BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan
pendidikan dalam mengelola pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar adalah manajemen atau pengelolaan kelas . Dalam proses
belajar mengajar, guru dituntut untuk menciptakan, memelihara dan mengelola
kondisi kelas dengan baik sehingga mendukung peserta didik mencapai
tujuan-tujuan belajarnya yang efektif dan efisien. Pada saat siswa belajar
secara pasif, siswa mengalami proses tanpa ada rasa ingin tahu, tanpa
pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil belajar siswa. Pada saat
siswa belajar secara aktif, mereka mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu,
misalnya dengan cara aktif bertanya, diskusi, menyampaikan pendapat dan lain
sebagainya. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar
sangat diperlukan, sehingga apa yang dipelajari akan lebih bermakna, dan
tertanam dalam pikiran siswa.
Manajemen kelas yang efektif
merupakan prasyarat mutlak bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang
efektif. Sebagai landasan terciptanya kondisi bagi proses belajar mengajar yang
efektif, maka manajemen kelas harus diarahkan.
Mengelola kelas merupakan tugas guru untuk menciptakan kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikan jika terjadi gangguan selama proses belajar
mengajar. Sebagai contoh guru harus menghentikan tingkah laku anak didik yang
menyelewengkan perhatian di kelas, memberikan penghargaan kepada siswa yang
menyelesaikan tugas atau dapat menjawab pertanyaan guru serta penetapan
norma-norma atau aturan yang produktif.
Meskipun mengelola kelas
adalah tugas guru, tidak ada jeleknya jika guru melibatkan siswa dalam upaya
menjadikan kelas kondusif dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Maka seorang guru kadang-kadang juga harus memberikan waktu kepada
siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar, dengan cara demikian murid pun
akan merasa bahwa menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bukan tanggung
jawab guru tetapi juga menjadi kewajiban seluruh siswa.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apa
saja yang termasuk kegiatan mengidentifikasi siswa?
2.
Bagaimana
cara menganalisis, memeriksa, dan menilai hsil pekerjaan siswa?
3.
Bagaimana
cara mendistribusi bahan dan alat yang tepat untuk siswa?
4.
Bagaimana
cara mengelola informasi dari siswa untuk siswa?
5.
Bagaimana
cara melakukan pencataan siswa?
6.
Bagaimana
cara pemeliharaan arsip yang tepat?
7.
Bagaimana
cara mengatur setting kelas yang tepat?
8.
Bagaimana
cara menyampaikan materi pelajaran yang tepat?
9.
Bagaimana
cara memberikan tugas/ PR yang tepat untuk siswa?
C. Tujuan
Pembahasan
Tujuan
pembahasan makalah ini, yaitu:
1.
Mengetahui
kegiatan mengidentifikasi siswa.
2.
Mengetahui
cara menganalisis, memeriksa, dan menilai hsil pekerjaan siswa.
3.
Mengetahui
cara mendistribusi bahan dan alat yang tepat untuk siswa
4.
Mengetahui
cara mengelola informasi dari siswa untuk siswa.
5.
Mengetahui
cara melakukan pencataan siswa.
6.
Mengetahui
cara pemeliharaan arsip yang tepat.
7.
Mengetahui
cara mengatur setting kelas yang tepat.
8.
Mengetahui
cara menyampaikan materi pelajaran yang tepat.
9.
Mengetahui
cara memberikan tugas/ PR yang tepat untuk siswa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Mengidentifikasi Siswa
Mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa adalah salah satu upaya guru yang
dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan
dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran
tertentu. Karakteristik
siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini
didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek
ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan
berpikir dan kemampuan awal ( hasil belajar ) yang telah dimilikinya.
Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan setrategi
pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya
komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik siswa.
Identifikasi
siswa mempunyai tujuan antara lain: 1)
memperoleh
informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan serta
karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu, 2)
menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik
berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan
diikuti mereka, 3) menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan
tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
1)
Karakteristik
Siswa
Begitu banyak
ditemukan perbedaan dalam karakteristik siswa, antara lain perbedaan dalam hal
biologis, psikologis, intelegensi, dan bakat. Keadaan fisik biologis satu siswa
dengan yang lain berbeda sama sekali. Ada siswa yang mempunyai fisik sehat dan
lengkap, ada juga siswa yang mempunyai fisik lengkap tetapi tidak sehat.
Keadaan psikologis siswa juga beragam, tidak semua siswa siap secara psikologis
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ada siswa yang datang ke
sekolah dengan penuh semangat dan senang gembira, ada siswa yang datang ke
sekolah dengan sedih dan susah, ada siswa yang malas, ada juga siswa yang
berangkat ke sekolah karena menghindari pekerjaan di rumah, dan sebagainya.
Intelegensi yang dimiliki siswa juga berbeda-beda, ada yang mempunyai
intelegensi tinggi, intelegensi sedang, dan ada yang mempunyai intelegensi
rendah. Perbedaan lain yang memerlukan perhatian dari guru adalah bakat. Guru
harus memahami bahwa tidak semua siswa mempunyai bakat dalam semua mata
pelajaran.
a. Karakteristik Biologis
Khodijah
(2011:182): Aspek biologis yang terkait langsung dengan penerimaan pelajaran di
kelas adalah kesehatan mata dan telinga. Anak didik yang memiliki masalah
tertentu dalam penglihatan dan pendengarannya akan mengalami masalah tersendiri
dalam menerima pelajaran. Dalam hal ini, bila kondisi faktor-faktor lain adalah
sama, maka anak yang sehat fisiknya secara menyeluruh akan lebih berpeluang
untuk mencapai prestasi yang maksimal.
b. Karakteristik
Psikologis
Khodijah
(2011:183): ”Perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam minat,
motivasi, dan kepribadian.”
Perbedaan siswa
dalam hal minat, motivasi, dan kepribadian akan selalu ditemui pada sekelompok
siswa. Tidak semua siswa mengikuti pelajaran dengan minat yang tinggi terhadap
mata pelajaran. Ada siswa yang dengan setengah hati mengikuti pelajaran.
Demikian pula dengan perbedaan motivasi, ada siswa yang memiliki motivasi
tinggi sehingga sangat aktif mengikuti pelajaran, sedangkan yang lainnya
mungkin setengah termotivasi atau bahkan tidak termotivasi untuk belajar.
Kepribadian siswa juga berbeda, ada siswa yang terbuka sehingga mudah bergaul
dan mempunyai banyak teman, tetapi adapula siswa yang tertutup sehingga sulit
bergaul dan terkesan tidak mempunyai teman karena sering menyendiri.
c. Karakteristik Intelegensi
Khodijah
(2011:101): ”Intelegensi adalah kemampuan potensial umum untuk belajar
dan bertahan hidup, yang dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk
berpikir abstrak, dan kemampuan memecahkan masalah.”
