Bagaikan bayi yang tak terlepas oleh ibunya, dan begitu juga kasih sayang ibu akan kepribadian seorang anak yang diturunkannya. Beraharapkah kalian apabila menjadi seorang orang tua, mendapatkan seorang anak yang berkepribadian baik dan memiliki kepribadian social yang baik juga???
Tentu semua orang mengharapkan itu. Meskipun orang tua tersebut memiliki kepribadian buruk, tapi pasti berharap kelak anaknya menjadi orang yang baik.
Ada yang teori yang mengemukakan bahwa Jalinan kasih (attachment) ibu-anak yang merupakan dasar bagi perkembangan aspek sosio-emosional anak selanjutnya adalah perilaku bawaan, teori ini disebut teori ethologi. Bila kita menjelaskan proses perkembangan dan diferensiasi pada anak tentunya kita mengetahui bagaimana perkembangan anak sejak masih bayi. Ketika lahir, bayi memiliki seperangkat rangsangan-rangsangan tertentu. Kemudian pada saat tiga bulan pertama, rasa ketidaksenangan dan ketidak gembiraan bayi mulai dapat diketahui. Pada usia 3-6 bulan pertama, rasa ketidaksenangan bayi dideferensiasikan lagi menjadi kemarahan, kebencian dan ketakuta. pada usia 9-12, perasaan akan kesenangan dan kegembiraan juga dapat diketahui dengan perasaan kasih saying, lau akan berkembang menjadi rasa cemburu. Dan sekitar usia 2 tahun, rasa senang anak akan lebih dideferensiasi lagi menjadi kenikmatan dan keasyikan terhadap sesuatu. Pada saat usia 5 tahun, ketidaksenangan anak berkembang lagi menjadi perasaan rasa malu, kecewa dan rasa ketidaksenangan berkembang menjadi harapan dan kasih saying. Dan seterusnya akan mengalami penguatan-penguatan melalui pengalaman dengan lingkungannya.
Hemmm….
Ternyata, pengaruh soio-emosi anak banyak juga. Misalnya dalam perlakuan dan cara pengasuhan orang tua, kesesuaian antara bayi dan pengasuh, tempramen bayi, dan bahkan perlakuan gurunya di sekolah juga dapat mempengaruhinya. Factor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, dan kalau bias terlaksana dengan seimbang, maka anak dapat berlangsung dengan baik.
Teman sebaya juga dapat berpengaruh dalam perkembangan sosialnya, karena mereka dapat berkomunikasi dan kesamaan usia, situasi, keakraban, ukuran kelompok dan perkembangan kognisinya yang mungkin menjadikan teman sebaya itu berpengaruh dalam perkembangannya.
Disamping perkembangan-perkembangan di atas, ada yang paling penting yaitu perkembangan diri (self) yaitu persepsi seseorang tentang dirinya-abilitas-perilaku, harga diri, dan kepribadiannya. Kepribadian diri juga dapat disebut dengan pencarian identitas diri atau jati diri anak yang terbentuk dari psyikososial.
Krisis-krisis kehidupan???
Itulah yang dialami oleh setiap individu, perkembangan identitas diri sampai puncak dialami oleh remaja, akan tetapi proses perkembangan dimulai sejak bayi sampai tua. Krisis-krisis yang akan dilalui bayi hingga anak-anak dapat dibedakan menjadi 8 krisis, yaitu : kepercayaan lawan ketidakpercayaan, misalnya pada bayi apabila selalu dipenuhi permintaannya maka dia akan saying dan tidak ada rasa curiga terhadap orang dewasa itu, berbeda dengan orang asing yang belum ia ketahui sebelumnya akan menimbulkan rasa minder atau takut terhadapnya. ; kemandirian lawan malu dan keraguan, keberhasilan anak menghadapi krisis pada masa ini akan mengembangkan rasa kemandirian . peran orangtua juga penting dalam memberikan tugas-tugas tertentu kepada anak.; Inisiatif lawan Merasa Berdosa, dialami oleh anak usia 4 sampai 5 tahun yang menggambarkan akan jadi apakah dirinya kelak? ; Mampu Berkarya Lawan Inferioritas, dialami oleh anak usia 6 tahun hingga remaja yang yakin bahwa dirinya akan bias mengerjakan sesuatunta dan akan mendapatkan rasa tidak percaya apabila mendapat cemoohan orang lain.
Kesadaran akan identitas jenis kelamin juga harus dimengerti oleh anak, misalnya dalam factor biologis,adanya perbedaan anatomis dan hormone wanita dan pria. Factor social, anak mempelajari peran jenis kelamin melalui penniruan dan observasi terhadap perilaku orang lain . factor yang lain adalah Media masa, misalnya dahulu wanita sering ditampilkan sebagai sosok yang romantic,penjaga rumah,mengutamakan penampilan fisik sedangkan pria ditampilkan sebagai konteks karir dan olahraga tetapi sekarang sudah sangat berbeda wanita dapat menduduki segenap karir dan profesi sesuai dengan kemampuannya termasuk sebagai pejabat Negara karena pada jaman sekarang ada kesetaraan jender antara pria dan wanita . factor yang terakhir adalah perkembangan kognitif, sejak anak memahami dirinya sebagai seorang pria atau wanita ,ia mengorganisasikan dunianya berdasarkan peran jenis kelaminnya.
Sebenarnya perbedaan antara pria dan wanita tidak usah terlalu dilebih-lebihkan, hanya yang membedakan adalah factor biologis namun tidak dapat dipungkiri factor social – kulturl juga berpengaruh. Dan perkembangan bayi wanita lebih pesat daripada perkembangan bayi pria. .Studi klasik tahun1970 –an [vasta,et,al,1992] mengemukakan bahwa karakter pria dan wanita ada 2 gugus yaitu Trait Instrumental, maknanya bahwa keberadaan pria sebagai pencari nafkah dan Trait Expressive, mempunyai makna bahwa perempuan yang bertanggung jawab sebagai pengasuh. Dalam perkembangan mengikuti era globalisasi antara konsep maskulin dan feminim sekarang melahirkan konsep androgini yaitu suatu tipe kepribadian yang terdiri dari karakteristik –karakteristik yang diinginkan dari tipe kepribadian maskulin dn feminim .
Ada juga yang berpendapat tentang Perkembangan Moral yaitu menurut Pieget, bahwa pemikiran anak tentang moralitas ada dua cara yaitu: Heteronomous (pada usia 4-7 tahun), Anak menganggap bahwa keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia; dan Moralitas Otonomus (10 tahun ke atas), Anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan dan hokum itu diciptakan oleh manusia. Perkembangan yang lainnya adalah perkembangan menurut Kohlberg,yaitu tentang Penalaran Moral Prakonvesional, Penalaran Moral Konvensional, Penalaran Moral Pascakonvensional.
Implikasi-implikasi bagi perkembangan lingkungan belajar yang kondusif yaitu: Peran seorang guru, seorang guru sebagai tenaga pendidik siswa harus memperhatikan dan menyediakan layanan bimbingan bagi siswa. Contohnya, bermain peran, pemutaran film dan siswa diperbolehkan menangis saat kehilangan sesuatu. Implikasi yang kedua adalah Teman sebaya, keberadaan teman sebaya bagi anak SD merupakan hal sangat berarti karena bukan hanya sebagai sumber kesenangan saja tetapi juga untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.