Tampilkan postingan dengan label MK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MK. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 Oktober 2012

KEGIATAN - KEGIATAN MANAJEMEN KELAS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar adalah manajemen atau pengelolaan kelas . Dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menciptakan, memelihara dan mengelola kondisi kelas dengan baik sehingga mendukung peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya yang efektif dan efisien. Pada saat siswa belajar secara pasif, siswa mengalami proses tanpa ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil belajar siswa. Pada saat siswa belajar secara aktif, mereka mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu, misalnya dengan cara aktif bertanya, diskusi, menyampaikan pendapat dan lain sebagainya. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan, sehingga apa yang dipelajari akan lebih bermakna, dan tertanam dalam pikiran siswa.
Manajemen kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Sebagai landasan terciptanya kondisi bagi proses belajar mengajar yang efektif, maka manajemen kelas harus diarahkan.  Mengelola kelas merupakan tugas guru untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan jika terjadi gangguan selama proses belajar mengajar. Sebagai contoh guru harus menghentikan tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian di kelas, memberikan penghargaan kepada siswa yang menyelesaikan tugas atau dapat menjawab pertanyaan guru serta penetapan norma-norma atau aturan yang produktif.
Meskipun mengelola kelas adalah tugas guru, tidak ada jeleknya jika guru melibatkan siswa dalam upaya menjadikan kelas kondusif dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Maka seorang guru kadang-kadang juga harus memberikan waktu kepada siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar, dengan cara demikian murid pun akan merasa bahwa menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bukan tanggung jawab guru tetapi juga menjadi kewajiban seluruh siswa.

B.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.         Apa saja yang termasuk kegiatan mengidentifikasi siswa?
2.         Bagaimana cara menganalisis, memeriksa, dan menilai hsil pekerjaan siswa?
3.         Bagaimana cara mendistribusi bahan dan alat yang tepat untuk siswa?
4.         Bagaimana cara mengelola informasi dari siswa untuk siswa?
5.         Bagaimana cara melakukan pencataan siswa?
6.         Bagaimana cara pemeliharaan arsip yang tepat?
7.         Bagaimana cara mengatur setting kelas yang tepat?
8.         Bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran yang tepat?
9.         Bagaimana cara memberikan tugas/ PR yang tepat untuk siswa?

C.    Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini, yaitu:
1.         Mengetahui kegiatan mengidentifikasi siswa.
2.         Mengetahui cara menganalisis, memeriksa, dan menilai hsil pekerjaan siswa.
3.         Mengetahui cara mendistribusi bahan dan alat yang tepat untuk siswa
4.         Mengetahui cara mengelola informasi dari siswa untuk siswa.
5.         Mengetahui cara melakukan pencataan siswa.
6.         Mengetahui cara pemeliharaan arsip yang tepat.
7.         Mengetahui cara mengatur setting kelas yang tepat.
8.         Mengetahui cara menyampaikan materi pelajaran yang tepat.
9.         Mengetahui cara memberikan tugas/ PR yang tepat untuk siswa

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Mengidentifikasi Siswa
Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah salah satu upaya guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal ( hasil belajar ) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik siswa.
Identifikasi siswa mempunyai tujuan antara lain: 1) memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan serta karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu, 2) menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka, 3) menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
1)      Karakteristik Siswa
Begitu banyak ditemukan perbedaan dalam karakteristik siswa, antara lain perbedaan dalam hal biologis, psikologis, intelegensi, dan bakat. Keadaan fisik biologis satu siswa dengan yang lain berbeda sama sekali. Ada siswa yang mempunyai fisik sehat dan lengkap, ada juga siswa yang mempunyai fisik lengkap tetapi tidak sehat. Keadaan psikologis siswa juga beragam, tidak semua siswa siap secara psikologis untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ada siswa yang datang ke sekolah dengan penuh semangat dan senang gembira, ada siswa yang datang ke sekolah dengan sedih dan susah, ada siswa yang malas, ada juga siswa yang berangkat ke sekolah karena menghindari pekerjaan di rumah, dan sebagainya. Intelegensi yang dimiliki siswa juga berbeda-beda, ada yang mempunyai intelegensi tinggi, intelegensi sedang, dan ada yang mempunyai intelegensi rendah. Perbedaan lain yang memerlukan perhatian dari guru adalah bakat. Guru harus memahami bahwa tidak semua siswa mempunyai bakat dalam semua mata pelajaran.
a.     Karakteristik Biologis
Khodijah (2011:182): Aspek biologis yang terkait langsung dengan penerimaan pelajaran di kelas adalah kesehatan mata dan telinga. Anak didik yang memiliki masalah tertentu dalam penglihatan dan pendengarannya akan mengalami masalah tersendiri dalam menerima pelajaran. Dalam hal ini, bila kondisi faktor-faktor lain adalah sama, maka anak yang sehat fisiknya secara menyeluruh akan lebih berpeluang untuk mencapai prestasi yang maksimal.
b.  Karakteristik Psikologis
Khodijah (2011:183): ”Perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan kepribadian.”
Perbedaan siswa dalam hal minat, motivasi, dan kepribadian akan selalu ditemui pada sekelompok siswa. Tidak semua siswa mengikuti pelajaran dengan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran. Ada siswa yang dengan setengah hati mengikuti pelajaran. Demikian pula dengan perbedaan motivasi, ada siswa yang memiliki motivasi tinggi sehingga sangat aktif mengikuti pelajaran, sedangkan yang lainnya mungkin setengah termotivasi atau bahkan tidak termotivasi untuk belajar. Kepribadian siswa juga berbeda, ada siswa yang terbuka sehingga mudah bergaul dan mempunyai banyak teman, tetapi adapula siswa yang tertutup sehingga sulit bergaul dan terkesan tidak mempunyai teman karena sering menyendiri.