Setiap anak
memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menambah
keunikan dalam suatu kelas pembelajaran. Ada siswa yang dengan cepat mampu
menyerap materi pembelajaran dan ada siswa yang lamban menyerapnya. Ada siswa
yang mampu dengan cepat menyelesaikan soal ujian atau tugas, dan ada siswa
membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan satu tugas saja.
d. Karakteristik
Bakat
Bingham dalam
(Khodijah 2011:185-186) mendefinisikan bakat:
(sebagai sebuah kondisi atau rangkaian
karakteristik yang dianggap sebagai gejala kemampuan seorang individu untuk
memperoleh melalui latihan sebagian pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian
respon seperti kemampuan berbahasa, kemampuan musik, ... dan sebagainya).
Siswa yang
belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih mudah menerima dan menguasai materi
pembelajaran jika dibandingkan dengan siswa yang tidak berbakat dalam mata
pelajaran tertentu. Walaupun siswa yang tidak berbakat juga sangat dimungkinkan
untuk menerima materi pembelajaran dengan lebih baik.
e. Karakteristik Lainnya
Khodijah
(2011:187): ”Perbedaan individual lain yang banyak diteliti oleh para ahli
adalah perbedaan jenis kelamin, perbedaan etnis, dan perbedaan kondisi sosial
ekonomi.”
Ada tiga kelompok
karakteristik siswa yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Karakteristik
yang berkaitan dengan fisiologis. Karakteristik ini meliputi: jenis kelamin,
kondisi fisik, usia kronologis, panca indera, tingkat kematangan, dan
sebagainya.
b. Karakteristik
yang berkaitan dengan psikologis. Karakteristik ini meliputi: bakat, minat,
motivasi, intelegensi, gaya belajar, emosi, dan sebagainya.
c. Karakteristik
yang berkaitan dengan lingkungan. Karakteristik ini meliputi etnis, kondisi
sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
2)
Kecerdasan
Siswa
Ada
8 jenis kecerdasan menurut Gardner :
a.
Kecerdasan Linguistik
Kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan kejadian,
membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen logika dan retorika,
atau mengungkapkan ekspresi dan metafora. Beberapa jenis pekerjaan yang
membutuhkan kecerdasan linguistik adalah wartawan dan reporter, tenaga penjual,
penyair, copywriter, penulis dan pengacara.
b.
Kecerdasan Logika-Matematika
Kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan
mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai
permasalahan secara logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari,
peka terhadap pola tertentu, serta menelaaj berbagai permasalahan secara
ilmiah. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan logika matematika
adalah : akuntan, ahli statistik, insinyur, penemu, pedagang, dan pembuat
program komputer.
c.
Kecerdasan Musikal
Kemampuan untuk
mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan
musik sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide
musikal, dan menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Beberapa
jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musical adalah guru musik, pembuat
instrumen atau alat musik, pemain band atau konduktor, DJ, kritikus musik,
kolektor musik, pencipta lagu atau penyanyi.
d.
Kecerdasan Spasial
Kemampuan untuk
mengenali pola ruang secara akurat, menginterpretasikan ide grafis dan spasial
serta menterjemahkan pola ruang secara tepat. Beberapa jenis pekerjaan yang
membutuhkan kecerdasan spasial adalah photographer, decorator ruang, perancang
busana, arsitek, pembuat film.
e.
Kecerdasan Kinestetik (Bodily Kinesthetic)
Kemampuan untuk
menggunakan seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu, membangun
kedekatan untuk mengkonsolidasikan and meyakinkan serta mendukung orang lain,
dan menggunakannya untuk menciptakan bentuk ekspresi baru. Beberapa jenis
pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini adalah mekanik, pelatih, pengrajin,
atlet, aktor, penari atau koreografer.
f.
Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk
mengorganisasikan orang lain dan mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu
dilakukan, berempati kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan
berbagai jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intensi, hasrat, dan
motivasi orang lain. Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan
interpersonal adalah manajer, politisi, pekerja sosial, pemimpin, psikolog,
guru atau konsultan.
g.
Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan untuk
menilai kekuatan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri serta
menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun dan mengembangkan konsep dan
teori berdasarkan pemeriksaan kedalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi,
temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Beberapa
jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama,
atau ahli filosofi.
h.
Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk
mengenali dan mengelompokkan dan menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang
ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis
ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan.
B.
Menganalisis,
Memeriksa, dan Menilai
Hasil Pekerjaan Siswa
Menganalisis
merupakan kegiatan berfikir yang dilakukan guru di dalamnya mencakup
penguraian, pembedaan, pemilahan, dan pemecahan berbagai suatu masalah secara
menyeluruh terhadap hasil belajar siswa. Memeriksa adalah suatu aktivitas yang dilakukan
guru untuk melihat, menyelidiki, dan mengamati sesuatu yang telah dilaksanankan
peserta didik untuk diketahui. Menilai adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi) peserta didik.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik,
mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/ perbaikan proses belajar
mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.
A. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas
A. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas
1. Prinsip Penilaian Kelas
a) Mengacu ke
kemampuan: Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah
siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam
kurikulum.
b) Berkelanjutan
(continuous) : Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus
merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru
selama satu semester dalam tahun ajaran.
c) Didaktis : Alat yang akan digunakan untuk
penilaian kelas berupa tes maupun non tes harus dirancang baik isi, format
maupun tata letak dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan
penilaian.
d)Menggali
informasi: Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang
cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik.
e) Melihat yang
benar dan yang salah: Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan
analisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat
adanya kesalahan yang umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal-hal yang
positif yang diberikan siswa.
2. Tujuan Penilaian Kelas
a) Penelurusan
(keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak
didik tetap sesuai dengan rencana.
b) Pengecekan (checking-up),
yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam
proses pembelajran.
c) Pencarian (finding-out),
yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan
dan kesalahan dalam proses pembelajaran.
d) Menyimpulkan
(summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai
seluruh komptensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum.
3. Fungsi Penialian Kelas
a) Fungsi
Motifasi, penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motifasi
siswa untuk belajar.
b) Fungsi
Belajar Tuntas, penilaian dikelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan
belajar siswa.
c) Fungsi
Sebagai Indikator Efektivitas Pengajaran, disamping untuk memantau kemajuan
belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh
proses belajar-mengajar telah berhasil.
d) Fungsi Umpan
Balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik
bagi siswa dan guru itu sendiri.
B. Ragam Penilaian Kelas
1. Test Tertulis
a. Tujuan Penggunaan Test
Ø Mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan).
Ø Menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan atau
pemahaman).
Ø Memberikan bukti atas kemampuan yang telah dicapai.
Ø Menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu maupuan secara
kelompok.
Ø Monitoring standar pendidikan.
b. Fungsi
Ø Formatif di kelas atau classroom formative assessment
bertujuan mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar.
Ø Sumatif di kelas atau classroom summative assessment
betujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik secara menyeluruh.
c. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
a)
Obyektif
1) Pilihan Ganda
1) Pilihan Ganda
Bentuk
soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan komptensi pada
tingkat berfikir rendah seperti pengetahuan (recall)dan pemahaman,
sampai pada tingkat berfikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintetis dan
evaluasi.
Bentuk
soal terdiri dari item (pokok soal) dan option (pilihan jawaban).
Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).
2) Benar/Salah
2) Benar/Salah
Bentuk
soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah atau ya dan
tidak. Dalam menyusun instrument pernyataan benar salah harus diusahakan
menghindari kata terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian besar dan
kata-kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta test dalam
menjawab.
3)
Menjodohkan
Bentuk
ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun
tingkat berfikir yang terlibat cenderung rendah.
b)
Non obyektif
1) Jawaban
Singkat/Isian Singkat
Tes
bentuk jawaban atau bentuk jawaban atau isian singkat dibuat untuk menyediakan
tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban.
c)
Soal uraian
1)
Uraian
Objektif
Pertanyaan
yang bisa digunakan adalah simpulan, tafsirkan, dan sebagainya. Langkah untuk
membuat tes objektif adalah : a). menulis soal berdasarkan indicator pada
kisi-kisi, dan b). mengedit pertanyaan.
2)
Uraian
Bebas
Bentuk
instrument ini dapat dipakai untuk mengukur komptensi-komptensi siswa dalam
semua tingkat ranah kognitif.
3)
Pertanyaan
Lisan
Penskoran
pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 0 s/d 100.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.
2. Penilaian Kinerja (performance
assessment)
Performance
assessment merupakan
penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta test diminta
untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam,
serta keterampilan didalam berbagai konteks.
a.
Langkah-langkah penilaian kinerja
1). Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang
dapat dilakukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang
terbaik.
2). Menuliskan prilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting
dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output)
yang terbaik.
3). Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan
terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat di observasi selama siswa
melaksanakan tugas.
b. Metode yang dapat digunakan
1). Metode holistic, digunakan apabila para penskor (rater)
hanya memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan
penilaiam ,mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2). Metode analytic, para penskor memberikan penilaian
(skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang
dinilai dapat menggunakan checklist dan rating scale.
3. Penilaian Portofolio
Portofolio
merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi
suatu penilaian.
1)
Tujuan portofolio
Ø Menghargai perkembangan yang dialami siswa
Ø Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
Ø Memberi perhatian pada
prestasi kerja siswa yang terbaik, dan lain-lain
2)
Prinsip portofolio
Ø Saling percaya (mutual trust) antara guru dan siswa
Ø Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa
Ø Milik bersama (join ownership)
antara siswa dan guru
Ø Kepuasan (satisfaction)
Ø Kesesuaian (relevance)
Ø Penilaian proses dan hasil
3)
Metode
portofolio
Pengorganisasian dalam penilaian portofolio adalah hal yang sangat
penting, terdapat
beberapa cara portofolio
tetapi semuanya mengandung hal yang paling penting yaitu : 1) pengumpulan (storing), 2) pemilihan (sorting) dan 3) penetapan (dating) dari suatu tugas (task). Menurut Nitko
(2000), secara umum penilaian portofolio
dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portofolio
ideal, portofolio penampilan, portofolio
dokumentasi, portofolio evaluasi
dan portofolio kelas.
4)
Pedoman penerapan penilaian portofolio
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah
sebagai berikut. Yaitu : memastikan bahwa siswa memiliki berkas portofolio
dan bahan penilaian.
5) Contoh penilaian portofolio
Contoh tugas portofolio
Ø Siswa diminta membuat rancangan pengamatan (dibantu dengan lembar
kerja dari guru) mengenai materi-materi satu semester yang akan diberlakukan
eksperimentasi.
Ø Melakukan kegiatan eksperimentasi sesuai dengan alokasi waktu pokok
bahasan dengan yang direncanakan.
Ø Membuat suatu hasil pengamatan berpokok bahasan yang
dieksperimenkan dan mencari tentang factor-faktor yang berpengaruh terhadap
percobaannya.
Ø Siswa diminta melakukan diskusi tentang hasil percobaan dan
mengambil suatu generalisasi dari hasil percobaan tersebut.
4. Penilaian Proyek
a. Konsep penilaian proyek
Yang dimaksud proyek adalah : tugas yang harus diselesaikan dalam
priode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa inpestigasi sejak dari
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga menyajikan data.
Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang
melakukan suatu proyek, misalnya pada saat: merencanakan dan mengorganisasikan
inpestigasi, bekerja dalam tim, dan arahan diri
b.
Konteks dan tujuan penilaian proyek
Dikelas,
guru menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai
sarana untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan,
menyelidiki, dan menganalisis proyek. Dalam konteks ini, siswa dapat memberikan
pengalaman dan pengetahuan pada suatu topic, mempormulasikan pertanyaan, dan
meyelidiki topic tersebut melalui bacaan dan wawancara.
c. Perencanaan penilaian proyek
Dalam
perencanaan penilaian proyek perlu memperhatikan :
Ø Kemampuan pengelolaan, jika siswa diberikan kebebasan yang luas,
mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topic yang tepat.
Ø Relevansi, guru
harus mempertimbangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pada
pembelajaran agar proyek dijadikan sumber bukti.
Ø Keaslian, guru perlu mempertimbangkan seberapa besar petunjuk atau
dukungan yang telah diberikan kepada siswa
d. Judging
proyek
Ø Metode judgement proyek dapat dinilai secara holistic maupun
analytic pada proses maupun produknya. Secara holistic, nilai tunggal
mencerminkan kesan umum, sedangkan secara analytic, nilai diberikan pada
beberapa aspek.
Ø Keterbandingan judgiment dikelas, keterbandingan nilai proyek tidak
begitu penting. Akan tetapi guru harus tetap yakin bahwa nilainya dapat
dimengerti siswa.
e. Estimasi dan
pelaporan prestasi
Ø Penilaian proyek merupakan salah satu bukti untuk ditempatkan pada
peta kemajuan belajar siswa. Nilainya dapat dilakukan secara subtektif maupun
objektif.
f.
Contoh penilaian proyek
Ø Talk show bersama ahli (expert)
dari bidang perkoperasian, pengelola koperasi dan anggota koperasi.
Ø Membuat laporan atau makalah dari kegiatan obserpasi
Ø Mengadakan diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh guru
tentang koperasi makalah yang telah disusun berdasarkan hasil obserpasi tersebut.
5. Penilaian Hasil kerja
Terdapat dua tahapan penilaian yaitu : 1) penilaian tentang
pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja siswa. 2) penilaian
tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya atau kerja siswa.
6. Penilain Sikap
Menurut Klausmeier (1985), ada tiga metode belajar dalam rangka
pembentukan sikap.
Ø
Mengamati
dan meniru, pembelajaran model ini berlangsung pengamatan dan peniruan melalui
model.
Ø
Menerima
penguatan, penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa
penguatan hukuman (penguatan negative).
Ø
Menerima
informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan
atau tulisan.
a. Sikap dan objek
sikap yang perlu dimiliki
b. Tindak lanjut
c. Cara-cara
menilai prilaku
Pengukuran
sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara, cara-cara tersebut antara lain :
observasi prilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan sekala
sikap.
d. Contoh
penilaian sikap
7. Penialian Diri
Penilaian diri
ditingkat kelas (PDK) atau classroom self
assessment (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau
siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar
(KBM) ditingkat kelas.
a.
