Kamis, 11 Oktober 2012

Pengelolaan Pembelajaran & Lingkungan Luar kelas


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. menurut Dunkin dan Biddle (1974:38) proses pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu variabel pertanda (berupa pendidik), variabel konteks berupa peserta didik, variabel proses dan variabel produk berupa pengembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempatvariabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik.


B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana pengelolaan pembelajaran?
2.        Bagaimana pengelolaan lingkungan luar kelas?

C.      Tujuan
1.        Memahami bagaimana pengelolaan pembelajaran
2.        Mengetahui bagaimana pengelolaan lingkungan luar kelas





BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengelolaan Pembelajaran
1.      Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip pembelajaran ditujukan untuk mengaktifkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Banyak cara dan jenis dalam mengimplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik dan pendidik, tujuan pembelajaran yang diharapkan serta situasi lingkungan belajar dimana berlangsungnya pembelajaran.
Prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukan oleh Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd. dalam Teknologi Pembelajaran (2009:18) memuat 12 (dua belas) prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu:
Prinsip pertama, yaitu respon-respon baru diulang sebagai akibat respon tersebut. Apabila respon positif (menyenangkan), maka respon tersebut akan memperkuat respon berikutnya (reinforcement). Artinya, respon menyenangkan akan menyebabkan peserta didik mengulang perbuatannya, sebaliknya respon tidak menyenangkan akan membuat peserta didik menghindari perbuatan tersebut.  Implikasi dalam pembelajaran antara lain (1) pemberian umpan balikan atas keberhasilan respon, (2) reinforcement atau penguatan diberikan apabila peserta didik aktif.


Prinsip kedua, perilaku peserta didik tidak hanya dikontrol akibat respon, tetapi juga pengaruh kondisi yang terdapat di lingkungan peserta didik (tulisan, gambar, keteladanan guru, dsb). Implikasinya yaitu guru perlu menyatakan tujuan pembelajaran yang jelas kepada peserta didik serta relevansinya dengan kehidupan agar peserta didik terpacu dan giat belajar.
Prinsip ketiga, perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan. Hal tersebut berhubungan dengan reward terhadap keterampilan yang dikuasai peserta didik. Implikasinya yaitu pemberian umpan balik yang menyenangkan atau penghargaan atas keberhasilan peserta didik.
Prinsip keempat, belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer pada situasi lain secara terbatas pula. Implikasi dalam pembelajarannya adalah pemberian kegiatan belajar yang mengarah pada kondisi nyata lingkungan hidup peserta didik di luar lingkungan kelas dan diperkaya berbagai contoh. Penerapannya juga menggunakan berbagai metode dan media secara bervariasi sehingga peserta didik mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupan.
Prinsip kelima, belajar menggeneralisasikan dan membedakan untuk dapat belajar sesuatu yang kompleks. Implikasi dalam pembelajarannya yaitu menggunakan berbagai contoh baik positif maupun negatif dalam mengajarkan pembelajaran perilaku.
Prinsip keenam, status mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan selama proses belajar. Implikasi dalam pembelajaran adalah pentingnya menarik perhatian peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran. Hal-hal yang perlu ditunjukkan guru dalam pembelajaran antara lain: (1) tujuan pembelajaran, (2) bagaimana peserta didik menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, (3) bagaimana mengintegrasikan atau hubungan sesuatu yang dipelajarinya dapat menambah atau melengkapi hal-hal yang dikuasai sebelumnya, (4) kegiatan yang harus dilakukan agar peserta didik mencapai tujuan pembelajaran, (5) penilaian yang diberikan kepada peserta didik dan keuntungan apabila mencapai tujuan.
Prinsip ketujuh, kegiatan yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian tiap langkah, akan membantu sebagai besar peserta didik. Artinya, materi pelajaran yang luas, dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga peserta didik dapat mempelajari secara bertahap. Implikasi dalam pembelajaran adalah penggunaan buku teks terprogram dan guru menganalisis pengalaman belajar menjadi kegiatan-kegiatan kecil disertai umpan balik terhadap hasilnya.
Prinsip kedelapan, kebutuhan memecah materi pelajaran yang kompleks diwujudkan dalam suatu modul. Implikasinya yaitu penggunaan media dan metode pembelajaran yang menggambarkan materi yang kompleks kepada peserta didik, seperti model, film, program televise, drama, dan sebagainya.
Prinsip kesembilan, keterampilan tingkat tinggi terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana. Implikasinya dalam pembelajaran adalah (1) merumuskan tujuan pembelajaran dalam kompetensi dasar dan indikator yang jelas, (2) demonstrasi atau model yang digunakan sesuai dengan tujuan atau perilaku kompleks yang diharapkan.