c.   Karakteristik Intelegensi
Khodijah (2011:101):  ”Intelegensi adalah kemampuan potensial umum untuk belajar dan bertahan hidup, yang dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, kemampuan untuk berpikir abstrak, dan kemampuan memecahkan masalah.”
Setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menambah keunikan dalam suatu kelas pembelajaran. Ada siswa yang dengan cepat mampu menyerap materi pembelajaran dan ada siswa yang lamban menyerapnya. Ada siswa yang mampu dengan cepat menyelesaikan soal ujian atau tugas, dan ada siswa membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan satu tugas saja.
d.   Karakteristik Bakat
Bingham dalam (Khodijah 2011:185-186) mendefinisikan bakat:
 (sebagai sebuah kondisi atau rangkaian karakteristik yang dianggap sebagai gejala kemampuan seorang individu untuk memperoleh melalui latihan sebagian pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respon seperti kemampuan berbahasa, kemampuan musik, ... dan sebagainya).
Siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih mudah menerima dan menguasai materi pembelajaran jika dibandingkan dengan siswa yang tidak berbakat dalam mata pelajaran tertentu. Walaupun siswa yang tidak berbakat juga sangat dimungkinkan untuk menerima materi pembelajaran dengan lebih baik. 
e.  Karakteristik Lainnya
Khodijah (2011:187): ”Perbedaan individual lain yang banyak diteliti oleh para ahli adalah perbedaan jenis kelamin, perbedaan etnis, dan perbedaan kondisi sosial ekonomi.”
Ada tiga kelompok karakteristik siswa yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.    Karakteristik yang berkaitan dengan fisiologis. Karakteristik ini meliputi: jenis kelamin, kondisi fisik, usia kronologis, panca indera, tingkat kematangan, dan sebagainya.
b.   Karakteristik yang berkaitan dengan psikologis. Karakteristik ini meliputi: bakat, minat, motivasi, intelegensi, gaya belajar, emosi, dan sebagainya.
c.    Karakteristik yang berkaitan dengan lingkungan. Karakteristik ini meliputi etnis, kondisi sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
2)      Kecerdasan Siswa
Ada 8 jenis kecerdasan menurut Gardner :
a.       Kecerdasan Linguistik
Kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan ekspresi dan metafora. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan linguistik adalah wartawan dan reporter, tenaga penjual, penyair, copywriter, penulis dan pengacara.
b.      Kecerdasan Logika-Matematika
Kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta menelaaj berbagai permasalahan secara ilmiah. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan logika matematika adalah : akuntan, ahli statistik, insinyur, penemu, pedagang, dan pembuat program komputer.
c.       Kecerdasan Musikal
Kemampuan untuk mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, dan menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musical adalah guru musik, pembuat instrumen atau alat musik, pemain band atau konduktor, DJ, kritikus musik, kolektor musik, pencipta lagu atau penyanyi.
d.      Kecerdasan Spasial
Kemampuan untuk mengenali pola ruang secara akurat, menginterpretasikan ide grafis dan spasial serta menterjemahkan pola ruang secara tepat. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan spasial adalah photographer, decorator ruang, perancang busana, arsitek, pembuat film.
e.       Kecerdasan Kinestetik (Bodily Kinesthetic)
Kemampuan untuk menggunakan seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu, membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan and meyakinkan serta mendukung orang lain, dan menggunakannya untuk menciptakan bentuk ekspresi baru. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini adalah mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, aktor, penari atau koreografer.
f.       Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intensi, hasrat, dan motivasi orang lain. Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, pekerja sosial, pemimpin, psikolog, guru atau konsultan.
g.      Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan untuk menilai kekuatan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan kedalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, atau ahli filosofi.
h.      Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan dan menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan.

B.     Menganalisis, Memeriksa, dan Menilai Hasil Pekerjaan Siswa
            Menganalisis merupakan kegiatan berfikir yang dilakukan guru di dalamnya mencakup penguraian, pembedaan, pemilahan, dan pemecahan berbagai suatu masalah secara menyeluruh terhadap hasil belajar siswa. Memeriksa adalah suatu aktivitas yang dilakukan guru untuk melihat, menyelidiki, dan mengamati sesuatu yang telah dilaksanankan peserta didik untuk diketahui. Menilai adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi) peserta didik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/ perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.
A. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas
1. Prinsip Penilaian Kelas
a) Mengacu ke kemampuan: Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum.
b) Berkelanjutan (continuous) : Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dalam tahun ajaran.
c) Didaktis : Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non tes harus dirancang baik isi, format maupun tata letak dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
d)Menggali informasi: Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik.
e) Melihat yang benar dan yang salah: Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal-hal yang positif yang diberikan siswa.
2. Tujuan Penilaian Kelas
a) Penelurusan (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.
b) Pengecekan (checking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajran.
c) Pencarian (finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.
d) Menyimpulkan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh komptensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum.
3. Fungsi Penialian Kelas
a) Fungsi Motifasi, penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motifasi siswa untuk belajar.
b) Fungsi Belajar Tuntas, penilaian dikelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar siswa.
c) Fungsi Sebagai Indikator Efektivitas Pengajaran, disamping untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar-mengajar telah berhasil.
d) Fungsi Umpan Balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri.
B. Ragam Penilaian Kelas
1. Test Tertulis
a. Tujuan Penggunaan Test
Ø  Mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan).
Ø  Menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan atau pemahaman).
Ø  Memberikan bukti atas kemampuan yang telah dicapai.
Ø  Menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu maupuan secara kelompok.
Ø  Monitoring standar pendidikan.
b. Fungsi
Ø  Formatif di kelas atau classroom formative assessment bertujuan mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar.
Ø  Sumatif di kelas atau classroom summative assessment betujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik secara menyeluruh.


c. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
a)      Obyektif
1) Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan komptensi pada tingkat berfikir rendah seperti pengetahuan (recall)dan pemahaman, sampai pada tingkat berfikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi.
Bentuk soal terdiri dari item (pokok soal) dan option (pilihan jawaban). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).
2) Benar/Salah
Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah atau ya dan tidak. Dalam menyusun instrument pernyataan benar salah harus diusahakan menghindari kata terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian besar dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta test dalam menjawab.
3) Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berfikir yang terlibat cenderung rendah.
b) Non obyektif
1) Jawaban Singkat/Isian Singkat
Tes bentuk jawaban atau bentuk jawaban atau isian singkat dibuat untuk menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban.
c) Soal uraian
1)      Uraian Objektif
Pertanyaan yang bisa digunakan adalah simpulan, tafsirkan, dan sebagainya. Langkah untuk membuat tes objektif adalah : a). menulis soal berdasarkan indicator pada kisi-kisi, dan b). mengedit pertanyaan.