Ciri
penilaian diri: termotipasi diri; adanya komitmen kepala sekolah, tersosialisasi
dengan baik; pelangsung, berkesinambungan; transparansi;
b.
Kriteria
penilaian diri
Ø
Kriteria
penilaian diri meliputi : 1) isi materi yang diajarkan, 2) presentasi apa yang
telah di ajarkan, dan 3) kerjasama diantara pimpinan sekolah.
8. Peta Perkembangan Hasil Belajar
Laporan hasil belajar yang dibuat dalam bentuk garis continuum
(grafik perkembangan) yang memuat deskripsi dan uraian perkembangan kemampuan
atau komptensi hasil belajar siswa dinamakan peta perkembangan hasil belajar
9. Analisis Instrumen
Suatu
instrument hendaknya dianalisis sebelum digunakan. Tujuannya adalah : untuk
menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi
pedoman dan bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instumen yang telah dianalisis secara kuanlitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrument tersebut.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instumen yang telah dianalisis secara kuanlitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrument tersebut.
10. Evaluasi Hasil Penilaian
Guru harus
melakukan evaluasi terhadap test dan menetapkan setandar keberhasilan. Dari hasil
evaluasi tersebut diketahui komptensi dasar, materi, atau indicator yang belum
mencapai ketuntasan. Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji
kembali apakan instrument penilaiannya sulit, apakah instrument penilaian sudah
sesuai indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang
digunakan kurang tepat.
C.
Mendistribusi
Bahan dan Alat
1.
Bahan
ajar
Dengan
bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara
runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu.
Sebuah
bahan ajar paling tidak mencangkup antara lain:
a.
Petunjuk
belajar (petunjuk siswa/guru)
b.
Kompetensi
yang akan dicapai
c.
Informasi
pendukung
d.
Latihan-latihan
e.
Petunjuk
kerja, dapat berupa lembar kerja (LK)
f.
Evaluasi
Bahan
ajar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
a.
Bahan
ajar cetak (printed)
Bahan ajar jenis ini antara lain: Handout, Buku, Modul, Lembar
kerja siswa, Brosur, Leaflet, Wallchart, dll
Bahan ajar jenis ini memiliki beberapa keuntungan antara lain:
a.
Bahan
tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjakkan
kepada siswa bagian mana yang sedang
dipelajari;
b.
Biaya
untuk pengadaannya relatif sedikit;
c.
Bahan
tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-pindah;
d.
Menawarkan
kemudahan secara luas dan kreatiditas bagi individu;
e.
Bahan
tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja; dll.
b.
Bahan
ajar dengar (Audio)
Bahan ajar jenis ini antara lain: Kaset/ piringan hitam/ compact
disk dan Radio
c.
Bahan
ajar pandang dengar (Audio Visual)
Bahan ajar jenis ini antara lain: Video/film dan Orang/nara sumber
d.
Bahan
ajar interaktif
Menurut guidelines for
bibliographic description of interactif multimedia, Multimedia interaktif
adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar,
animasi dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan
perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi. Saat ini sudah milai
banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena di samping menarik juga
memudahkan bagi penggunanya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya
bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaan
hingga penilaian
Bahan ajar interaktif dalam menyiapkannya diperlukan pengetahuan
dan keterampilan pendukung yang memadai terutama dalam mengoperasikan peralatan
seperti komputer, kamera video, dan kamera foto. Bahan ajar interaktif biasanya
disajikan dalam bentuk compact disk (CD).
2.
Alat
pelajaran
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, guru dan pembelajar
membutuhkan alat-alat pelajaran, alat pelajaran adalah alat-alat yang dipakai
untuk kegiatan sehari-hari dikelas. Misalnya: papan tulis , kapur, penghapus,
penggaris buku tulis, dan lain-lain. Alat ini sehari-hari selalu tersedia
dikelas, karena digunakan baik oleh guru ,maupun pembelajar.
Alat-alat
pelajaran dapat dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain:
a.
Menurut
kedudukannya; alat pelajaran dibedakan atas alat permanen dan tidak permanen.
Permanen jika alat pelajaran tersebut diletakkan di kelas secara terus menerus,
misalnya: listrik, papan tulis dan sebagainya. Alat pelajaran tidak permanen
atau yang bergerak (movable) yaitu
alat pelajaran yang dapat dipindah, misalnya: kursi, OHP, mesin-mesin, peta,
dan sebagainya.
b.
Menurut
fungsi;
1.
Alat
untuk menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan lain-lain.
2.
Alat-alat
lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
Bahan dan alat-alat pelajaran
tersebut tidak perlu disimpan ditempat khusus, tetapi cukup diatur di dalam
kelas, sehingga bila sewaktu-waktu digunakan akan cepat. Hal yang penting
adalah pengaturan dikelas tetapi tidak mengurangi keindahan kelas. Mengapa
tetap diletakkan di kelas, sebab alat pelajaran pada waktu tertentu dengan
tujuan tertentu dapat difungsikan bukan sebagai alat pelajaran tetapi justru
sebagai media pembelajaran atau sumber belajar yang langsung, nyata, konkret,
dan bermakna.
Dalam penyimpanan atau pengaturan
bahan dan alat di kelas, sebaiknya guru melakukan pengaturan secara
bersama-sama dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui dimana
saja alat dan bahan tersebut diletakkan atau disimpan, sehingga apabila
sewaktu-waktu siswa membutuhkannya, dapat mengambilnya secara langsung.
D.
Mengelola
Informasi dari Siswa
Peran seorang
guru sangat signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses
belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas,
supervisor, motivator, konselor, eksplorator, dsb. Siswa dengan banyak karakter
yang berbeda, tentunya menjadi salah satu kendala dalam proses pembelajaran.
Untuk itu guru perlu menggali bermacam-macam informasi dari siswa. Selain itu
agar tercapai suatu tujuan pembelajaran yang baik maka diperlukan pengolahan
informasi yang baik.
Salah satu cara
mengetahui informasi dari siswa antara lain dengan cara membuat daftar
quisioner. Dalam quisioner tersebut, guru memasukkan pertanyaan-pertanyaan
untuk mengumpulkan informasi yang perlu diketahui. Quisioner ini dapat
diberikan pada siswa ketika penerimaan siswa baru. Dari pencantuman prestasi,
guru dapat mengidentifikasi bakat apa yang dimiliki siswa. Selain informasi
dari quisioner, informasi lain yang perlu diketahui oleh guru adalah mengenai
bagaimana hubungan mental siswa sangat berpengaruh sosial siswa, karena sikap
mental siswa juga sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Pengolahan informasi
siswa dapat pula dilakukan melalui siswa itu sendiri dan melalui
teman-temannya. Informasi siswa melalui diri sendiri (self assesment) merupakan penilaian siswa terhadap diri sendiri
misalnya dalam lingkup pembelajaran mengenai bagaimana kemampuannya dalam
menyerap materi pembelajaran yang diberikan guru dan materi-materi apa yang
masih dianggapnya sulit. Hal ini dapat membantu guru dalam membentu kesulitan,
mempercepat dan memperluas penguasaan, dan mengembangkan sesuatu yang disukai
siswa.