Prinsip kesepuluh, belajar cenderung lebih cepat apabila seseorang diberi informasi tentang kinerjanya dan bagaimana cara meningkatkannya dengan lebih baik. Implikasinya antara lain: (1) urutan pembelajaran dimulai dari hal-hal yang sederhana untuk menguasai materi pembelajaran yang lebih kompleks dan (2) menginformasikan setiap kemajuan peserta didik.
Prinsip kesebelas, perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik bervariasi dan variasi penguasaan terhadap pelajaran yang terdahulu mempunyai hubungan berarti. Implikasi terhadap pembelajaran adalah memberikan penguasaan materi pelajaran prasyarat terlebih dahulu sebelum mempelajari materi lebih lanjut dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk maju menurut kecepatannya masing-masing.
Prinsip keduabelas, yaitu dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Implikasinya yaitu memberikan kemungkinan atau kebebasan bagi peserta didik untuk memilih waktu, cara, dan sumber-sumber lain, disamping yang telah ditetapkan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai seorang guru, mesti mencari cara terbaik sekaligus benar untuk berkomunikasi dengan  siswa. Terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita dari tindakan Rasulullah dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap anak, yaitu:
a.       Motivasi, segala ucapan Rasulullah mempunyai kekuatan yang dapat menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Kebutuhan akan pengakuan social mendorong seseorang untuk melakukan berbagai upaya kegiatan social. Motivasi terbentuk tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar individu.
b.      Fokus, ucapannya ringkas, langsung pada inti pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami.
c.       Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.
d.      Repetisi, senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat dan dihafal.
e.       Analogi langsung, seperti pada contoh perumpamaan orang beriman dengan pohon kurma, sehingga dapat memberikan motivasi, hasrat ingin tahu, memuji atau mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung atau tafakkur.
f.       Memperhatikan keragaman anak, sehingga adapat melahirkan pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas satu pemahaman saja, dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa dihinggapi perasaan jemu.
g.      Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu kognitif, emosional dan kinetik.
h.      Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak (aspek psikologis/ilmu jiwa). Seperti ketika Nabi SAW mengusap bagian atas kepala dan dada Abu Mahdzurah, sehingga Abu Mahdzurah berkata, hatiku dipenuhi iman dan keyakinan.
i.        Menumbuhkan kreativitas anak, dengan mengajukan pertanyaan, kemudian mendapat jawaban dari anak yang diajak bicara.
j.        Berbaur dengan anak-anak, masyarakat, dan sebagainya tidak ekslusif/terpisah seperti makan bersama mereka, bermusyawarah bersama mereka, dan berjuang bersama mereka.
k.      Aplikasi; Rasulullah langsung memberikan pekerjaan kepada anak yang berbakat. Misalnya, setelah Abu Mahdzurah menjalani pelatihan azan dengan sempurna yang kita sebut dengan ad-Daurah at-Tarbiyah.
l.        Doa, setiap perbuatan diawali dan diakhiri dengan menyebut asma Allah.
m.    Teladan, satu kata antara ucapan dan perbuatan dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah.

2.      Prosedur Pembelajaran
Perekayasaan proses pembelajaran dapat didesain oleh guru sedemikian rupa. Idealnya kegiatan untuk siswa pandai harus berbeda dengan kegiatan untuk siswa sedang atau kurang. Walaupun untuk memahami satu jenis konsep yang sama karena setiap siswa mempunyai keunikan masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman terhadap pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tidak bisa diabaikan.
Pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama Islam. Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan bersifat aksioamatis, metode bersifat procedural, dan teknik bersifat operasional.
a.       Pendekatan
Titik pendekatan yang selama ini berkembang adalah lebih pada naturalistic-positivistik yang mengacu pada koherensi kognitif daripada bagaimana “perasaan beragama” menyentuh wilayah moral-praktis.
Menurut Tolkhah (2004) ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran agama Islam, diantaranya :
1)        Pendekatan psikologis(psychological approach)
Pendekatan ini perlu mempertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang meliputi aspek rasional/intelektual, aspek emosional, dan aspek ingatan. Aspek rasional mendorong manusia untuk berfikir ciptaan Tuhan di langit maupun di bumi. Aspek emosional mendorong manusia untuk merasakan adanya Kekuasaan Tertinggi yang gaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan. Sedangkan aspek ingatan dan keinginan manusia didorong untuk difungsikan ke dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang diturunkan-Nya.
Seluruh aspek dimensi manusia sejatinya dibangkitkan untuk dipergunakan semaksimal mungkin bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2)        Pendekatan sosio-kultural (socio-cultural approach)
Suatu pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga sebagai makhluk social.-budaya yang memiliki berbagai potensi yang signifikan bagi pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan system budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Sedangkan Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran Agama Islam yang meliputi:
1)        Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini.
2)        Pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil  pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.
3)        Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan buadaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.