2)      Uraian Bebas
Bentuk instrument ini dapat dipakai untuk mengukur komptensi-komptensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
3)      Pertanyaan Lisan
Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 0 s/d 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.
2.      Penilaian Kinerja (performance assessment)
Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta test diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan didalam berbagai konteks.
a. Langkah-langkah penilaian kinerja
1). Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang dapat dilakukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2). Menuliskan prilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.
3). Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat di observasi selama siswa melaksanakan tugas.
b. Metode yang dapat digunakan
1). Metode holistic, digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaiam ,mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2). Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai dapat menggunakan checklist dan rating scale.


3. Penilaian Portofolio
           Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian.
1)       Tujuan portofolio
Ø Menghargai perkembangan yang dialami siswa
Ø Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
Ø Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik, dan lain-lain
2)    Prinsip portofolio
Ø Saling percaya (mutual trust) antara guru dan siswa
Ø Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa
Ø Milik bersama (join ownership) antara siswa dan guru
Ø Kepuasan (satisfaction)
Ø Kesesuaian (relevance)
Ø Penilaian proses dan hasil
3)   Metode portofolio
Pengorganisasian dalam penilaian portofolio adalah hal yang sangat penting, terdapat beberapa cara portofolio tetapi semuanya mengandung hal yang paling penting yaitu : 1) pengumpulan (storing), 2) pemilihan (sorting) dan 3) penetapan (dating) dari suatu tugas (task). Menurut Nitko (2000), secara umum penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portofolio ideal, portofolio penampilan, portofolio dokumentasi, portofolio evaluasi dan portofolio kelas.
4)    Pedoman penerapan penilaian portofolio
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah sebagai berikut. Yaitu : memastikan bahwa siswa memiliki berkas portofolio dan bahan penilaian.


5)  Contoh penilaian porto
folio
           Contoh tugas portofolio
Ø  Siswa diminta membuat rancangan pengamatan (dibantu dengan lembar kerja dari guru) mengenai materi-materi satu semester yang akan diberlakukan eksperimentasi.
Ø  Melakukan kegiatan eksperimentasi sesuai dengan alokasi waktu pokok bahasan dengan yang direncanakan.
Ø  Membuat suatu hasil pengamatan berpokok bahasan yang dieksperimenkan dan mencari tentang factor-faktor yang berpengaruh terhadap percobaannya.
Ø  Siswa diminta melakukan diskusi tentang hasil percobaan dan mengambil suatu generalisasi dari hasil percobaan tersebut.
4. Penilaian Proyek
a. Konsep penilaian proyek
Yang dimaksud proyek adalah : tugas yang harus diselesaikan dalam priode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa inpestigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga menyajikan data.
Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan suatu proyek, misalnya pada saat: merencanakan dan mengorganisasikan inpestigasi, bekerja dalam tim, dan arahan diri
b. Konteks dan tujuan penilaian proyek
Dikelas, guru menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis proyek. Dalam konteks ini, siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada suatu topic, mempormulasikan pertanyaan, dan meyelidiki topic tersebut melalui bacaan dan wawancara.

c.  Perencanaan penilaian proyek
Dalam perencanaan penilaian proyek perlu memperhatikan :
Ø Kemampuan pengelolaan, jika siswa diberikan kebebasan yang luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topic yang tepat.
Ø Relevansi, guru harus mempertimbangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek dijadikan sumber bukti.
Ø Keaslian, guru perlu mempertimbangkan seberapa besar petunjuk atau dukungan yang telah diberikan kepada siswa
d. Judging proyek
Ø Metode judgement proyek dapat dinilai secara holistic maupun analytic pada proses maupun produknya. Secara holistic, nilai tunggal mencerminkan kesan umum, sedangkan secara analytic, nilai diberikan pada beberapa aspek.
Ø Keterbandingan judgiment dikelas, keterbandingan nilai proyek tidak begitu penting. Akan tetapi guru harus tetap yakin bahwa nilainya dapat dimengerti siswa.
e. Estimasi dan pelaporan prestasi
Ø Penilaian proyek merupakan salah satu bukti untuk ditempatkan pada peta kemajuan belajar siswa. Nilainya dapat dilakukan secara subtektif maupun objektif.
f. Contoh penilaian proyek
Ø Talk show bersama ahli (expert) dari bidang perkoperasian, pengelola koperasi dan anggota koperasi.
Ø Membuat laporan atau makalah dari kegiatan obserpasi
Ø Mengadakan diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh guru tentang koperasi makalah yang telah disusun berdasarkan hasil obserpasi tersebut.


5. Penilaian Hasil kerja
Terdapat dua tahapan penilaian yaitu : 1) penilaian tentang pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja siswa. 2) penilaian tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya atau kerja siswa.
6. Penilain Sikap
Menurut Klausmeier (1985), ada tiga metode belajar dalam rangka pembentukan sikap.
Ø Mengamati dan meniru, pembelajaran model ini berlangsung pengamatan dan peniruan melalui model.
Ø Menerima penguatan, penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa penguatan hukuman (penguatan negative).
Ø Menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan.
a. Sikap dan objek sikap yang perlu dimiliki
b. Tindak lanjut
c. Cara-cara menilai prilaku
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara, cara-cara tersebut antara lain : observasi prilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan sekala sikap.
d. Contoh penilaian sikap
7. Penialian Diri
Penilaian diri ditingkat kelas (PDK) atau classroom self assessment (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) ditingkat kelas.
a.       Ciri penilaian diri: termotipasi diri; adanya komitmen kepala sekolah, tersosialisasi dengan baik; pelangsung, berkesinambungan; transparansi;



