitu membantu memperbaiki kekeliruan yang
telah terjadi
d)      
Merehabilitasi (rehabilitation)
Yaitu
menindaklanjuti setelah anak didik memperoleh bantuan dan bimbingan untuk
diusung ke arah yang baik
Pemberian
nasihat dapat dilakukan dengan:
a)       
Teguran secara langsung
Hal
ini dapat dicontoh dari Rasulullah yang memiliki ikatan emosional seorang
pendidik denga murid yang kuat. Beliau mampu berdialog dan meluruskan kesalahan
anak-anak. Selain itu Rasulullah memilih waktu yang tepat untuk memperbaiki
kesalahan yaitu ketika kesalahan itu dilakukan dan langsung menegurnya sebelum
kesalahan itu menjadi kebiasaan. Tegurlah dengan ucapan halus dan mengesankan.
b)       
Teguran Tidak Langsung
Mendidik
dengan cara tidak langsung dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukan orang
lain. Menegur dengan cara tidak langsung dapat memelihara perasaan murid dari
teman-temannya karena guru tidak menyebut siapa yang melakukan kesalahan. Murid
merasa tentram dan nyaman ketika guru meluruskan kesalahannya, sehingga murid
dapat menyiapkan mentalnya untuk memperbaiki kesalahannya. 
9)       
Metode Suri Teladan
Konsep keteladanan ini
sudah diberikan dengan cara Allah mengutus Nabi SAW untuk menjadi panutan yang
baik bagi umat Islam sepanjang sejarah dan bagi semua manusia di setiap masa
dan tempat. Guru harus memiliki sifat tertentu sebab guru ibarat naskah asli
yang hendak dikopi. Ahmad Syauqi berkata, “Jika guru berbuat salah sedikit
saja, akan lahirlah siswa-siswa yang lebih buruk baginya.” 
Uswah al-hasanah,
yaitu metode yang dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik.” Dengan adanya
teladan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk
meniru atau mengikutinya. Dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh
tingkah laku yang baik dalah hal apapun, maka hal itu merupakan suatu amaliah
yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak, maupun dalam
kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari. 
10)   
Metode Peringatan dan
Pemberian Motivasi
Seorang
anak harus memiliki motivasi yang kuat dalam pendidikan (menuntut ilmu)
sehingga pendidikan menjadi efektif. Memotivasi anak adalah suatu kegiatan
memberi doorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau perilaku
yang diharapkan oleh orang tua atau guru. Anak yang memiliki motivasi akan
memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya sendiri. Contoh memotivasi anak
adalah membuat senang hati anak, membantu agar anak terpancing melaksanakan
sesuatu, kelembutan, menyayangi dan mencintainya. 
Motivasi
adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu
kegiatan mencapai tujuan. Misalnya kebutuhan seseorang akan makanan menuntut
seseorang terdorong untuk bekerja. Desakan diartikan sebagai dorongan yang
diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan jasmani. Motif adalah dorongan yang
terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah. Kebutuhan merupakan
suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan
sesuatu yang diperlukan. Kondisi-kondisi yang mendorong individu untuk
melakukan suatu kegiatan disebut motivasi.
Setiap
kali seorang anak menunjukkan perilaku mulia atau perbuatan yang baik seyogyanya
ia memperoleh pujian. Jika suatu saat ia bersikap berlawanan dengan itu, maka
untuk kali pertama sebaiknya orang tua, guru berpura-pura tidak menngetahui,
agar tidak membuka rahasianya. Apalagi jika anak sendiri merahasiakannya. Apabila
ia mengulangi lagi perbuatannya maka sebaiknya ia ditegur secara rahasia dan
memberitahunya akibat buruk dari perbuatannya, katakan kepadanya, agar tidak
sekali-kali mengulangi hal seperti itu.
11)   
Metode Praktik
Metode
praktik dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan  materi pendidikan baik menggunakan alat atau
benda seraya diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan gamblang
sekaligus dapat mempraktikkan materi yang dimaksud.
Sesungguhnya
memberi pengalaman praktis berarti memberi masukkan wawasan dan ilmu
pengetahuan. Dengan pengalaman-pengalaman praktis seperti itulah wawasan anak
menjadi luas dan terbuka.
12)   
Metode Deduktif
Adalah
cara menyajikan nilai-nilai kebenaran dengan jalan menguraikan konsep-konsep
tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik. Metode ini bertolak
dari kebenaran teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai baik, selanjutnya
ditarik beberapa contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
atau ditarik ke dalam nilai-nilai lain yang lebih khusus atau sempit ruang
lingkupnya.