4)        Rasional, usaha memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.
5)        Emosinal, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama, dan budaya bangsa.
6)        Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (Al-Qur’an, Keimanan, Akhlak, Fiqih/Ibadah dan Tarikh), dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas sesuai dengan tingkat perkembangannya.
7)        Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan non-agama serta petugas sekolah lainnya maupun orangtua peserta didik, sebagai cermin manusia berkeprobadian agama.
b.      Metode
Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.
Metode apapun yang digunakan oleh pendidik/guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM yaitu:
1)        Berpusat kepada anak didik (student oriented)
Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Satu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.
2)        Belajar dengan melakukan (learning by doing)
Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang ingin dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
3)        Mengembangkan kemampuan social
Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi social (learning to live  together).
4)        Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk berfikir kritis dan kreatif.
5)        Mengembangkan kreatifitas dan keterampiln memecahkan masalah
Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban terhadap setiap masalah yang diahadapi anak didik.
Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
1)        Metode Ceramah
Merupakan satu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru. Dalam bentuk penyampaiannya metode ceramah sangat sederhana dari mulai pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi dan menyimpulkan. Ceramah yang baik adalah ceramah bervariasi artinya ceramah yang dilengkapi dengan penggunaan alat dan media serta adanya tambahan dialog interaktif atau diskusi.
Tujuan metode ceramah;
a)        Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah.
b)        Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran.
c)        Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar.
d)       Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang.
e)        Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik.
2)        Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran. Secara spesifik metode tanya jawab yaitu:
a)        Mengecek dan mengetauhi sampai sejauhmana kemampuan anak didik terhadap pelajaran yang dikuasainya
b)        Memberi kesempatan kepada anak didik untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah yang belum dipahaminya
c)        Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar
d)       Melatih anak didik untuk berfikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran yang orisinil.
3)        Metode Diskusi
Metode ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok yang di dalamnya melibatkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Metode secara diskusi merupakan cara mengajar yang dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan bersama.
Dalam penggunaan metode ini bahan pelajaran harus dikemukakan dengan topik permasalahan yang akan menstimulus siswa menyelesaikan permasalahan tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu dibentuk kelompok. Kelancaran suatu diskusi ditentukan oleh modertor supaya semua siswa aktif berpendapat dan seluruh pembicaraan mengarah pada kesimpulan bersama. Tugas guru dalam kegiatan ini sebagai pembimbing, fasilitator, motivator supaya interaksi dan aktivitas siswa dalam diskusi menjadi efektif. Tujuan metode diskusi:
a)        Melatih peserta didik mengembangkan ketrampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasa
b)        Melatih dan membentuk kestabilansosio-emosional
c)        Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif
d)       Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat
e)        Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial
f)         Melatih peserta didik untuk benari berpendapat tentang suatu masalah
4)        Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah dalam pembelajaraan merupakan suatu upaya dan cara untuk membelajarkan siswa efektif menggunakn metode ilmiah. Didarapkan melalui metode ini siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan ilmiah yang dapat diterapkaan pada aspek kehidupan sehari-hari. Cenderung pendekatan yang digunakan adalah induktif sesuai dengan langkah-langkah dalam proses  pemecaahan masalah.
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini sesuai jika digunakan pada siswa Sekolah Dasar di kelas tinggi. Siswa belajar mulai dari hal-hal yang khusus sampai pada konsep umum.
Prosedur metode pemecahan masalah dapat dilakukan sebagai berikut:
a)        Merumuskan dan membatasi masalah. Masalah yang diambil dari kehidupan sehari-hari atau masalah aktual biasanya lebih kompleks. Oleh karena itu, siswa harus merumuskan dahulu menjadi masalah yang jelas dan membatasi masalah tersebut.
b)        Merumuskan dengan pertanyaan. Siswa dibawah bimbingan guru ditugaskan untuk membuat pertanyaan atau merumuskan dugaan atas jaawaaban dari permasalahan, artinya dugaan tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan.
c)        Mengumpulkan data atau mengolah data. Untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan. Data tersebut dari buku, dokumen, atau informasi langsung dari sumbernya.
d)       Membuktikan atau menjawab pertanyaan. Data-data yaang diperoleh dikelompokkan atau diananlisis atau diklarifikasi untuk menjawaab pertanyaan.
e)        Merumuskan kesimpulan. Hasil pembuktian tersebut dirumuskan menjadi alternatif jawaban atau pertanyaan yang telah diajukan dapat berupa alternatif tindakan, upaya-upaya masaalah yang dihadaapi.
5)        Metode Kisah
Pendidikan dengan metode kisah yaitu dengan menjelaskan kisah para pejuang maupun kisah para tokoh yang mampu diteladani. Pendidikan dengan metode ini dapat membuka kesan medalam pada jiwa seseorang (anak didik), sehingga dapat merubah hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang buruk sebagai dampak dari kisah-kisah itu, apa lagi penyampaian kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara mneyentuh hati dan persaan orang.