b.      Kriteria penilaian diri
Ø Kriteria penilaian diri meliputi : 1) isi materi yang diajarkan, 2) presentasi apa yang telah di ajarkan, dan 3) kerjasama diantara pimpinan sekolah.
8. Peta Perkembangan Hasil Belajar
Laporan hasil belajar yang dibuat dalam bentuk garis continuum (grafik perkembangan) yang memuat deskripsi dan uraian perkembangan kemampuan atau komptensi hasil belajar siswa dinamakan peta perkembangan hasil belajar
9. Analisis Instrumen
Suatu instrument hendaknya dianalisis sebelum digunakan. Tujuannya adalah : untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instumen yang telah dianalisis secara kuanlitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrument tersebut.
10.  Evaluasi Hasil Penilaian
Guru harus melakukan evaluasi terhadap test dan menetapkan setandar keberhasilan. Dari hasil evaluasi tersebut diketahui komptensi dasar, materi, atau indicator yang belum mencapai ketuntasan. Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakan instrument penilaiannya sulit, apakah instrument penilaian sudah sesuai indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang digunakan kurang tepat.

C.    Mendistribusi Bahan dan Alat
1.      Bahan ajar
Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencangkup antara lain:
a.    Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)
b.    Kompetensi yang akan dicapai
c.    Informasi pendukung
d.   Latihan-latihan
e.    Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja (LK)
f.     Evaluasi
Bahan ajar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
a.       Bahan ajar cetak (printed)
Bahan ajar jenis ini antara lain: Handout, Buku, Modul, Lembar kerja siswa, Brosur, Leaflet, Wallchart, dll
Bahan ajar jenis ini memiliki beberapa keuntungan antara lain:
a.       Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjakkan kepada siswa bagian mana yang sedang dipelajari;
b.      Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit;
c.       Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-pindah;
d.      Menawarkan kemudahan secara luas dan kreatiditas bagi individu;
e.       Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja; dll.
b.      Bahan ajar dengar (Audio)
Bahan ajar jenis ini antara lain: Kaset/ piringan hitam/ compact disk dan Radio
c.       Bahan ajar pandang dengar (Audio Visual)
Bahan ajar jenis ini antara lain: Video/film dan Orang/nara sumber
d.      Bahan ajar interaktif
Menurut guidelines for bibliographic description of interactif multimedia, Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi. Saat ini sudah milai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena di samping menarik juga memudahkan bagi penggunanya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaan hingga penilaian
Bahan ajar interaktif dalam menyiapkannya diperlukan pengetahuan dan keterampilan pendukung yang memadai terutama dalam mengoperasikan peralatan seperti komputer, kamera video, dan kamera foto. Bahan ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk compact disk (CD).

2.      Alat pelajaran
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, guru dan pembelajar membutuhkan alat-alat pelajaran, alat pelajaran adalah alat-alat yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari dikelas. Misalnya: papan tulis , kapur, penghapus, penggaris buku tulis, dan lain-lain. Alat ini sehari-hari selalu tersedia dikelas, karena digunakan baik oleh guru ,maupun pembelajar.
Alat-alat pelajaran dapat dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain:
a.       Menurut kedudukannya; alat pelajaran dibedakan atas alat permanen dan tidak permanen. Permanen jika alat pelajaran tersebut diletakkan di kelas secara terus menerus, misalnya: listrik, papan tulis dan sebagainya. Alat pelajaran tidak permanen atau yang bergerak (movable) yaitu alat pelajaran yang dapat dipindah, misalnya: kursi, OHP, mesin-mesin, peta, dan sebagainya.
b.      Menurut fungsi;
1.      Alat untuk menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan lain-lain.
2.      Alat-alat lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
Bahan dan alat-alat pelajaran tersebut tidak perlu disimpan ditempat khusus, tetapi cukup diatur di dalam kelas, sehingga bila sewaktu-waktu digunakan akan cepat. Hal yang penting adalah pengaturan dikelas tetapi tidak mengurangi keindahan kelas. Mengapa tetap diletakkan di kelas, sebab alat pelajaran pada waktu tertentu dengan tujuan tertentu dapat difungsikan bukan sebagai alat pelajaran tetapi justru sebagai media pembelajaran atau sumber belajar yang langsung, nyata, konkret, dan bermakna.
Dalam penyimpanan atau pengaturan bahan dan alat di kelas, sebaiknya guru melakukan pengaturan secara bersama-sama dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui dimana saja alat dan bahan tersebut diletakkan atau disimpan, sehingga apabila sewaktu-waktu siswa membutuhkannya, dapat mengambilnya secara langsung.
D.    Mengelola Informasi dari Siswa
Peran seorang guru sangat signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konselor, eksplorator, dsb. Siswa dengan banyak karakter yang berbeda, tentunya menjadi salah satu kendala dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru perlu menggali bermacam-macam informasi dari siswa. Selain itu agar tercapai suatu tujuan pembelajaran yang baik maka diperlukan pengolahan informasi yang baik.
Salah satu cara mengetahui informasi dari siswa antara lain dengan cara membuat daftar quisioner. Dalam quisioner tersebut, guru memasukkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan informasi yang perlu diketahui. Quisioner ini dapat diberikan pada siswa ketika penerimaan siswa baru. Dari pencantuman prestasi, guru dapat mengidentifikasi bakat apa yang dimiliki siswa. Selain informasi dari quisioner, informasi lain yang perlu diketahui oleh guru adalah mengenai bagaimana hubungan mental siswa sangat berpengaruh sosial siswa, karena sikap mental siswa juga sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Pengolahan informasi siswa dapat pula dilakukan melalui siswa itu sendiri dan melalui teman-temannya. Informasi siswa melalui diri sendiri (self assesment) merupakan penilaian siswa terhadap diri sendiri misalnya dalam lingkup pembelajaran mengenai bagaimana kemampuannya dalam menyerap materi pembelajaran yang diberikan guru dan materi-materi apa yang masih dianggapnya sulit. Hal ini dapat membantu guru dalam membentu kesulitan, mempercepat dan memperluas penguasaan, dan mengembangkan sesuatu yang disukai siswa.
Pengolahan informasi yang lain dapat dilakukan dengan sosiometri drama, penilaian sejawat (siswa diminta menilai kedudukan teman dalam kelas), terka siapa (siswa diminta untuk menerka temannya yang sesuai dengan karakter yang diajukan), pencalonan (siswa diberi pertanyaan dengan siapa mereka mau bekerja sama), dan skala jarak sosial (siswa ditanya temannya yang paling sombong, nakal, atau kasar).
Dengan diketahuinya informasi pada diri siswa maka informasi-informasi tersebut dapat ditindaklanjuti jika ada yang perlu ditindaklanjuti, seperti mengadakan bimbingan dan konseling atau kunjungan rumah. Penindaklanjutan ini juga dapat berkaitan dengan penindaklanjutan pada hasil belajar siswa. Jika hasil belajar siswa kurang dari standar kompetensi yang harus dicapai, maka guru mengadakan remidiasi. Jika ada siswa yang telah mencapai nilai pada standar kelulusan yang harus dicapai, maka siswa tersebut diberi pengayaan.