13)   
Metode Induktif
Merupakan
kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai-nilai dimulai
dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian di tarik
kesimpulan maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada
dalam kehidupan tersebut.
14)   
Metode Reflektif
Merupakan
gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan
nilaidengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang
nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus-kasus kehidupan
sehari-hari, atau dari melihatnya kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada
konsep teoritiknya yang umum.
Tiga
tujuan moral dalam pembelajaran harus mengarah kepada pengembangan kecakapan
kognitif, emosional (afektif), dan kinetic (psikomotor). Untuk itu
metode-metode yang telah disampaikan perlu kombinasi agar
kompetensi-komnpetensi yang ingin dicapai dapat terpenuhi. Karena tidak ada
satu pun metode yang diunggulkan melainkan dikombinasikan agar menghasilkan
proses pembelajaran yang optimal dan tercapainya tujuan pendidikan yang ingin
dicapai.
c.      
Media Pembelajaran
Media
pembelajaran adalah Segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan sehingga subjek
didik terangsang fisik, intelektualitas, emosi, sosial, psikologi, sikap
sehingga timbul perhatian/minat dan menjadikan mereka belajar. 
Jenis-Jenis
Media Pembelajaran yaitu :
1)       
Media Grafis
Media Grafis adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan
secara cepat, jelas, kuat, terpadu, ringkas, dan menarik yang diungkapkan
melalui kata-kata dan gambar-gambar. Macam-macam Media grafis yaitu: 
a)       
Bagan : bagan bertahap, flip chart, hidden chart, bagan organisasi, bagan
bergambar, bagan pohon, bagan terurai, bagan tembus pandang, bagan petunjuk,
bagan arus, bagan garis, ritatoon.
b)       
Grafik : misalnya menggambarkan grafik laju pertumbuhan jumlah siswa baru dalam
suatu sekolah setiap tahunnya. Macam-macam grafik meliputi grafik batang,
grafik garis, grafik wilayah, grafik lingkaran, dan grafik gambar. 
c)       
Diagram : diagram penampang daun, diagram penampang kulit
manusia, dsb. 
d)       
Gambar/Foto dapat berupa gambar bencana tsunami, gambar
buah-buahan, dll.
e)       
Kartun berupa gambar yang menarik perhatian siswa dan lucu, misalnya untuk mapel
SBK bergambar anak-anak yang sedang bermain musik dengan senang. Dan mempunyai
arti tersirat bahwa bermain musik itu menyenangkan.
f)        
Karikatur berupa kartun dengan sindiran-sindiran yang
dilebih-lebihkan berupa humor. Misalnya karikatur tentang pejabat yang korupsi,
dll
g)       
Poster berupa slogan yang ringkas dan jitu. Misalnya poster pendidikan, poster
penerangan, poster kegiatan, dan poster niaga.
h)       
Peta berupa gambar yang menyederhanakan bentuk permukaan dari ukuran yang
sebenarnya hingga diperkecil dengan ukuran skala. Misalnya peta buta dan peta
timbul.
i)         
Papan meliputi papan magnet,  papan
peraga, papan flanel, papan tempel, papan tali, dan papan selip.
2)       
Media Tiga Dimensi
Jenis-Jenis media tiga
dimensi yaitu: 
a)       
Rotatoon berupa rangkaian gambar terkait satu sama lainnya
dan disajikan secara memutar dari cerita satu ke cerita lainnya.
b)       
Mock-up berupa benda tiruan dari benda nyata. Misalnya truk
dengan kayu, mesin ATM. 
c)       
Model meliputi model tiruan, model susun, dan model kerja.
d)       Rod puppet : berupa boneka panggung yang digerakkan untuk memperagakan atau
menceritakan objek bahasan.
e)       
Bumbung subtitusi berupa bumbung panjang yang dapat diputar. Misalnya
untuk pelajaran matematika dalam penjumlahan.
f)        
Kubus struktur berupa kubus yang tebuat dari kayu atau karton.
Misalnya kubus yang sisinya ditempel angka atau huruf.
g)       
Penggunaan benda nyata, misalnya buku asli, pensil, bulpoin, dan penghapus.
h)       
Specimen berupa bagian atau pecahan dari benda yang sebenarnya (atau contoh),
misalnya pecahan gelas, daun, atau contoh uang.