Menurut Al-Nahwali dalam A. Tafsir (2004:140), metode kisah ini amat penting, karena:
a)        Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selajutnya makna-makna itu akan menimbulakan kesan dalam hati pembaca atau pendengarnya.
b)        Kisah qurani dan nabawi dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteknya yang menyeluruh. Karena tokoh cerita ditampilkan dalam kontek yang menyeluruh, pembaca atau pendengarnya dapat atau merasakan kisah-kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.
c)        Kisah Qurani dan Nabawi mendidik rasa keimanan dengan cara:
(1)      Membangkitkan berbagai perasaan seperti kauf, rida dan cinta
(2)      Mengarahkan seluruh perasaan hingga bertumpuk pada suatu puncak yaitu kesimpulan kisah.
(3)      Melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional
6)        Metode Perumpamaan
Metode perumpamaan (al-amtsal) adalah seuatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat digunakan untuk mentasybihkan sesuatu (menggambarkan sesuatu dengan sesuatu lain yang serupa), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional–abstrak dengan sesuatu yang bisa diindera.
Al-Qur’an sengaja memberikan pengertian-pengertian yang mengandung moral tinggi ini, antara lain melalui metode perumpamaan agar manusia terpanggil untuk berfikir mengenai hal itu, dan terkesan olehnya, dan selanjutnya mendorong manusia tersebut melaksanakan dalam perbuatannya sehari-hari. Misalnya “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah SWT adalah seperti laba-laba membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui” (QS. Al-Ankabut:41).
7)        Metode pemahaman dan penalaran (al-ma’rifah wa al nazhariyah)
Metode ini dilakukan dengnan membangkitkan akal dan kemampuan berpikir anak didik secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam mendata dan menginventarisasi masalah, dengan cara memilah-milah, membuang mana yang salah, meluruskan yang bengkok, dan mengambil yang benar.
8)        Metode Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasihati
Dengan metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasihati agar berlaku benar, serta meninggalkan yang salah, yang buruk, dan segala perbuatan yang haram dan semisalnya. Pemberian nasihat/penyuluhan kepada anak adalah sesuatu yang niscaya untuk menumbuhkan kesadaran dan menggugah perasaan serta kemauan untuk mengamalkan apa yang dijarkan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses bimbingan kepada anak didik sebagai subjek individual dan social yang perlu diaktualisasikan potensi dan kompetensinya secara maksimal.
Dalam pemberian bimbingan ini pendidik harus memperhatikan: karakteristik anak didik (kompetensi, potensi, minat, bakat, kecerdasan, dan sikapnya); dan kondisi lingkungan anak didik (lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat); kemungkinan-kemungkinan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki untuk pembinaan perkembangan anak didik selanjutnya; dan kondisi fisik dan psikis anak didik termasuk yang berkaitan dengan kesulitan-kesulitan emosional yang bisa menghambat perkembangan anak didik. (Talkhah, 2004: 214).
Wujud dari proses pemberian nasihat kepada anak didik di sekolah bisa bersifat:
a)        Memelihara (preservative)
Yaitu membantu memelihara dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga anak didik dapat tumbuh berkembang secara optimal.
b)        Mencegah (preventif)
Yaitu membantu mencegah terjadinya tindakan anak didik yang kurang efektif dan efisien.
c)        Menyembuhkan (curative)
Yaitu membantu memperbaiki kekeliruan yang telah terjadi
d)       Merehabilitasi (rehabilitation)
Yaitu menindaklanjuti setelah anak didik memperoleh bantuan dan bimbingan untuk diusung ke arah yang baik
Pemberian nasihat dapat dilakukan dengan:
a)        Teguran secara langsung
Hal ini dapat dicontoh dari Rasulullah yang memiliki ikatan emosional seorang pendidik denga murid yang kuat. Beliau mampu berdialog dan meluruskan kesalahan anak-anak. Selain itu Rasulullah memilih waktu yang tepat untuk memperbaiki kesalahan yaitu ketika kesalahan itu dilakukan dan langsung menegurnya sebelum kesalahan itu menjadi kebiasaan. Tegurlah dengan ucapan halus dan mengesankan.
b)        Teguran Tidak Langsung
Mendidik dengan cara tidak langsung dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukan orang lain. Menegur dengan cara tidak langsung dapat memelihara perasaan murid dari teman-temannya karena guru tidak menyebut siapa yang melakukan kesalahan. Murid merasa tentram dan nyaman ketika guru meluruskan kesalahannya, sehingga murid dapat menyiapkan mentalnya untuk memperbaiki kesalahannya.