E.    Melakukan Pencataan Data
Pencatatan data dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga mampu melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam perkembangan peserta didik di sebuah lembaga.
Adapun pencatatan yang diperlukan untuk mendukung data mengenai siswa adalah:
 (1) buku induk siswa, berisi catatan tentang peserta didik yang masuk di sekolah tersebut, pencatatan diserta dengan nomor induk siswa/no pokok;
(2) buku klapper, pencatatannya diambil dari buku induk dan penulisannya diurutkan berdasar abjad;
(3) daftar presensi, digunakan untuk memeriksa kehadiran peserta didik pada kegiatan sekolah;
(4) daftar catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik beserta riwayat keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini mendukung program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

F.     Pemeliharaan Arsip
Arsip sebagai salah satu sumber informasi memiliki fungsi yang sangat penting untuk menunjang proses kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi maupun intansi. Dapat dikatakan bahwa dimana ada kegiatan manusia niscaya di situ akan terdapat arsip, karena manusia selalu memerlukan catatan atau rekaman dari setiap kegiatan yang dilakukan sebagai alat bantu untuk mengingat. Dengan adanya arsip memungkinkan seseorang mampu mengingat segala dokumen dan catatanyang begitu kompleks, terutama pengelolaan administrasi dan organisasi yang cakupannya luas. Bukti atau rekaman yang diperlukan dan dihasilkan dari setiap kegiatan itulah, yang perlu kita tata secara sistematis agar dapat dengan mudah dan cepat ditemukan bilamana sewaktu waktu diperlukan.
Wursanto (1991: 21-28) membagi jenis arsip dilihat dari beberapa segi diantaranya.
1. Menurut subjek atau isinya
a) Arsip Keuangan
Jenis arsip yang berhubungan dengan masalah keuangan seperti laporan keuangan, surat perintah membayar tunai, surat penagihan, daftar gaji.
b) Arsip Kepegawaian
Jenis arsip yang berhubungan dengan masalah kepegawaian seperti daftar riwayat hidup pegawai, surat lamaran, surat surat pengangkatan pegawai, absensi pegawai.



c) Arsip Pemasaran
Jenis arsip yang berhubungan dengan masalah masalah pemasaran seperti surat penawaran, surat pesanan, daftar harga barang, surat permintaan kebutuhan barang.
d) Arsip Pendidikan
Jenis arsip yang berhubungan dengan masalah masalah pendidikan seperti Garis Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), satuan pelajaran, program pengajaran, daftar absensi siswa dan guru.
Tujuan dari sistem kearsipan adalah :
a)      Agar arsip dapat disimpan dan diketemukan kembali dengan cepat dan tepat.
b)      Menunjang terlaksananya penyusunan arsip yang berdaya guna dan berhasil guna.
Pemeliharaan arsip mencakup usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari segala kerusakan dan kemusnahan. Kerusakan atau kemusnahan arsip bisa datang dari arsip itu sendiri, maupun disebabkan oleh serangan-serangan dari luar arsip. Sedangkan, pengamanan arsip adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari kehilangan maupun dari kerusakan akibat penggunaan. Usaha pemeliharaan arsip berupa melindungi, mengatasi, mencegah,dan mengambil. Langkah - langkah, tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip beserta informasinya (isinya).
Pengamanan arsip dari segi fisiknya dapat dilakukan dengan cara restorasi dan laminasi. Restorasi arsip adalah memperbaiki arsip-arsip yang sudah rusak, atau yang sulit digunakan, agar dapat dipergunakan dan dapat disimpan kembali. Sedangkan, laminasi adalah menutup kertas arsip diantara 2 (dua) lemari plastik, sehingga arsip terlindung dan aman dari bahaya kena air, udara lembab dan serangan serangga. Dengan cara itu, arsip akan tahan lebih lama untuk disimpan. Sedangkan pengamanan atau upaya menyelamatkan informasi yang terkandung dalam arsip (isi) dapat dilakukan dengan mengalih mediakan ke dalam bentuk media lain, seperti pada micro film, atau ke media digital lainnya.