3)       
Audio
Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Bahasa audio = perpaduan elemen suara, bunyi, dan musik (bahasa puitis,
suara nyaring, suara merdu). Jenis-jenis audio meliputi: 
a)       
Dialog berupa percakapan dua pihak tentang suatu masalah.
b)       
Wawancara berupa percakapan antara dua pihak yang berbeda
kedudukannya.
c)       
Dokumenter berupa berita mengenai peristiwa yang sesungguhnya
terjadi.
d)       Narasi berupa
uraian topik permasalahan dengan sederhana, kata-kata yang akrab, dan mudah
dimengerti.
e)       
Berita berupa sejumlah kesaksian mata, ringkasan pidato, laporan kejadian,
komentar, pembicaraan pendek, dan wawancara.
f)        
Drama berupa sandiwara dengan konflik kejiwaan/ pertentangan dalam kehidupan
d.     
Teknik 
Proses
kegiatan belajar mengajar tidaklah berdiri sendiri melainkan terkait dengan
komponen materi dan waktu. Langkah pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh guru dan siswa secara berurutan sehingga cocok dengan
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Berbagai metode yang dikemukakan di atas
selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur
pembelajarannya.
Teknik
pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kecakapan kognitif banyak
sekali. Diantaranya dengan teknik “sorogan” pada saat menghafalkan materi yang
diberikan. Lalu dengan teknik “Mnmonic” yaitu dengan menghafal bagian-bagian
awal huruf atau suku kata dari beberapa poin-poin yang harus dihafal. Selain
itu dapat pula dengan menggunakan “perumpamaan” dalam bercerita ketika
menghapal nama-nama dalam materi yang diberikan.
Teknik
pembelajaran yang berorientasi  pada
psikomotor diantaranya: drill dan practice, berlatih dan mempraktekannya secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Teknik
pembelajaran yang berorientasi pada nilai (afektif) ada bermacam-macam,
diantaranya ialah:
1)       
Teknik Moral Reasoning
Tahap-tahapnya adalah:
a)       
Mengahapkan siswa pada
masalah yang kontradiktif, baik yang sederhana maupun kompleks.
b)       
Pembagian kelompok
diskusi
c)       
Melakukan klarifikasi
nilai atau konfirmasi. 
d)      
Siswa mengorganisasikan
nilai-nilai yang telah diklarifikasi pada diri masing-masing.
2)       
Teknik Meramalkan
Konsekuensi
Langkahnya yaitu:
a)       
Siswa diberi
permaslahan melalui cerita, film, Koran, dsb. 
b)       
Siswa diberi pertanyaan
mengenai nialai-nilai yang mereka lihat, ketahuai, dan rasakan. 
c)       
Meramalkan konsekuensi
yang akan terjadi jika memilih salah satu opsi pemecahan masalah. 
3)       
Teknik Klarifikasi 
Teknik ini dapat
ditempuh dengan tiga tahap: 
a)       
Guru memberikan contoh
secara langsung
b)       
Siswa mengenal
kelebihan dan kekurangan nilai yang dicontohkan oleh guru. 
c)       
Mengorganisasikan tata
nilai pada diri siswa dengan menjadikan nilai tersebut sebagai pribadinya.         
e.      
Pengelolaan Pembelajaran
Proses pembelajaran  mencakup
empat variabel di dalamnya yaitu pendidik, peserta didik, variabel proses dan
variabel produk. Keempat variabel tersebut perlu dikelola dengan menggunakan
prosedur-prosedur pembelajaran seperti pendekatan, model, metode, teknik maupun
taktik yang tepat bersama dengan pengelolaan manajemen kelasnya agar mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Penggunaan model dan metode sebaiknya dapat berkorelasi
positif  utamanya dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai serta didukung oleh pengelolaan pembelajaran
serta manajemen kelas yang baik. Salah satu penerapan yang kentara tentang
pengelolaan pembelajaran dan manajemen kelas yang baik yaitu tertuang pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terutama pada kegiatan inti atau
elaborasi, dengan kata lain sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan
pembelajaran yang meliputi penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan
interaksi pembelajaran, penilaian prestasi belajar dan pelaksanaan tindak
lanjut penilaian. 
Keterampilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran
tidak hanya tertuang dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode
pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik akan dipengaruhi pula oleh
iklim belajar yang kondusif atau maksimal berkaitan dengan pengaturan orang
(siswa) dan barang.
Guna mencapai kesesuaian hubungan antara prosedur
pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, dan manajemen kelas maka guru perlu
merancang aktivitas pembelajaran meliputi pengaturan siswa, pengelolaan kelas,
pengaturan tempat duduk, dan sebagainya. Pengelolaan kelas dapat berupa
kegiatan pengecekan kehadiran siswa, pengumpulan hasil pekerjaan siswa,
pencatatan data, pengumpulan informasi, dan sebagainya. Hal-hal tersebut
haruslah sinkron dengan pendekatan, model, metode yang digunakan pada rancangan
pembuatan RPP. Misalnya pada penerapan metode tanya jawab, agaknya kurang
efektif apabila siswa ditempatkan pada posisi duduk klasikal dengan guru di
depan kelas, siswa duduk menghadap guru. Melalui pengaturan tempat duduk seperti
formasi tapal kuda misalnya, maka proses tanya jawab guru dan siswa akan lebih
mudah, terlebih lagi untuk melakukan konsultasi.
Pendekatan merupakan suatu cara pandang terhadap sesuatu.
Terdapat pendekatan psikologi, pendekatan sosio-kultural, pendekatan siswa (student centered), dan sebagainya.  Model adalah suatu kerangka berpikir yang
dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Strategi pembelajaran adalah urutan langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran
adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran. Sedangkan teknik
adalah cara-cara khusus yang diterapkan oleh guru dalam penyampaian
pembelajaran.
Berikut beberapa contoh  model
dan metode pembelajaran yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran dan
manajemen kelas:
a.       
Model belajar kolaboratif (Collaborative Learning)
          Prinsip
pokok pembelajaran kolaboratif adalah adanya kerjasama 2 orang atau lebih,
kegiatannya dapat meliputi pemecahan masalah bersama, pencapaian tujuan
tertentu dan adanya ketergantungan positif. Bentuk-bentuk belajar kolaboratif
antara lain Student Achievement Divisions
(STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, dan sebagainya.
Berdasarkan
uraian mengenai pembelajaran kolaboratif, maka guru perlu merancang
pembelajaran dengan materi yang bersifat kelompok dan pemecahan masalah serta
pembentukan kelompok siswa. Adapun beberapa pengaturan tempat duduk yang sesuai
dengan pembelajaran kolaboratif antara lain meja tapal kuda, siswa berkelompok
di ujung meja, penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan, meja panjang, meja kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan, meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja, dan
sebagainya.
Adapun metode pembelajaran yang sesuai dengan pengaturan
kelompok siswa dan tempat duduk tersebut yaitu metode yaitu metode tanya jawab
(karena untuk memudahkan interaksi tanya jawab dan saling berkonsultasi),
metode diskusi, dan metode kerja kelompok.
b.       
Model belajar Quantum
Learning
          Prinsip pokok pembelajaran quantum adalah sugesti dapat
mempengaruhi situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti
positif atau negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti
positif yaitu mendudukkan peserta didik secara nyaman, memasang musik latar di
dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster untuk
memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan sebagainya.
          Lebih
lanjur, lingkungan yang mendukung model pembelajaran quantum yaitu pengaturan
tempat duduk peserta didik memiliki peran penting dalam proses pembelajaran.
Peserta didik diberi kebebasan untuk mengatur posisi tempat duduk sehingga
proses interaksi dapat berjalan dengan baik, kemudian juga tumbuhan, aroma dan
unsur organik lainnya, dapat memperkaya kesegaran ruangan kelas. Dengan
demikian untuk beberapa pengaturan tempat duduk dapat digunakan melalui model
pembelajaran quantum, baik melingkar, bentuk U, zigzag, dan sebagainya, asalkan
peserta didik nyaman, bahkan bila perlu berada di luar kelas atau lingkungan. Pengaturan
tempat duduk dan lokasi belajar tersebut dapat diterapkan pada metode karya
wisata.
c.        
Model belajar Contextual
Teaching and Learning (CTL)
          Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan akademiknya dalam berbagai lingkungan baik di dalam maupun di
luar kelas untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan maupun yang
terjadi di dunia nyata. 
          CTL
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Sehingga
pengaturan tempat belajar tidak harus di dalam kelas, bahkan dapat menggunakan
tikar  atau lesehan. Siswa mengamati apa
yang ada di lingkungan sekitar sekaligus mengkaitkan dengan materi yang dibahas.
f.      
Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan pendekatan, model, teknik dan media
1)       
Sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
2)       
Sesuai dengan materi
pembelajaran yang diajarkan.
3)       
Sesuai dengan
perkembangan siswa.
B.       Pengelolaan Lingkungan Luar Kelas
Lingkungan Sekolah yang kondusif sangat diperlukan
agar tercipta proses pembelajaran yang bermutu. Pemberian pengetahuan dan
pembentukan kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat dirasa sangat
efektif ketika dilakukan pada siswa  sejak di bangku sekolah dasar.
Diharapkan ketika berada di luar lingkungan sekolah, mampu
menerapkan hidup bersih dan sehat seperti saat di sekolahnya.
Pengolahan lingkungan di luar sekolah dapat dilakukan
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam pengelolaan air,
sampah, energi dan halaman yang ada disekitar sekolah.
2.        
Pengelolaan Air di Sekolah
Air bersih sangat berpengaruh dalam lingkungan
sekolah, terutama kepada anak Sekolah Dasar yang sering ke luar masuk kamar
mandi. Ketersediaan air bersih disekolah sangat diperlukan dalam jumlah yang
relatif banyak mengingat jumlah warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru,
dan karyawan dapat mencapai ratusan orang. Air disekolah adalah untuk minum,
membersihkan lantai, membersihkan WC, mencuci peralatan laboratorium dan
menyiram tanaman.
3.        
 Pengelolaan Sampah di Sekolah
Pada prinsipnya semakin sedikit dan semakin dekat
sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan semakin mudah dan
baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit. Untuk
menciptakan suatu kondisi sekolah yang sehat, sekolah harus memenuhi kriteria,
antara lain kebersihan dan ventilasi ruangan, kebersihan kantin, WC, kamar
mandi, tempat cuci tangan, melaksanakan pelayanan kesehatan, pendidikan
kesehatan, bimbingan konseling dan manajemen peran serta masyarakat.
4.        
Pengelolaan Energi di Sekolah
Penggunaan energi disekolah biasanya untuk menerangi
ruangan-ruangan, menyalakan barang-barang eletronik seperti komputer dan media
pembelajaran, mengalirkan pompa air dll.
5.        
Pengelolaan Halaman Sekolah
Sekolah sebagai tempat belajar perlu memiliki
lingkungan yang bersih dan sehat agar tercipta suasana belajar yang nyaman.
Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak hanya di dalam kelas tetapi juga
diluar kelas, seperti di halaman. Halaman sekolah selain di tata keindahannya,
juga perlu memperhatikan persyaratan kesehatan. Halaman sekolah yang tidak
sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman bagi semua warga sekolah.
BAB III
KESIMPULAN
A.      Kesimpulan
Dalam pengelolaan pembelajaran hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang bersifat umum maupun yang
bersifat spiritual. Prinsip pembelajaran secara umum yaitu seperti yang
diungkapkan oleh Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd yang meliputi 12 prinsip
pembelajaran sedangkan prinsif bersifat spiritual dapat dicontoh dari
Rasulullah yang meliputi motivasi, focus, repetisi, doa, teladan, dan
lain-lain.
Selain itu, dalam pengelolaan pembelajaran perlu
memperhatikan prosedur pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, teknik,
media, dan model pembelajaran. Pendekatan pembelajaran meliputi pendekatan
psikologis dan sosio kultural. Metode yang dikembangkan dari pendekatan
tersebut yaitu metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, metode
kisah, nasihat, suri teladan, dan lain-lain. Metode
apapun yang digunakan oleh pendidik/guru dalam proses pembelajaran, yang perlu
diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM.
Jenis-jenis
media pembelajaran yaitu meliputi media grafis, tiga dimensi, dan audio.
Sedangkan macam macam teknik pembelajaran yaitu: teknik pembelajaran yang
berorientasi pada pengembangan kecakapan kognitif diantaranya dengan teknik
sorogan, perumpamaan; teknik pembelajaran yang berorientasi  pada psikomotor diantaranya: drill, practice,
berlatih dan praktik; dan teknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai
afektif diantaranya: teknik moral reasoning, teknik meramalkan konsekuensi, teknik
klarifikasi.
Macam-macam
model pembelajaran misalnya model pembelajaran kolaboratif, CTL, dan Quantum
Learning. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan pendekatan, model, teknik dan media
yaitu: sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, sesuai dengan materi
pembelajaran yang diajarkan, sesuai dengan perkembangan siswa. Selain
pengelolaan dalam pembelajaran, lingkungan luar kelas juga perlu diperhatikan
misalnya pengelolaan air, sampah, energy, dan halaman.
B.       Saran
Bagi seorang guru dan calon guru, ada baiknya
mempelajari pengelolaan pembelajaran yang berpedoman pada prinsip-prinsip
pembelajaran. Selain itu juga hendaknya memperhatikan berbagai pendekatan,
metode, teknik, media, dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, materi pembelajaran yang diajarkan, dan
perkembangan siswa  agar dapat menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif bagi siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, lingkungan di luar kelas seperti air,
energy, halaman, dan sampah perlu dikelola dengan baik agar suasana
pembelajaran nyaman.
akhirnyaa ku menemukanmuu, melaannn :p
BalasHapus