9)        Metode Suri Teladan
Konsep keteladanan ini sudah diberikan dengan cara Allah mengutus Nabi SAW untuk menjadi panutan yang baik bagi umat Islam sepanjang sejarah dan bagi semua manusia di setiap masa dan tempat. Guru harus memiliki sifat tertentu sebab guru ibarat naskah asli yang hendak dikopi. Ahmad Syauqi berkata, “Jika guru berbuat salah sedikit saja, akan lahirlah siswa-siswa yang lebih buruk baginya.”
Uswah al-hasanah, yaitu metode yang dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik.” Dengan adanya teladan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya. Dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalah hal apapun, maka hal itu merupakan suatu amaliah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak, maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari. 
10)    Metode Peringatan dan Pemberian Motivasi
Seorang anak harus memiliki motivasi yang kuat dalam pendidikan (menuntut ilmu) sehingga pendidikan menjadi efektif. Memotivasi anak adalah suatu kegiatan memberi doorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau perilaku yang diharapkan oleh orang tua atau guru. Anak yang memiliki motivasi akan memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya sendiri. Contoh memotivasi anak adalah membuat senang hati anak, membantu agar anak terpancing melaksanakan sesuatu, kelembutan, menyayangi dan mencintainya.
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Misalnya kebutuhan seseorang akan makanan menuntut seseorang terdorong untuk bekerja. Desakan diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan jasmani. Motif adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah. Kebutuhan merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukan. Kondisi-kondisi yang mendorong individu untuk melakukan suatu kegiatan disebut motivasi.
Setiap kali seorang anak menunjukkan perilaku mulia atau perbuatan yang baik seyogyanya ia memperoleh pujian. Jika suatu saat ia bersikap berlawanan dengan itu, maka untuk kali pertama sebaiknya orang tua, guru berpura-pura tidak menngetahui, agar tidak membuka rahasianya. Apalagi jika anak sendiri merahasiakannya. Apabila ia mengulangi lagi perbuatannya maka sebaiknya ia ditegur secara rahasia dan memberitahunya akibat buruk dari perbuatannya, katakan kepadanya, agar tidak sekali-kali mengulangi hal seperti itu.
11)    Metode Praktik
Metode praktik dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan  materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda seraya diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan gamblang sekaligus dapat mempraktikkan materi yang dimaksud.
Sesungguhnya memberi pengalaman praktis berarti memberi masukkan wawasan dan ilmu pengetahuan. Dengan pengalaman-pengalaman praktis seperti itulah wawasan anak menjadi luas dan terbuka.
12)    Metode Deduktif
Adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran dengan jalan menguraikan konsep-konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik. Metode ini bertolak dari kebenaran teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai baik, selanjutnya ditarik beberapa contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat atau ditarik ke dalam nilai-nilai lain yang lebih khusus atau sempit ruang lingkupnya.
13)    Metode Induktif
Merupakan kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai-nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian di tarik kesimpulan maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.
14)    Metode Reflektif
Merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilaidengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus-kasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihatnya kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoritiknya yang umum.
Tiga tujuan moral dalam pembelajaran harus mengarah kepada pengembangan kecakapan kognitif, emosional (afektif), dan kinetic (psikomotor). Untuk itu metode-metode yang telah disampaikan perlu kombinasi agar kompetensi-komnpetensi yang ingin dicapai dapat terpenuhi. Karena tidak ada satu pun metode yang diunggulkan melainkan dikombinasikan agar menghasilkan proses pembelajaran yang optimal dan tercapainya tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
c.       Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah Segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan sehingga subjek didik terangsang fisik, intelektualitas, emosi, sosial, psikologi, sikap sehingga timbul perhatian/minat dan menjadikan mereka belajar.
Jenis-Jenis Media Pembelajaran yaitu :
1)        Media Grafis
Media Grafis adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara cepat, jelas, kuat, terpadu, ringkas, dan menarik yang diungkapkan melalui kata-kata dan gambar-gambar. Macam-macam Media grafis yaitu:
a)        Bagan : bagan bertahap, flip chart, hidden chart, bagan organisasi, bagan bergambar, bagan pohon, bagan terurai, bagan tembus pandang, bagan petunjuk, bagan arus, bagan garis, ritatoon.
b)        Grafik : misalnya menggambarkan grafik laju pertumbuhan jumlah siswa baru dalam suatu sekolah setiap tahunnya. Macam-macam grafik meliputi grafik batang, grafik garis, grafik wilayah, grafik lingkaran, dan grafik gambar.
c)        Diagram : diagram penampang daun, diagram penampang kulit manusia, dsb.
d)        Gambar/Foto dapat berupa gambar bencana tsunami, gambar buah-buahan, dll.
e)        Kartun berupa gambar yang menarik perhatian siswa dan lucu, misalnya untuk mapel SBK bergambar anak-anak yang sedang bermain musik dengan senang. Dan mempunyai arti tersirat bahwa bermain musik itu menyenangkan.