G.   Mengatur Setting Kelas
Fasilitas kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Fasilitas kelas (instrumental in put) berkaitan erat dengan terciptanya lingkungan belajar (environmental in put) kondusif sehingga murid dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas dapat menjadi pendorong jika diorganisir secara baik.
1.      Pengorganisasian Kelas
Organisasi kelas yang tepat akan mendorong terciptanya kondisi belajar yang kondusif. Pengorganisasian kelas ini pada dasarnya bersifat lokal, artinya organisasi kelas tergantung guru, kelas, murid, lingkungan kelas, besar ruangan, penerangan, suhu, dan sebagainya. Dewasa ini pada umumnya penataan kelas dilakukan secara tradisional yaitu menempatkan satu meja guru berhadapan dengan meja kursi siswa. Kelas yang ditata secara tradisional tersebut menempatkan guru sebagai pusat kegiatan dan sentra perhatian, murid tampak sebagai objek pengajaran bukan sebagai subjek yang belajar. Akibatnya aktivitas sebagian besar dilakukan guru sedangkan murid hanya pasif menerima.
Di negara-negara yang maju pendidikannya melaksanakan pengorganisasian kelas secara bervariasi tergantung model sekolah atau kelas yang mereka kembangkan. Berbagai pengorganisasian kelas dapat dikemukakan, antara lain:
a.       Kelas terbuka
Kelas dapat terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat kelas berbeda. Pelaksanaan model ini dapat dilaksanakan di Indonesia, jika jadwal pelajaran kelas I sampai kelas VI sama atau diterapkan di kelas tinggi saja. Misalnya pada waktu jam pelajaran Bahasa Indonesia, maka seluruh guru mengajar pelajaran tersebut, sedang siswa masuk ke kelas di mana siswa menguasai tingkatan yang dicapai. Dengan demikian ada siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masuk kelas III, tetapi pada waktu Matematika masuk kelas IV, dan mungkin pada waktu pelajaran IPA ke kelas V. Konsep ini mengikuti perkembangan masing-masing individu. 
b.      Kelas Dua Tingkat
Konsep ini dilaksanakan dengan cara seorang guru menghadapi kelompok siswa yang berbeda kelas tetapi berdekatan, misalnya kelas I dan II, II dan III, III dan IV, dan seterusnya.
c.       Kelas Awal
Sebagaimana diketahui, perkembangan anak usia dini (sampai usia 10 tahun) berlangsung secar holistic yang berarti satu aspek perkembangan mempengaruhi dan dipengaruhi aspek lainnya. Sejalan dengan perkembangan holistic, konsekuensinya pengembangan belajar anak harus disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak, antara lain integral dengan kehidupan anak, dilaksanakan secara informal, alamiah melalui aktivitas fisik dan kerja. Sehubungan dengan itu pembelajaran tidak mengenal labeling mata pelajaran tetapi dilaksanakan secara terpadu. Keterpaduan pembelajaran menuntut guru untuk mampu mengorganisir materi secara alami. Guru mampu mengkoordinasi melalui kegiatan sehari-hari, peristiwa otentik atau tema-tema yang sesuai dengan kehidupan anak.
Pembelajaran dengan pendekatan integral atau terpadu dengan kehidupan anak pada tahap pelaksanaannya memadukan berbagai konsep, topik, bahan pelajaran dengan mengurangi sedikit mungkin pemisahan-pemisahan secara artifisial, bila dimungkinkan guru tidak melabel bahan kajian dalam mata pelajaran. Pembelajaran dikemas menjadi satu model pembelajaran yang utuh sehingga pemaknaan terhadap bahan kajian menjadi alami. Hal ini terjadi karena anak belajar secara keseluruhan dalam hubungan dengan kehidupan akan lebih mudah dibanding belajar dengan pemisahan-pemisahan secara artifisial yang tak bermakna.
Konsekuensi dari model pembelajaran yang dikembangkan pada kelas awal utamanya dan seluruh siswa sekolah dasar umumnya menuntut kemampuan guru dalam mendesain kelasnya, baik untuk pengaturan tempat duduk maupun pengorganisasian berbagai fasilitas lainnya.
2.      Pengaturan Tempat Duduk
Penataan kelas sebagaimana diuraikan pada pengorganisasian kelas ditata fleksibel yang mudah diubah sesuai pembelajaran yang akan dikembangkan guru. Penataan tempat duduk dapat berbentuk:
a.   Seating chart
Penempatan murid dalam kelas dibuat suatu denah yang pada satu periode waktu tertentu dapat diubah sesuai tuntunan pembelajaran yang sedang dikembangkan oleh guru, sehingga perkembangan dan pertumbuhan murid tidak terganggu. Siswa yang semula duduk di kiri bergeser ke kanan dan sebaliknya. Pergeseran hendaknya dilaksanakan melalui kegiatan dialog atau brain storming antara guru dengan seluruh murid. Brain storming dilaksanakan dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengembangkan keberanian mengeluarkan pendapat, menyalurkan minat dan keinginan. Siswa yang duduk dengan teman yang tidak dikehendaki kurang mendukung iklim belajar yang kondusif, tetapi di lain pihak pemilihan teman yang monoton akan menimbulkan klik atau geng kelas. Sehubungan dengan hal tersebut guru hendaknya secara perlahan-lahan mampu memimpin murid-muridnya untuk mau menyampaikan keinginannya.
Penataan tempat duduk yang didesain dalam chart dapat digambar sendiri oleh murid atau sekelompok murid atau sekelompok murid secara bergilir, sehingga keterbatasan penataan secara tradisional ini dapat diminimalkan pengaruh buruknya. Penataan dan gambar desain dilaksanakan secara bergilir, sehingga setiap kelompok mampu menuangkan idenya dan mengembangkan iklim demokrasi di kelasnya, sehingga tercipta sikap menghargai pendapat orang lain dengan menghilangkan pandangan mereka sendiri.


  




       dst              dst                 dst                 dst
 










b.      Melingkar








c.       Tapal Kuda

GURU

SISWA
 







Model ini sesuai untuk melaksanakan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru atau ketua diskusi yang dipilih siswa.