Pengolahan
informasi yang lain dapat dilakukan dengan sosiometri drama, penilaian sejawat
(siswa diminta menilai kedudukan teman dalam kelas), terka siapa (siswa diminta
untuk menerka temannya yang sesuai dengan karakter yang diajukan), pencalonan
(siswa diberi pertanyaan dengan siapa mereka mau bekerja sama), dan skala jarak
sosial (siswa ditanya temannya yang paling sombong, nakal, atau kasar).
Dengan
diketahuinya informasi pada diri siswa maka informasi-informasi tersebut dapat
ditindaklanjuti jika ada yang perlu ditindaklanjuti, seperti mengadakan
bimbingan dan konseling atau kunjungan rumah. Penindaklanjutan ini juga dapat
berkaitan dengan penindaklanjutan pada hasil belajar siswa. Jika hasil belajar
siswa kurang dari standar kompetensi yang harus dicapai, maka guru mengadakan
remidiasi. Jika ada siswa yang telah mencapai nilai pada standar kelulusan yang
harus dicapai, maka siswa tersebut diberi pengayaan.
E.
Melakukan
Pencataan Data
Pencatatan
data dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima di
sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan
tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga mampu melakukan bimbingan yang
optimal pada peserta didik. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk
tanggung jawab lembaga dalam perkembangan peserta didik di sebuah lembaga.
Adapun
pencatatan yang diperlukan untuk mendukung data mengenai siswa adalah:
(1) buku induk siswa, berisi catatan tentang
peserta didik yang masuk di sekolah tersebut, pencatatan diserta dengan nomor
induk siswa/no pokok;
(2) buku klapper, pencatatannya
diambil dari buku induk dan penulisannya diurutkan berdasar abjad;
(3) daftar presensi, digunakan untuk
memeriksa kehadiran peserta didik pada kegiatan sekolah;
(4) daftar catatan pribadi peserta
didik berisi data setiap peserta didik beserta riwayat keluarga, pendidikan dan
data psikologis. Biasanya buku ini mendukung program bimbingan dan penyuluhan
di sekolah.
F.
Pemeliharaan
Arsip
Arsip
sebagai salah satu sumber informasi memiliki
fungsi yang sangat penting untuk menunjang proses kegiatan yang
dilakukan dalam sebuah organisasi maupun intansi. Dapat dikatakan bahwa dimana
ada kegiatan manusia niscaya di situ akan terdapat arsip, karena manusia selalu
memerlukan catatan atau rekaman dari setiap kegiatan yang dilakukan sebagai
alat bantu untuk mengingat. Dengan adanya arsip memungkinkan seseorang mampu
mengingat segala dokumen dan catatanyang begitu kompleks, terutama pengelolaan
administrasi dan organisasi yang cakupannya luas. Bukti atau rekaman yang
diperlukan dan dihasilkan dari setiap kegiatan itulah, yang perlu kita tata
secara sistematis agar dapat dengan mudah dan cepat ditemukan bilamana sewaktu
waktu diperlukan.
Wursanto (1991:
21-28) membagi jenis arsip dilihat dari beberapa segi diantaranya.
1. Menurut subjek atau isinya
1. Menurut subjek atau isinya
a) Arsip Keuangan
Jenis arsip
yang berhubungan dengan masalah keuangan seperti laporan keuangan, surat perintah
membayar tunai, surat penagihan, daftar gaji.
b) Arsip Kepegawaian
Jenis arsip
yang berhubungan dengan masalah kepegawaian seperti daftar riwayat hidup
pegawai, surat lamaran, surat surat pengangkatan pegawai, absensi pegawai.
c) Arsip Pemasaran
Jenis arsip
yang berhubungan dengan masalah masalah pemasaran seperti surat penawaran,
surat pesanan, daftar harga barang, surat permintaan kebutuhan barang.
d) Arsip Pendidikan
Jenis arsip
yang berhubungan dengan masalah masalah pendidikan seperti Garis Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP), satuan pelajaran, program pengajaran, daftar absensi
siswa dan guru.
Tujuan dari
sistem kearsipan adalah :
a)
Agar arsip dapat disimpan dan diketemukan
kembali dengan cepat dan tepat.
b)
Menunjang terlaksananya penyusunan arsip yang
berdaya guna dan berhasil guna.
Pemeliharaan
arsip mencakup usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari segala
kerusakan dan kemusnahan. Kerusakan atau kemusnahan arsip bisa datang dari
arsip itu sendiri, maupun disebabkan oleh serangan-serangan dari luar arsip.
Sedangkan, pengamanan arsip adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga
arsip-arsip dari kehilangan maupun dari kerusakan akibat penggunaan. Usaha
pemeliharaan arsip berupa melindungi, mengatasi, mencegah,dan mengambil.
Langkah - langkah, tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan
arsip-arsip beserta informasinya (isinya).
Pengamanan
arsip dari segi fisiknya dapat dilakukan dengan cara restorasi dan laminasi.
Restorasi arsip adalah memperbaiki arsip-arsip yang sudah rusak, atau yang
sulit digunakan, agar dapat dipergunakan dan dapat disimpan kembali. Sedangkan,
laminasi adalah menutup kertas arsip diantara 2 (dua) lemari plastik, sehingga
arsip terlindung dan aman dari bahaya kena air, udara lembab dan serangan
serangga. Dengan cara itu, arsip akan tahan lebih lama untuk disimpan.
Sedangkan pengamanan atau upaya menyelamatkan informasi yang terkandung dalam
arsip (isi) dapat dilakukan dengan mengalih mediakan ke dalam bentuk media
lain, seperti pada micro film, atau ke media digital lainnya.
G.
Mengatur
Setting Kelas
Fasilitas kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Fasilitas kelas (instrumental
in put) berkaitan erat dengan terciptanya lingkungan belajar (environmental in put) kondusif sehingga
murid dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas dapat menjadi
pendorong jika diorganisir secara baik.
1.
Pengorganisasian
Kelas
Organisasi kelas yang tepat akan mendorong terciptanya kondisi
belajar yang kondusif. Pengorganisasian kelas ini pada dasarnya bersifat lokal,
artinya organisasi kelas tergantung guru, kelas, murid, lingkungan kelas, besar
ruangan, penerangan, suhu, dan sebagainya. Dewasa ini pada umumnya penataan
kelas dilakukan secara tradisional yaitu menempatkan satu meja guru berhadapan
dengan meja kursi siswa. Kelas yang ditata secara tradisional tersebut
menempatkan guru sebagai pusat kegiatan dan sentra perhatian, murid tampak
sebagai objek pengajaran bukan sebagai subjek yang belajar. Akibatnya aktivitas
sebagian besar dilakukan guru sedangkan murid hanya pasif menerima.