f)         Karikatur berupa kartun dengan sindiran-sindiran yang dilebih-lebihkan berupa humor. Misalnya karikatur tentang pejabat yang korupsi, dll
g)        Poster berupa slogan yang ringkas dan jitu. Misalnya poster pendidikan, poster penerangan, poster kegiatan, dan poster niaga.
h)        Peta berupa gambar yang menyederhanakan bentuk permukaan dari ukuran yang sebenarnya hingga diperkecil dengan ukuran skala. Misalnya peta buta dan peta timbul.
i)          Papan meliputi papan magnet,  papan peraga, papan flanel, papan tempel, papan tali, dan papan selip.
2)        Media Tiga Dimensi
Jenis-Jenis media tiga dimensi yaitu:
a)        Rotatoon berupa rangkaian gambar terkait satu sama lainnya dan disajikan secara memutar dari cerita satu ke cerita lainnya.
b)        Mock-up berupa benda tiruan dari benda nyata. Misalnya truk dengan kayu, mesin ATM.
c)        Model meliputi model tiruan, model susun, dan model kerja.
d)       Rod puppet : berupa boneka panggung yang digerakkan untuk memperagakan atau menceritakan objek bahasan.
e)        Bumbung subtitusi berupa bumbung panjang yang dapat diputar. Misalnya untuk pelajaran matematika dalam penjumlahan.
f)         Kubus struktur berupa kubus yang tebuat dari kayu atau karton. Misalnya kubus yang sisinya ditempel angka atau huruf.
g)        Penggunaan benda nyata, misalnya buku asli, pensil, bulpoin, dan penghapus.
h)        Specimen berupa bagian atau pecahan dari benda yang sebenarnya (atau contoh), misalnya pecahan gelas, daun, atau contoh uang.
3)        Audio
Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Bahasa audio = perpaduan elemen suara, bunyi, dan musik (bahasa puitis, suara nyaring, suara merdu). Jenis-jenis audio meliputi:
a)        Dialog berupa percakapan dua pihak tentang suatu masalah.
b)        Wawancara berupa percakapan antara dua pihak yang berbeda kedudukannya.
c)        Dokumenter berupa berita mengenai peristiwa yang sesungguhnya terjadi.
d)       Narasi berupa uraian topik permasalahan dengan sederhana, kata-kata yang akrab, dan mudah dimengerti.
e)        Berita berupa sejumlah kesaksian mata, ringkasan pidato, laporan kejadian, komentar, pembicaraan pendek, dan wawancara.
f)         Drama berupa sandiwara dengan konflik kejiwaan/ pertentangan dalam kehidupan
d.      Teknik
Proses kegiatan belajar mengajar tidaklah berdiri sendiri melainkan terkait dengan komponen materi dan waktu. Langkah pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa secara berurutan sehingga cocok dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Berbagai metode yang dikemukakan di atas selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajarannya.
Teknik pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kecakapan kognitif banyak sekali. Diantaranya dengan teknik “sorogan” pada saat menghafalkan materi yang diberikan. Lalu dengan teknik “Mnmonic” yaitu dengan menghafal bagian-bagian awal huruf atau suku kata dari beberapa poin-poin yang harus dihafal. Selain itu dapat pula dengan menggunakan “perumpamaan” dalam bercerita ketika menghapal nama-nama dalam materi yang diberikan.
Teknik pembelajaran yang berorientasi  pada psikomotor diantaranya: drill dan practice, berlatih dan mempraktekannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Teknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai (afektif) ada bermacam-macam, diantaranya ialah:
1)        Teknik Moral Reasoning
Tahap-tahapnya adalah:
a)        Mengahapkan siswa pada masalah yang kontradiktif, baik yang sederhana maupun kompleks.
b)        Pembagian kelompok diskusi
c)        Melakukan klarifikasi nilai atau konfirmasi.
d)       Siswa mengorganisasikan nilai-nilai yang telah diklarifikasi pada diri masing-masing.
2)        Teknik Meramalkan Konsekuensi
Langkahnya yaitu:
a)        Siswa diberi permaslahan melalui cerita, film, Koran, dsb.
b)        Siswa diberi pertanyaan mengenai nialai-nilai yang mereka lihat, ketahuai, dan rasakan.
c)        Meramalkan konsekuensi yang akan terjadi jika memilih salah satu opsi pemecahan masalah.