3.      Pengaturan Alat-alat Pelajaran
Alat-alat pelajaran tidak perlu disimpan ditempat khusus, tetapi cukup diatur di dalam kelas, sehingga bila sewaktu-waktu digunakan akan cepat diambilnya. Hal yang penting adalah pengaturan di kelas tetapi tidak mengurangi keindahan kelas. Mengapa tetap diletakkan di kelas, sebab alat pelajaran pada waktu tertentu dengan tujuan tertentu dapat difungsikan bukan sebagai alat pelajaran tetapi justru sebagai media pembelajaran atau sumber belajar yang langsung, nyata, konkret dan bermakna.
4.      Pemeliharaan Keindahan Ruangan Kelas
Setiap manusia memiliki cita rasa keindahan walaupun derajat keindahannya berbeda. Keindahan akan memberikan rasa nyaman dan membuat anak betah tinggal di tempat tersebut. Kelas yang diharapkan mengundang anak untuk betah berada di dalamnya hendaknya dijaga kebersihan dan keindahannya. Guru memiliki fungsi untuk mengorganisir siswanya agar dapat mendesain kelasnya menjadi kelas yang indah.
 Keindahan dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu:
a.       Menata ruangan menjadi rapi, misalnya menata alat pelajaran sesuai kelompoknya, menata buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku, penataan alat pelajaran permanent yang sesuai dengan ruangan. Desain interior yang harmonis akan merangsang anak untuk masuk dalam suasana akademik (Immersion).
b.      Penataan meja guru, gambar-gambar merupakan faktor pendukung tercapainya ruangan yang rapi dan indah.
5.      Pemeliharaan Kebersihan Kelas
Kesehatan merupakan modal dasar belajar. Kebersihan tidak dapat dipisahkan dengan kerapihan. Dapat dikatakan keduanya merupakan dua keping mata uang yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. Guru memiliki tugas untuk mendorong memiliki sikap hidup bersih dengan melakukan kegiatan-kegiatan rutin dalam kehidupan di kelas. Bila hal itu dilaksanakan, maka pelaksanaannya dengan pendekatan intimidasi atau otokratis, sehingga menjaga kebersihan merupakan kewajiban yang terpaksa dilakukan oleh murid. Guru hendaknya mendorong sikap hidup bersih menjadi kebiasaan yang timbul dari dalam diri, sehingga menjadi sikap hidup dan kebiasaan yang harus mereka lakukan berdasar tuntutan dari dalam diri mereka sendiri.
6.      Cahaya, Ventilasi, Akustik dan Warna
Kelas yang terlalu terang atau terlalu gelap kurang mendukung pembelajaran. Kelas yang terlalu terang kurang menunjang pembelajaran IPA, misalnya untuk percobaan siang dan malam. Ruangan gelap akan merusak mata anak. Untuk itu desain ruangan hendaknya dapat diatur sesuai tuntutan pembelajaran yang dikembangkan. Untuk itu guru perlu memperhatikan perlunya kelas menyiapkan gorden, lampu penerangan jika turun hujan disiang hari dan cuaca gelap.
Anak SD berada pada tahap perkembangan yang menentukan, untuk itu menjaga kesehatan anak merupakan salah satu tugas managemen kelas oleh guru. Kelas harus cukup memiliki ventilasi untuk pertukaran udara sehingga anak merasa sejuk dan nyaman tinggal di kelas.
Guru sering kurang menyadari ruangan yang terang tetapi jendela tidak dibuka serta kurangnya ventilasi menjadikan suara guru bergema, akibatnya anak kurang mampu memusatkan perhatian pendengarannya pada suara guru, sebab terganggu oleh gema suara. Untuk itu, disamping membuka jendela digunakan untuk pertukaran udara, maka juga berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi gema.
Warna, disamping memiliki arti juga membawa kesan terhadap orang yang melihat. Dinding sekolah berpengaruh terhadap siswa. Terkadang pemilihan warna dinding tidak melibatkan guru apalagi murid. Warna dinding hendaknya secara periodik diganti.




H.    Menyampaikan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.  Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.
1.      Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
a.       Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.  Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah ”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi yang mendasarinya  (Ekonomi kelas X semester 1) maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang hukum permintaan dan penawaran” (materi konsep), bukan  Menggambar kurva permintaan dan penawaran dari satu daftar transaksi (materi prosedur).
b.      Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar (Matematika Kelas X semester 1) yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan merasionalkan pecahan bentuk akar.
c.       Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
Adapun dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi Materi Pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
a.         potensi peserta didik;
b.         relevansi dengan karakteristik daerah;
c.         tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d.        kebermanfaatan bagi peserta didik;
e.         struktur keilmuan;
2.      Langkah-Langkah Penentuan Materi Pembelajaran
a.    Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap  standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi  dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
                            a)         Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,  dan penilaian.
                            b)         Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.
                            c)         Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
b.    Identifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran  dengan tingkatan aktivitas /ranah  pembelajarannya. Materi  yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian.
Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin. Misalnya tulisan tangan, mengetik, berenang, mengoperasikan komputer, mengoperasikan mesin dan sebagainya.
Materi yang akan dibelajarkan  perlu diidentifikasi  secara tepat agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru akan mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, metode, media, dan sistem evaluasi yang berbeda-beda. Misalnya metode pembelajaran materi fakta atau hafalan bisa menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode pembelajaran materi prosedur dengan cara  demonstrasi”.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan dibelajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.  Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita belajarkan berupa  fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau keterampilan motorik.
Berikut adalah pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran.
a.         Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa mengingat nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta”. Contoh: Nama dan lambang zat kimia, nama-nama organ tubuh manusia.
b.         Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau  jawabannya “ya” berarti materi yang harus diajarkan adalah “konsep”. Contoh : Seorang guru Biologi menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian peserta didik diminta untuk menglasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang.
c.         Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan  adalah “prosedur”. Contoh :
·           Bagimanan menyusun kerangka karangan yang baik
·           Bagaimana cara mengirim surat
d.        Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”. Contoh :
·      Seorang guru Matematika menjelaskan cara  menghitung luas segitiga menggunakan aturan Trigonometri. Rumus luas segitiga adalah setengah dari perkalian dua sisi berdekatan kali sinus sudut yang diapit .
·      Seorang guru Ekonomi menjelaskan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik.
e.         Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek sikap atau nilai. Contoh: Budi memilih tidak menaati rambu-rambu lalu lintas daripada terlambat ke sekolah walau telah dibelajarkan pentingnya menaati peraturan lalu lintas.
f.          Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, peserta didik diharapkan mampu melompati mistar setinggi 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.




3.      Strategi Urutan Penyampaian 
a.         Strategi urutan penyampaian simultan
Jika guru harus menyampaikan lebih dari satu materi pembelajaran, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, kemudian diperdalam satu demi satu (metode global). Misalnya, seorang guru mata pelajaran Kimia akan menyampaikan materi tentang Ikatan Kimia yang terdiri dari beberapa macam ikatan, Kestabilan Unsur, Struktur Lewis, Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen, Senyawa Kovalen Polar dan Non-Polar, Ikatan Logam. Pertama-tama Guru menyajikan gambaran umum sekaligus secara garis besar, kemudian setiap jenis ikatan disajikan secara mendalam.
b.         Strategi urutan penyampaian suksesif
Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, seorang guru mata pelajaran Kimia akan menyampaikan materi tentang Ikatan Kimia yang terdiri dari beberapa macam Ikatan, Kestabilan Unsur, Struktur Lewis, Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen, Senyawa Kovalen Polar dan Non-Polar, Ikatan Logam. Setelah jenis ikatan pertama disajikan secara mendalam, baru kemudian menyajikan jenis berikutnya yaitu Ikatan Ion, Ikatan Kovalen dan seterusnya.

I.       Memberikan Tugas/ Pekerjaan Rumah
Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggungjawabkan kepada guru Guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal yang cukup banyak untuk dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru.
Dalam literatur yang dijelaskan bahwa pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah, untuk pekerjaan rumah guru menyuruh siswa membaca buku kemudian memberi pertanyaan-pertanyaan di kelas, tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh siswa membaca dan menambahkan tugas.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan.
Kelebihan metode pemberian tugas :
1.      Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
2.    Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
3.      Memberi kebiasaan anak untuk belajar.
4.      Memberi tugas anak yang bersifat praktis (H. Zuhairini, 1977).
Dari berbagai kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan di atas tentunya metode pemberian tugas juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
1.        Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
2.        Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar.
3.        Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya.
4.        Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental anak (H. Zuhairini, 1977).
Dalam penggunaan teknik pemberian tugas atau resitasi, siswa memiliki kesempatan yang besar untuk membandingkan antara hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang lain. Ia juga dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Kesemuanya itu dapat memperluas cakrawala berfikir siswa, meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman berharga bagi siswa.
Sebagai petunjuk dalam penerapan metode pemberian tugas Roestiyah N.K (1989) mengemukakan perlunya memperhatikan langkah-langkah berikut:
1.      Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
2.     Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik pemberian tugas itu telah tepat untuk mencapai tujuan yang anda rumuskan.
3.      Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti.
Dalam menerapkan metode pemberian tugas seperti dikemukakan di atas, guru hendaknya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang efektifitas pengajaran. Berbicara lebih jauh mengenai penerapan metode pemberian tugas, seringkali diterjemahkan oleh sebagian orang hanya terkait dengan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa. 
Beberapa jenis tugas penugasan dianggap sudah ditunaikan apabila siswa telah mengerjakannya. Di sini tidak diperlukan standar minimum. Akan tetapi jika suatu keterampilan tertentu ingin dikembangkan, maka tolok ukur penilaian perlu ditentukan dan disampaikan kepada siswa, sehingga mereka berkesempatan untuk mempraktekkan keterampilan itu dengan memuaskan. Demikian pula jika penugasan itu berupa laporan atau makalah yang harus dipersiapkan, para siswa sedapat mungkin sering diberitahu apa saja target atau sasaran yang diharapkan dari mereka atau dari tugas yang diberikan, sehingga mereka memiliki cukup pedoman dalam bekerja menyelesaikan tugas-tugasnya.





BAB III
PENUTUPAN

A.    Kesimpulan
Macam-macam kegiatan dalam manajemen kelas atau pengelolaan kelas antara lain: mengidentifikasi siswa; menganalisis, memeriksa, menilai hasil pekerjaan siswa; mendistribusikan alat dan bahan; mengelola informasi dari siswa; melakukan pencatatan data; memelihara arsip; mengatur setting kelas; menyampaikan materi pembelajaran; dan memberikan tugas/ PR.
Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah salah satu upaya guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Selain itu, mengidentifikasi kecerdasan siswa juga sangat penting dilakukan.
Menganalisis merupakan kegiatan berfikir yang dilakukan guru di dalamnya mencakup penguraian, pembedaan, pemilahan, dan pemecahan berbagai suatu masalah secara menyeluruh terhadap hasil belajar siswa. Memeriksa adalah suatu aktivitas yang dilakukan guru untuk melihat, menyelidiki, dan mengamati sesuatu yang telah dilaksanankan peserta didik untuk diketahui. Menilai adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi) peserta didik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/ perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.
Dalam penyimpanan atau pengaturan bahan dan alat di kelas, sebaiknya guru melakukan pengaturan secara bersama-sama dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui dimana saja alat dan bahan tersebut diletakkan atau disimpan, sehingga apabila sewaktu-waktu siswa membutuhkannya, dapat mengambilnya secara langsung.

Salah satu cara mengetahui informasi dari siswa yaitu  dengan cara membuat daftar quisioner, dapat pula dilakukan melalui siswa itu sendiri dan melalui teman-temannya. Pengolahan informasi yang lain dapat dilakukan dengan sosiometri drama, penilaian sejawat, terka siapa, pencalonan, dan skala jarak sosial.
Pencatatan data dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga mampu melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam perkembangan peserta didik di sebuah lembaga.
Pemeliharaan arsip mencakup usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari segala kerusakan dan kemusnahan. Kerusakan atau kemusnahan arsip bisa datang dari arsip itu sendiri, maupun disebabkan oleh serangan-serangan dari luar arsip. Sedangkan, pengamanan arsip adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari kehilangan maupun dari kerusakan akibat penggunaan. Usaha pemeliharaan arsip berupa melindungi, mengatasi, mencegah,dan mengambil. Langkah - langkah, tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip beserta informasinya (isinya).
Fasilitas kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Fasilitas kelas berkaitan erat dengan terciptanya lingkungan belajar kondusif sehingga murid dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas dapat menjadi pendorong jika diorganisir secara baik.
Materi yang akan dibelajarkan  perlu diidentifikasi  secara tepat agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru akan mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, metode, media, dan sistem evaluasi yang berbeda-beda.
Dalam menerapkan metode pemberian tugas, guru hendaknya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang efektifitas pengajaran.
B.    Saran
Supaya tercipta pembelajaran yang aktif, kereatif, dan menyenangkan, guru dituntut untuk menciptakan, memelihara dan mengelola kondisi kelas dengan baik sehingga mendukung peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajar yang efektif dan efisien.