Di negara-negara yang maju pendidikannya melaksanakan
pengorganisasian kelas secara bervariasi tergantung model sekolah atau kelas
yang mereka kembangkan. Berbagai pengorganisasian kelas dapat dikemukakan,
antara lain:
a.
Kelas
terbuka
Kelas dapat
terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat kelas berbeda. Pelaksanaan model ini
dapat dilaksanakan di Indonesia, jika jadwal pelajaran kelas I sampai kelas VI
sama atau diterapkan di kelas tinggi saja. Misalnya pada waktu jam pelajaran
Bahasa Indonesia, maka seluruh guru mengajar pelajaran tersebut, sedang siswa
masuk ke kelas di mana siswa menguasai tingkatan yang dicapai. Dengan demikian
ada siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masuk kelas III, tetapi pada
waktu Matematika masuk kelas IV, dan mungkin pada waktu pelajaran IPA ke kelas
V. Konsep ini mengikuti perkembangan masing-masing individu.
b.
Kelas
Dua Tingkat
Konsep ini
dilaksanakan dengan cara seorang guru menghadapi kelompok siswa yang berbeda
kelas tetapi berdekatan, misalnya kelas I dan II, II dan III, III dan IV, dan
seterusnya.
c.
Kelas
Awal
Sebagaimana
diketahui, perkembangan anak usia dini (sampai usia 10 tahun) berlangsung secar
holistic yang berarti satu aspek perkembangan mempengaruhi dan dipengaruhi
aspek lainnya. Sejalan dengan perkembangan holistic, konsekuensinya
pengembangan belajar anak harus disesuaikan dengan karakteristik perkembangan
anak, antara lain integral dengan kehidupan anak, dilaksanakan secara informal,
alamiah melalui aktivitas fisik dan kerja. Sehubungan dengan itu pembelajaran
tidak mengenal labeling mata pelajaran tetapi dilaksanakan secara terpadu.
Keterpaduan pembelajaran menuntut guru untuk mampu mengorganisir materi secara alami.
Guru mampu mengkoordinasi melalui kegiatan sehari-hari, peristiwa otentik atau
tema-tema yang sesuai dengan kehidupan anak.
Pembelajaran
dengan pendekatan integral atau terpadu dengan kehidupan anak pada tahap
pelaksanaannya memadukan berbagai konsep, topik,
bahan pelajaran dengan mengurangi sedikit mungkin pemisahan-pemisahan secara
artifisial, bila dimungkinkan guru tidak melabel bahan kajian dalam mata
pelajaran. Pembelajaran dikemas menjadi satu model pembelajaran yang utuh
sehingga pemaknaan terhadap bahan kajian menjadi alami. Hal ini terjadi karena
anak belajar secara keseluruhan dalam hubungan dengan kehidupan akan lebih
mudah dibanding belajar dengan pemisahan-pemisahan secara artifisial yang tak
bermakna.
Konsekuensi dari model pembelajaran yang dikembangkan pada kelas
awal utamanya dan seluruh siswa sekolah dasar umumnya menuntut kemampuan guru
dalam mendesain kelasnya, baik untuk pengaturan tempat duduk maupun
pengorganisasian berbagai fasilitas lainnya.
2.
Pengaturan
Tempat Duduk
Penataan kelas sebagaimana diuraikan pada pengorganisasian kelas
ditata fleksibel yang mudah diubah sesuai pembelajaran yang akan dikembangkan
guru. Penataan tempat duduk dapat berbentuk:
a.
Seating chart
Penempatan murid dalam kelas dibuat suatu denah yang pada satu periode
waktu tertentu dapat diubah sesuai tuntunan pembelajaran yang sedang
dikembangkan oleh guru, sehingga perkembangan dan pertumbuhan murid tidak
terganggu. Siswa yang semula duduk di kiri bergeser ke kanan dan sebaliknya.
Pergeseran hendaknya dilaksanakan melalui kegiatan dialog atau brain storming antara guru dengan
seluruh murid. Brain storming dilaksanakan
dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengembangkan keberanian mengeluarkan
pendapat, menyalurkan minat dan keinginan. Siswa yang duduk dengan teman yang
tidak dikehendaki kurang mendukung iklim belajar yang kondusif, tetapi di lain
pihak pemilihan teman yang monoton akan menimbulkan klik atau geng kelas.
Sehubungan dengan hal tersebut guru hendaknya secara perlahan-lahan mampu
memimpin murid-muridnya untuk mau menyampaikan keinginannya.
Penataan tempat duduk yang didesain dalam chart dapat digambar
sendiri oleh murid atau sekelompok murid atau sekelompok murid secara bergilir,
sehingga keterbatasan penataan secara tradisional ini dapat diminimalkan
pengaruh buruknya. Penataan dan gambar desain dilaksanakan secara bergilir,
sehingga setiap kelompok mampu menuangkan idenya dan mengembangkan iklim
demokrasi di kelasnya, sehingga tercipta sikap menghargai pendapat orang lain
dengan menghilangkan pandangan mereka sendiri.
dst dst dst dst
|
b.
Melingkar
c.
Tapal
Kuda
GURU
|
SISWA
|
Model ini sesuai untuk melaksanakan diskusi kelas yang dipimpin
oleh guru atau ketua diskusi yang dipilih siswa.
3.
Pengaturan
Alat-alat Pelajaran
Alat-alat
pelajaran tidak perlu disimpan ditempat khusus, tetapi cukup diatur di dalam
kelas, sehingga bila sewaktu-waktu digunakan akan cepat diambilnya. Hal yang
penting adalah pengaturan di kelas tetapi tidak mengurangi keindahan kelas.
Mengapa tetap diletakkan di kelas, sebab alat pelajaran pada waktu tertentu
dengan tujuan tertentu dapat difungsikan bukan sebagai alat pelajaran tetapi
justru sebagai media pembelajaran atau sumber belajar yang langsung, nyata,
konkret dan bermakna.
4.
Pemeliharaan
Keindahan Ruangan Kelas
Setiap manusia memiliki cita rasa keindahan walaupun derajat
keindahannya berbeda. Keindahan akan memberikan rasa nyaman dan membuat anak
betah tinggal di tempat tersebut. Kelas yang diharapkan mengundang anak untuk
betah berada di dalamnya hendaknya dijaga kebersihan dan keindahannya. Guru
memiliki fungsi untuk mengorganisir siswanya agar dapat mendesain kelasnya
menjadi kelas yang indah.
Keindahan dapat dicapai
dengan beberapa cara, yaitu:
a.
Menata
ruangan menjadi rapi, misalnya menata alat pelajaran sesuai kelompoknya, menata
buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku, penataan alat pelajaran
permanent yang sesuai dengan ruangan. Desain interior yang harmonis akan
merangsang anak untuk masuk dalam suasana akademik (Immersion).
b.
Penataan
meja guru, gambar-gambar merupakan faktor pendukung tercapainya ruangan yang
rapi dan indah.
5.
Pemeliharaan
Kebersihan Kelas
Kesehatan merupakan modal dasar belajar. Kebersihan tidak dapat
dipisahkan dengan kerapihan. Dapat dikatakan keduanya merupakan dua keping mata
uang yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Guru memiliki tugas untuk
mendorong memiliki sikap hidup bersih dengan melakukan kegiatan-kegiatan rutin
dalam kehidupan di kelas. Bila hal itu dilaksanakan, maka pelaksanaannya dengan
pendekatan intimidasi atau otokratis, sehingga menjaga kebersihan merupakan
kewajiban yang terpaksa dilakukan oleh murid. Guru hendaknya mendorong sikap
hidup bersih menjadi kebiasaan yang timbul dari dalam diri, sehingga menjadi
sikap hidup dan kebiasaan yang harus mereka lakukan berdasar tuntutan dari
dalam diri mereka sendiri.
6.
Cahaya,
Ventilasi, Akustik dan Warna
Kelas yang terlalu terang atau terlalu gelap kurang mendukung
pembelajaran. Kelas yang terlalu terang kurang menunjang pembelajaran IPA,
misalnya untuk percobaan siang dan malam. Ruangan gelap akan merusak mata anak.
Untuk itu desain ruangan hendaknya dapat diatur sesuai tuntutan pembelajaran
yang dikembangkan. Untuk itu guru perlu memperhatikan perlunya kelas menyiapkan
gorden, lampu penerangan jika turun hujan disiang hari dan cuaca gelap.
Anak SD berada pada tahap perkembangan yang menentukan, untuk itu
menjaga kesehatan anak merupakan salah satu tugas managemen kelas oleh guru.
Kelas harus cukup memiliki ventilasi untuk pertukaran udara sehingga anak
merasa sejuk dan nyaman tinggal di kelas.
Guru sering kurang menyadari ruangan yang terang tetapi jendela
tidak dibuka serta kurangnya ventilasi menjadikan suara guru bergema, akibatnya
anak kurang mampu memusatkan perhatian pendengarannya pada suara guru, sebab
terganggu oleh gema suara. Untuk itu, disamping membuka jendela digunakan untuk
pertukaran udara, maka juga berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi gema.
Warna, disamping memiliki arti juga membawa kesan terhadap orang
yang melihat. Dinding sekolah berpengaruh terhadap siswa. Terkadang pemilihan
warna dinding tidak melibatkan guru apalagi murid. Warna dinding hendaknya
secara periodik diganti.
H.
Menyampaikan
Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran
menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus
dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran
tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus
dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan
pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.
1.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan
materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
a. Relevansi artinya kesesuaian.
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan
pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta
didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus
berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Misalnya : kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik adalah ”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum
penawaran serta asumsi yang mendasarinya” (Ekonomi kelas X semester 1) maka
pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang
hukum permintaan dan penawaran” (materi konsep), bukan Menggambar kurva permintaan dan penawaran dari satu daftar transaksi (materi
prosedur).
b. Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar (Matematika Kelas X semester 1) yang meliputi penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus
meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan merasionalkan pecahan
bentuk akar.
c. Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika
terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan
keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan
KD).
Adapun dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus
mampu mengidentifikasi Materi Pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di
bawah ini:
a.
potensi peserta didik;
b.
relevansi dengan karakteristik daerah;
c.
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan spritual peserta didik;
d.
kebermanfaatan bagi peserta didik;
e.
struktur keilmuan;
2.
Langkah-Langkah
Penentuan Materi Pembelajaran
a.
Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di
identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau
dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar
memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus
ditentukan apakah standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif,
psikomotor ataukah afektif.
a)
Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
b)
Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi
gerak awal, semirutin, dan rutin.
c)
Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi
pemberian respons, apresiasi,
penilaian, dan internalisasi.
b.
Identifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi
pembelajaran dengan tingkatan aktivitas
/ranah pembelajarannya. Materi yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan
berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah afektif
ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan
demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan
penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan
penilaian.
Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor
ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik.
Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari
gerakan awal, semirutin, dan rutin. Misalnya tulisan tangan, mengetik,
berenang, mengoperasikan komputer, mengoperasikan mesin dan sebagainya.
Materi yang akan dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensinya
dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang
akan dibelajarkan, maka guru akan mendapatkan ketepatan dalam metode
pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi,
metode, media, dan sistem evaluasi yang berbeda-beda. Misalnya metode
pembelajaran materi fakta atau hafalan bisa menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode
pembelajaran materi prosedur dengan cara
“demonstrasi”.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi
pembelajaran yang akan dibelajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan
tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita
akan mengetahui apakah materi yang harus kita belajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek
sikap, atau keterampilan motorik.
Berikut adalah pertanyaan
penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran.
a.
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik
berupa mengingat nama suatu objek,
simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran
yang harus diajarkan adalah “fakta”. Contoh:
Nama dan lambang zat kimia, nama-nama organ tubuh manusia.
b.
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik
berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu,
mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan
suatu definisi? Kalau jawabannya “ya”
berarti materi yang harus diajarkan adalah “konsep”. Contoh : Seorang guru
Biologi menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian peserta didik diminta
untuk menglasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar
serabut dan mana yang berakar tunggang.
c.
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur
secara urut atau membuat sesuatu? Bila “ya” maka materi yang harus
diajarkan adalah “prosedur”. Contoh :
·
Bagimanan menyusun kerangka karangan yang baik
·
Bagaimana cara mengirim surat
d.
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau
menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”, berarti
materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
Contoh :
· Seorang guru Matematika menjelaskan cara menghitung luas segitiga menggunakan aturan
Trigonometri. Rumus luas segitiga adalah setengah dari perkalian dua sisi
berdekatan kali sinus sudut yang diapit .
· Seorang guru Ekonomi menjelaskan hubungan
antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika
permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik.
e.
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan
baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka
materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek sikap atau nilai. Contoh: Budi
memilih tidak menaati rambu-rambu lalu lintas daripada terlambat ke sekolah walau telah dibelajarkan pentingnya
menaati peraturan lalu lintas.
f.
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”,
maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh:
Dalam pelajaran lompat tinggi, peserta didik diharapkan mampu melompati
mistar setinggi 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah
teknik lompat tinggi.
3. Strategi Urutan Penyampaian
a.
Strategi urutan penyampaian simultan
Jika guru harus menyampaikan lebih dari satu
materi pembelajaran, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan
disajikan secara serentak, kemudian diperdalam satu demi satu (metode global). Misalnya, seorang guru
mata pelajaran Kimia akan menyampaikan materi tentang Ikatan Kimia yang terdiri
dari beberapa macam ikatan, Kestabilan Unsur, Struktur Lewis, Ikatan Ion dan
Ikatan Kovalen, Senyawa Kovalen Polar dan Non-Polar, Ikatan Logam. Pertama-tama
Guru menyajikan gambaran umum sekaligus secara garis besar, kemudian setiap
jenis ikatan disajikan secara mendalam.
b.
Strategi
urutan penyampaian suksesif
Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih
daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam
baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam
pula. Contoh yang
sama, seorang guru mata pelajaran Kimia akan menyampaikan materi tentang Ikatan
Kimia yang terdiri dari beberapa macam Ikatan, Kestabilan Unsur, Struktur
Lewis, Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen, Senyawa Kovalen Polar dan Non-Polar,
Ikatan Logam. Setelah jenis ikatan pertama disajikan secara mendalam, baru
kemudian menyajikan jenis berikutnya yaitu Ikatan Ion, Ikatan Kovalen dan
seterusnya.
I.
Memberikan
Tugas/ Pekerjaan Rumah
Metode pemberian tugas
adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk
di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggungjawabkan kepada
guru Guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal yang cukup banyak
untuk dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru.
Dalam literatur yang
dijelaskan bahwa pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan rumah, tetapi
sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah, untuk
pekerjaan rumah guru menyuruh siswa membaca buku kemudian memberi
pertanyaan-pertanyaan di kelas, tetapi dalam pemberian tugas guru
menyuruh siswa membaca dan menambahkan tugas.
Dari beberapa uraian
di atas dapat disimpulkan, bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru
secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara
nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan.
Kelebihan metode
pemberian tugas :
1.
Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan
hal-hal yang konstruktif.
2.
Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas
pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan segala
sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
3.
Memberi kebiasaan anak untuk belajar.
4.
Memberi tugas anak yang bersifat praktis (H.
Zuhairini, 1977).
Dari berbagai
kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan di atas tentunya metode pemberian
tugas juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
1.
Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang
lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan
pengajaran tidak tercapai.
2.
Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan
individual anak dalam kemampuan dan minat belajar.
3.
Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan
baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya.
4.
Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu
keseimbangan mental anak (H. Zuhairini, 1977).
Dalam penggunaan
teknik pemberian tugas atau resitasi, siswa memiliki kesempatan yang besar
untuk membandingkan antara hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang
lain. Ia juga dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain.
Kesemuanya itu dapat memperluas cakrawala berfikir siswa, meningkatkan
pengetahuan dan menambah pengalaman berharga bagi siswa.
Sebagai petunjuk dalam
penerapan metode pemberian tugas Roestiyah N.K (1989)
mengemukakan perlunya memperhatikan langkah-langkah berikut:
1.
Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
2.
Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik
pemberian tugas itu telah tepat untuk mencapai tujuan yang anda rumuskan.
3.
Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan
mudah dimengerti.
Dalam menerapkan metode pemberian tugas seperti dikemukakan di
atas, guru hendaknya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa
minimal harus selalu disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar
mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna
dan dapat menunjang efektifitas pengajaran. Berbicara lebih jauh mengenai
penerapan metode pemberian tugas,
seringkali diterjemahkan oleh sebagian orang hanya terkait dengan pekerjaan
rumah yang diberikan kepada siswa.
Beberapa jenis tugas
penugasan dianggap sudah ditunaikan apabila siswa telah mengerjakannya. Di sini
tidak diperlukan standar minimum. Akan tetapi jika suatu keterampilan tertentu
ingin dikembangkan, maka tolok ukur penilaian perlu ditentukan dan disampaikan
kepada siswa, sehingga mereka berkesempatan untuk mempraktekkan keterampilan
itu dengan memuaskan. Demikian pula jika penugasan itu berupa laporan atau
makalah yang harus dipersiapkan, para siswa sedapat mungkin sering diberitahu
apa saja target atau sasaran yang diharapkan dari mereka atau dari tugas yang
diberikan, sehingga mereka memiliki cukup pedoman dalam bekerja menyelesaikan
tugas-tugasnya.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Macam-macam
kegiatan dalam manajemen kelas atau pengelolaan kelas antara lain: mengidentifikasi
siswa; menganalisis, memeriksa, menilai hasil pekerjaan siswa; mendistribusikan
alat dan bahan; mengelola informasi dari siswa; melakukan pencatatan data;
memelihara arsip; mengatur setting kelas; menyampaikan materi pembelajaran; dan
memberikan tugas/ PR.
Mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa adalah salah satu upaya guru yang
dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan
dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran
tertentu. Selain itu,
mengidentifikasi kecerdasan siswa juga sangat penting dilakukan.
Menganalisis merupakan kegiatan
berfikir yang dilakukan guru di dalamnya mencakup penguraian, pembedaan,
pemilahan, dan pemecahan berbagai suatu masalah secara menyeluruh terhadap
hasil belajar siswa. Memeriksa adalah suatu aktivitas yang dilakukan
guru untuk melihat, menyelidiki, dan mengamati sesuatu yang telah dilaksanankan
peserta didik untuk diketahui. Menilai adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi) peserta didik.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik,
mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/ perbaikan proses belajar
mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.
Dalam penyimpanan atau pengaturan
bahan dan alat di kelas, sebaiknya guru melakukan pengaturan secara
bersama-sama dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui dimana
saja alat dan bahan tersebut diletakkan atau disimpan, sehingga apabila
sewaktu-waktu siswa membutuhkannya, dapat mengambilnya secara langsung.
Salah satu cara
mengetahui informasi dari siswa yaitu dengan cara membuat daftar quisioner, dapat
pula dilakukan melalui siswa itu sendiri dan melalui teman-temannya. Pengolahan
informasi yang lain dapat dilakukan dengan sosiometri drama, penilaian sejawat,
terka siapa, pencalonan, dan skala jarak sosial.
Pencatatan data dan pelaporan
peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai dengan
tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan tentang kondisi peserta
didik dilakukan agar lembaga mampu melakukan bimbingan yang optimal pada
peserta didik. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab
lembaga dalam perkembangan peserta didik di sebuah lembaga.
Pemeliharaan arsip mencakup
usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari segala kerusakan dan
kemusnahan. Kerusakan atau kemusnahan arsip bisa datang dari arsip itu sendiri,
maupun disebabkan oleh serangan-serangan dari luar arsip. Sedangkan, pengamanan
arsip adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari
kehilangan maupun dari kerusakan akibat penggunaan. Usaha pemeliharaan arsip
berupa melindungi, mengatasi, mencegah,dan mengambil. Langkah - langkah,
tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip beserta
informasinya (isinya).
Fasilitas kelas merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Fasilitas kelas berkaitan erat
dengan terciptanya lingkungan belajar kondusif
sehingga murid dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas dapat
menjadi pendorong jika diorganisir secara baik.
Materi yang
akan dibelajarkan perlu
diidentifikasi secara tepat agar
pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi
jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru akan mendapatkan ketepatan
dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran
memerlukan strategi, metode, media, dan sistem evaluasi yang berbeda-beda.
Dalam menerapkan metode pemberian tugas, guru hendaknya
memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu
disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi,
sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang
efektifitas pengajaran.
B. Saran
Supaya tercipta
pembelajaran yang aktif, kereatif, dan menyenangkan, guru dituntut untuk
menciptakan, memelihara dan mengelola kondisi kelas dengan baik sehingga
mendukung peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajar yang efektif dan
efisien.