3)        Teknik Klarifikasi
Teknik ini dapat ditempuh dengan tiga tahap:
a)        Guru memberikan contoh secara langsung
b)        Siswa mengenal kelebihan dan kekurangan nilai yang dicontohkan oleh guru.
c)        Mengorganisasikan tata nilai pada diri siswa dengan menjadikan nilai tersebut sebagai pribadinya.        
e.       Pengelolaan Pembelajaran
Proses pembelajaran  mencakup empat variabel di dalamnya yaitu pendidik, peserta didik, variabel proses dan variabel produk. Keempat variabel tersebut perlu dikelola dengan menggunakan prosedur-prosedur pembelajaran seperti pendekatan, model, metode, teknik maupun taktik yang tepat bersama dengan pengelolaan manajemen kelasnya agar mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Penggunaan model dan metode sebaiknya dapat berkorelasi positif  utamanya dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta didukung oleh pengelolaan pembelajaran serta manajemen kelas yang baik. Salah satu penerapan yang kentara tentang pengelolaan pembelajaran dan manajemen kelas yang baik yaitu tertuang pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terutama pada kegiatan inti atau elaborasi, dengan kata lain sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi pembelajaran, penilaian prestasi belajar dan pelaksanaan tindak lanjut penilaian.
Keterampilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak hanya tertuang dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik akan dipengaruhi pula oleh iklim belajar yang kondusif atau maksimal berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang.
Guna mencapai kesesuaian hubungan antara prosedur pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, dan manajemen kelas maka guru perlu merancang aktivitas pembelajaran meliputi pengaturan siswa, pengelolaan kelas, pengaturan tempat duduk, dan sebagainya. Pengelolaan kelas dapat berupa kegiatan pengecekan kehadiran siswa, pengumpulan hasil pekerjaan siswa, pencatatan data, pengumpulan informasi, dan sebagainya. Hal-hal tersebut haruslah sinkron dengan pendekatan, model, metode yang digunakan pada rancangan pembuatan RPP. Misalnya pada penerapan metode tanya jawab, agaknya kurang efektif apabila siswa ditempatkan pada posisi duduk klasikal dengan guru di depan kelas, siswa duduk menghadap guru. Melalui pengaturan tempat duduk seperti formasi tapal kuda misalnya, maka proses tanya jawab guru dan siswa akan lebih mudah, terlebih lagi untuk melakukan konsultasi.
Pendekatan merupakan suatu cara pandang terhadap sesuatu. Terdapat pendekatan psikologi, pendekatan sosio-kultural, pendekatan siswa (student centered), dan sebagainya.  Model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran adalah urutan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran. Sedangkan teknik adalah cara-cara khusus yang diterapkan oleh guru dalam penyampaian pembelajaran.
Berikut beberapa contoh  model dan metode pembelajaran yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran dan manajemen kelas:
a.        Model belajar kolaboratif (Collaborative Learning)
          Prinsip pokok pembelajaran kolaboratif adalah adanya kerjasama 2 orang atau lebih, kegiatannya dapat meliputi pemecahan masalah bersama, pencapaian tujuan tertentu dan adanya ketergantungan positif. Bentuk-bentuk belajar kolaboratif antara lain Student Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, dan sebagainya.
Description: Description: Description: Description: tempat-duduk.jpgBerdasarkan uraian mengenai pembelajaran kolaboratif, maka guru perlu merancang pembelajaran dengan materi yang bersifat kelompok dan pemecahan masalah serta pembentukan kelompok siswa. Adapun beberapa pengaturan tempat duduk yang sesuai dengan pembelajaran kolaboratif antara lain meja tapal kuda, siswa berkelompok di ujung meja, penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan, meja panjang, meja kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan, meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja, dan sebagainya.
Adapun metode pembelajaran yang sesuai dengan pengaturan kelompok siswa dan tempat duduk tersebut yaitu metode yaitu metode tanya jawab (karena untuk memudahkan interaksi tanya jawab dan saling berkonsultasi), metode diskusi, dan metode kerja kelompok.
b.        Model belajar Quantum Learning
          Prinsip pokok pembelajaran quantum adalah sugesti dapat mempengaruhi situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukkan peserta didik secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan sebagainya.
          Lebih lanjur, lingkungan yang mendukung model pembelajaran quantum yaitu pengaturan tempat duduk peserta didik memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Peserta didik diberi kebebasan untuk mengatur posisi tempat duduk sehingga proses interaksi dapat berjalan dengan baik, kemudian juga tumbuhan, aroma dan unsur organik lainnya, dapat memperkaya kesegaran ruangan kelas. Dengan demikian untuk beberapa pengaturan tempat duduk dapat digunakan melalui model pembelajaran quantum, baik melingkar, bentuk U, zigzag, dan sebagainya, asalkan peserta didik nyaman, bahkan bila perlu berada di luar kelas atau lingkungan. Pengaturan tempat duduk dan lokasi belajar tersebut dapat diterapkan pada metode karya wisata.
c.         Model belajar Contextual Teaching and Learning (CTL)
          Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademiknya dalam berbagai lingkungan baik di dalam maupun di luar kelas untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan maupun yang terjadi di dunia nyata.
          CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Sehingga pengaturan tempat belajar tidak harus di dalam kelas, bahkan dapat menggunakan tikar  atau lesehan. Siswa mengamati apa yang ada di lingkungan sekitar sekaligus mengkaitkan dengan materi yang dibahas.
f.       Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pendekatan, model, teknik dan media
1)        Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2)        Sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan.
3)        Sesuai dengan perkembangan siswa.

B.       Pengelolaan Lingkungan Luar Kelas
Lingkungan Sekolah yang kondusif sangat diperlukan agar tercipta proses pembelajaran yang bermutu. Pemberian pengetahuan dan pembentukan kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat dirasa sangat efektif ketika dilakukan pada siswa  sejak di bangku sekolah dasar. Diharapkan ketika berada di luar lingkungan sekolah, mampu menerapkan hidup bersih dan sehat seperti saat di sekolahnya.
Pengolahan lingkungan di luar sekolah dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam pengelolaan air, sampah, energi dan halaman yang ada disekitar sekolah.

2.         Pengelolaan Air di Sekolah
Air bersih sangat berpengaruh dalam lingkungan sekolah, terutama kepada anak Sekolah Dasar yang sering ke luar masuk kamar mandi. Ketersediaan air bersih disekolah sangat diperlukan dalam jumlah yang relatif banyak mengingat jumlah warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru, dan karyawan dapat mencapai ratusan orang. Air disekolah adalah untuk minum, membersihkan lantai, membersihkan WC, mencuci peralatan laboratorium dan menyiram tanaman.
3.          Pengelolaan Sampah di Sekolah
Pada prinsipnya semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan semakin mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit. Untuk menciptakan suatu kondisi sekolah yang sehat, sekolah harus memenuhi kriteria, antara lain kebersihan dan ventilasi ruangan, kebersihan kantin, WC, kamar mandi, tempat cuci tangan, melaksanakan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, bimbingan konseling dan manajemen peran serta masyarakat.
4.         Pengelolaan Energi di Sekolah
Penggunaan energi disekolah biasanya untuk menerangi ruangan-ruangan, menyalakan barang-barang eletronik seperti komputer dan media pembelajaran, mengalirkan pompa air dll.
5.         Pengelolaan Halaman Sekolah
Sekolah sebagai tempat belajar perlu memiliki lingkungan yang bersih dan sehat agar tercipta suasana belajar yang nyaman. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas, seperti di halaman. Halaman sekolah selain di tata keindahannya, juga perlu memperhatikan persyaratan kesehatan. Halaman sekolah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi semua warga sekolah.

BAB III
KESIMPULAN

A.      Kesimpulan
Dalam pengelolaan pembelajaran hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang bersifat umum maupun yang bersifat spiritual. Prinsip pembelajaran secara umum yaitu seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd yang meliputi 12 prinsip pembelajaran sedangkan prinsif bersifat spiritual dapat dicontoh dari Rasulullah yang meliputi motivasi, focus, repetisi, doa, teladan, dan lain-lain.
Selain itu, dalam pengelolaan pembelajaran perlu memperhatikan prosedur pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, teknik, media, dan model pembelajaran. Pendekatan pembelajaran meliputi pendekatan psikologis dan sosio kultural. Metode yang dikembangkan dari pendekatan tersebut yaitu metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, metode kisah, nasihat, suri teladan, dan lain-lain. Metode apapun yang digunakan oleh pendidik/guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM.
Jenis-jenis media pembelajaran yaitu meliputi media grafis, tiga dimensi, dan audio. Sedangkan macam macam teknik pembelajaran yaitu: teknik pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kecakapan kognitif diantaranya dengan teknik sorogan, perumpamaan; teknik pembelajaran yang berorientasi  pada psikomotor diantaranya: drill, practice, berlatih dan praktik; dan teknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai afektif diantaranya: teknik moral reasoning, teknik meramalkan konsekuensi, teknik klarifikasi.
Macam-macam model pembelajaran misalnya model pembelajaran kolaboratif, CTL, dan Quantum Learning. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pendekatan, model, teknik dan media yaitu: sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan, sesuai dengan perkembangan siswa. Selain pengelolaan dalam pembelajaran, lingkungan luar kelas juga perlu diperhatikan misalnya pengelolaan air, sampah, energy, dan halaman.

B.       Saran
Bagi seorang guru dan calon guru, ada baiknya mempelajari pengelolaan pembelajaran yang berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran. Selain itu juga hendaknya memperhatikan berbagai pendekatan, metode, teknik, media, dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, materi pembelajaran yang diajarkan, dan perkembangan siswa  agar dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, lingkungan di luar kelas seperti air, energy, halaman, dan sampah perlu dikelola dengan baik agar suasana pembelajaran nyaman.

1 komentar: