Tampilkan postingan dengan label B.indo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label B.indo. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 Oktober 2012

DWIBAHASAWAN


Dwibahasawan Masyarakat Indonesia Mempengaruhi Pelafalan Bahasa Indonesia
Kedwibahasaan adalah istilah umum untuk menengarai adanya saling pengaruh-mempengaruhi antar satu bahasa terhadap bahasa yang lain. Kedwibahasaan atau bilingualisme dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan maknanya. Bloomfild (1933) mengemukakan bahwa kedwibahasaan itu merupakan bentuk penguasaan dua bahasa yang sama baiknya seperti penutur asli. Pendapat ini banyak mendapat reaksi, se-bab ukurannya tidak jelas. Penutur asli sendiri cenderung memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-beda. Pendapat lain dikemukakan Weinreich (1953). Dijelaskannya bahwa kedwibahasaan merupakan bentuk penggunaan dua bahasa secara bergan-tiganti tanpa mempersoalkan tingkat penguasaan bahasanya. Pendapat senada dikemukakan Haugen dan Dill (1972) serta Diebold (Hymes, 1964). Dijelaskannya, dwibahawan minimal harus mampu melahirkan ujaran bermakna dari bahasa sasaran (Haugen dan Dill) serta memiliki apresiasi dan pengetahuan dasar sekalipun belum mampu bertutur secara lengkap termasuk mereka yang mempelajari bahasa secara pasif. Pembelajar tahap ini disebut dwibahasawan pemula (Incipient bilingualism).
Bahasa Indonesia pada saat ini dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan perbendaharaan kata, sehingga wajar apabila bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur bahasa daerah, karena bahasa Indonesia belum cukup mempunyai konsep dan tanda yang dapat mewakili pengertian yang lengkap. Pengaruh  unsur bahasa Madura tersebut dapat memperkaya kosa kata bahasa Indonesia.
Kedwibahasaan timbul akibat adanya kontak bahasa ini sesuai dengan pendapat Weinreich (dalam Suwito, 1983:39) yang menyatakan bahwa kontak bahasa terjadi apabila dua bahasa atau lebih dipakai secara bergantian, sehingga mengakibatkan terjadinya tranfer yaitu pemindahan atau peminjaman unsur dari bahasa satu ke bahasa lain, sehingga dapat menimbulkan kedwibahasaan. Kedwibahasaan berkaitan dengan kontak bahasa karena kedwibahasaan merupakan pemakaian dua bahasa yang dilakukan oleh penutur secara bergantian dalam melakukan kontak sosial.
Dalam hal kedwibahasaan, dwibahasawan tidak harus menguasai dua bahasa secara aktif, tetapi dapat pula secara pasif. Penggunaan secara aktif dalam arti menggunakan dua bahasa yang sama baiknya, sedangkan secara pasif apabila dia cukup mampu memahami apa yang dituturkan atau ditulis dalam bahasa kedua.
Jenis kedwibahasaan berdasarkan tingkat pendidikannya menurut Samsuri (1994:55) ada dua macam, sebagai berikut.
1.      Kedwibahasaan sejajar, yaitu kedwibahasaan yang dipakai oleh pemakai yang terpelajar dan mempunyai penguasaan yang sama terhadap kedua bahasa. Penutur dapat menggunakan secara bergantian tanpa menimbulkan dislokasi;
2.      Kedwibahasaan bawaan, kedwibahasaan yang dipakai oleh pemakai yang kurang terpelajar. Semakin kurang terpelajarnya semakin besar pengaruh bahasa pertama atau bahasa ibunya.
Orang yang belajar menyatakan diri dalam dua bahasa ialah apabila penguasaan bahasa yang satu tidak bergantung kepada yang lain dan tidak meminta bantuan pada orang lain. Kejadian semacam ini hanya dipakai pada orang-orang yang belajar bahasa dalam situasi yang berlainan, misalnya di rumah dengan orang tua, sedangkan di luar rumah dengan orang teman-temannya. Seberapa jauh penguasaan seseorang atas bahasa kedua bergantung pada sering tidaknya dia menggunakan kedua bahasa itu.


Contoh-contoh dwibahasa dari beberapa suku di Indonesia
1.      Suku Bugis
Jika maksudnya berkata ‘makan ikan‘ maka akan terucap ‘ makang ikang
2.      Suku Nias
Jika maksudnya berkata ‘mari pak makan kacang‘ maka   akan terucap ‘mari pak maka kaca‘.
3.      Suku Dayak
Jika maksudnya berkata ‘panen buah kelapa sawit besar-besar’ maka akan terucap ‘panin buah kelapa sawit basar-basar
4.      Suku Jawa
Jika maksudnya berkata ’saya tekankan‘ maka akan terucap ’saya tekenken’
5.      Melayu di Jambi
Jika maksudnya berkata ‘apa kabar?’ maka akan terucap ‘apo kabar’
6.      Melayu di Riau dan Kalimantan
Jika maksudnya berkata ‘mau kemana‘ maka akan terucap ‘mau kemane
7.      Suku Batak
Jika maksudnya berkata ‘mana motormu‘ maka akan terucap ‘mana keretamu
8.      suku sunda
penggunaan” tehh,”
“fitnah” jadi “pitnah”
9.      Bahasa Madura
a.       Kata soto yang diucapkan orang madura seakan-akan berubah, u tidak mengarah langsung pada vokal o dan u tapi setelah ada campuran diantara dua vokal o dan u begitu juga kata yang lain seperti pada kata, pentol, bakso, foto namun pada kata foto ini bukan hanya pada perubahan o dan u tapi juga konsonan f diucapkan p
b.      HP diucapkan HPi, ada perubahan vokal I setelah “p” hingga ada perubahan dalam pengucapan
c.       AQUA, kata Aqua yang diucapkan oleh orang madura berubah menjadi “AQOA”, konsonan u diubah menjadi o
d.      Sprite kata ini diucapkan “sprete” oleh orang madura yaitu vokal “i” berubah menjadi vokal “e”.
e.       Sepeda kata ini diucapkan speda yaitu vokal “e” setelah “s” dihilangkan, begitu dengan contoh yang lain.
10.  Tapanuli
Perhatikan lafal orang Tapanuli misalnya, kata-kata yang befonem /e/ akan dilafalkan dengan /E/. Kata-kata seperti mengapa, karena, kemana, diucapkan dengan menggunakan /e/ benar. orang yang berasal dari Jawa, akhirankan akan diucapkan dengan /ken/.

11.   Jawa Tengah
Penutur bahasa Jawa mengucapkan kata-kata berupa nama tempat yang berawal bunyi /b/, /d/, /g/, dan /j/, misalnya pada kata Bandung, Deli, Gombong, dan Jambi. Seringkali orang Jawa mengucapkannya dengan /mBandung/, /nDeli/,/nJambi/, dan /nGgombong/.
12.  Jawa timur
Pada kalimat terjadi kesalahan bahasa pada bidang fonologi, yakni terjadi penggantian fonem /f/ menjadi /p/ pada kata ‘bersifat’. Missal kata kreatif, diucapkan menjadi kreatip
13.  Ambon
Struktur Bahasa Melayu Ambon ini juga agak berbeda dengan Melayu pada umumnya, namun lazim di Indonesia Timur. Struktur bahasanya sangat mirip dengan bahasa-bahasa di Eropa.. Seperti ini (kepemilikan): Beta pung buku = Buku saya = My book , Susi pung kaka = Kakak susi = Susi's brother/sister, Ahmad ada pi ka Tulehu = Ahmad sedang pergi ke Tulehu, Ada orang dapa bunuh di kusu-kusu = ada orang dibunuh di Alang-alang , Katong jaga tinggal disini sa = kami tetap tinggal disini saja Kemudian lafal juga mengalami nasalisasi terutama pada akhiran 'n', diperkirakan nasalisasi pada bahasa Ambon adalah akibat pengaruh Jepang. Seperti berikut : makang (makan), badiang (berdiam), ikang (ikan), lawang (lawan), Bangong (Bangun) dst , Untuk kata ganti orang adalah sebagai berikut : Beta (saya), ose (kamu) (dibeberapa daerah dikatakan 'os', atau 'se') - asal dari kata 'voce' Portugis kata ose ini dianggap sebagai kata yang kasar, ale (kamu) dianggap lebih baik dari kata ose, dia (do), katong (kependekan dari kita orang/ kita), dorang (kependekan dari dia orang / mereka), kamong atau kamorang (kamu orang/ kalian).
  1. Beberapa bahasa lokal lainnya seperti bahasa Sekayu, bahasa Komering, bahasa Ogan (Melayu Pegagan), bahasa Kiagung, dll. Sekedar buat sharing… ini beberapa kata dalam bahasa Palembang yang umum digunakan dalam keseharian (umumnya dimengerti se-Sumsel Raya).
Alep = Cantik
Ambal = karpet
Ari = Hari
Asil = Hasil
Awak = anda (halus), badan
Tubu, ambo = Saya
Ayuk = Kakak perempuan
Bicek, bicik = Panggilan untuk bibi
Mangcek, mangcik = Panggilan untuk paman
Cek = NonaBaseng = Terserah / sembarang (tergantung kalimat)
Datuk = kakek
Nyai/nyek = nenek
Yai/yek = kakek



Bahasa Betawi
Bahasa Indonesia
siape
Siapa
Ape
Apa
Ade
Ada
Aje
Saja
Aye
Saya
Langgar
Surau
Gue
Saya
Tesi
Sendok
Emang
Memang
Kagak
Tidak
Kayak
Seperti
Babe
Ayah
Enyak
Ibu
Encang
Paman
Engkong
Kakek
Nyai
Nenek
Empok
Kakak Perempuan
Abang
Kakak Laki-Laki
Encing
Bibi
Tauke
Majikan/Penguasa
Centong
Sendok Nasi
Tesi
Sendok
Centeng
Penjaga


Dialek melayu pontianak
Merupakan Bahasa melayu yang dituturkan di Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Pontianak serta memiliki kesamaan dengan Bahasa Melayu Sarawak, Malaysia Timur. Bahasa Melayu Pontianak dipengaruhi oleh bahasa Dayak dari rumpun Klemantan juga memiliki kesamaan beberapa kosa kata dengan bahasa melayu yang dituturkan di wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang. Bahasa Pontianak memiliki keunikan dalam penguncapan, dimana tidak mengenal huruf 'R' dalam percakapan, sebab dalam bahasa melayu Pontianak yang digunakan adalah 'GH' yang berasal dari huruf arab 'غ' ghain. Kemudian terdapat tambahan 'bah' sebagai penegas kata yang diucapkan sebelumnya, seperti yang diguanakan dalam longat-longat bahasa melayu yang digunakan di bahagian Kalimantan Utara (Sarawak, Brunei dan Sabah). Dalam bahasa Melayu Pontianak tidak mengenal tingkatan seperti Halus, Sebaya atau Kasar. Kasar dan halusnya seseorang berbicara tergatung pada penekanan nada dan intonasi. Perbedaan mencolok antara Bahasa Melayu Pontianak dengan Bahasa Melayu lainnya adalah dalam pembicaraan sehari-hari sering menggunakan kata-kata yang disingkat dari kata asalnya. Pada penggunaan huruf "E" dalam bahasa Melayu Pontianak terdapat dua cara pembacaan yakni "e" e pepet dan "é" e taling. "e" pada e pepet digunakan seperti pada pelafalan huruf "e" pada kata "lemari" , sedangkan "é" pada e taling digunakan seperti pada pelafalan huruf "e" pada kata "soré"
kata ganti orang
Bahasa Indonesia
Bahasa Malaysia
Bahasa Melayu Pontianak
  Saya
  saya
  saye ; kamék
 Kami
  kami
  kamék
  Kau
  kau
  kau ; awak
  Kalian
  kalian
  kitak
  Kita
  kita
  kite
  Dia
  diorang
  die
  Ayah
  ayahanda
  abah ; ayah
  Ibu
  bonda
  emak
  Abang
  abang
  abang
  Kakak
  akak
  kak
  Adik
  adik
  adék
  Paman
  pakcik
  pakmude
  Bibi
  makcik
  makmude
  Kakek
  datok
  datok ; nék aki
  Nenek
  opah
  nénék ; nék wan ; wan
Dalam penyebutan dalam tatanan keluarga dikenal istilah 'membase' dimana menyebut/memanggil seseorang sesuai dengan urutan di dalam keluarga atau tanda khusus pada orang tersebut :
  1. Sulung = Along ; Long ,
  2. Tengah = Angah ; Ngah ,
  3. Bungsu = Usu ; Su ,
  4. Hitam = Itam ; Tam ,
  5. Putih = Utéh ; Téh ,
  6. Tinggi = Anjjang ; Njang ,
  7. Muda = Ude ; Nde ,
  8. Kecil = Acik ; Cik
dalam pemanggilan kakak, abang, paman, bibi, kakek atau nenek tinggal menambahkan kata-kata diatas setelah kata kak, bang, pak, mak, tok atau wan
*       Penggunaan "membase" dalam memanggil seseorang
Kakak
Abang
Paman
Bibi
Kakek
Nenek
  kak long
  bang long
  pak long
  mak long
  tok long
  wan long
  kak cik
  bang cik
  pak cik
  mak cik
  tok cik
  wan cik
Kata lainnya
Bahasa Indonesia
Bahasa Malaysia
Bahasa Melayu Pontianak
  Apa
  ape
  ape
  Dimana
  dimane
  mane ; dimane
  Siapa
  siape
  sape ; siape
  mengapa
  mengape
  ngape
  bagaimana
  macam mane
  cam mane ; macam mane
  Bohong
  temberang
  bulak ; bual ; meghampot ; mbuta'
  Jalan
  jalan
  timbok
  jembatan
  jembatan
  geghetak ; geretak
  Korosi
  karat
  tegagh ; tegar
  tersandung
  tersandung
  tepangka'
  Manja
  comel
  jawa' ; meghawa'
  Mau
  nak
  nak
  Bisa
  boleh
  bise
  Tidak
  tak
  tadak
  belakangan
  terakhir
  dudi
  Santai
  santai
  selembe
  Pingsan
  terkejut
  selap
  Saja
  saje
  jak
  Keren
  bagus
  Balak
  Kacau
  kacau
  Sangsot
  Banjir
  banjir
  pasang ; acap
  Melobi
  berbincang
  Ngaloy
  Lurus
  lurus
  Bujor
  Bodoh
  bodoh
  Belahaw
  Pukul
  pukul
  Lepok
  Jendela
  jendela
  Tingkap
  Balon
  balon
  Gelembus
  Sendok
  suduk
  Suduk
  Piring
  piring
  Pinggan
  Gelas
  cawan
  Cawan
  Nampan
  nampan
  Tapsi
  Lemari
  peti
  saghah ; sarah
  Renyah
  renyah
  ghengop ; rengop
Kata untuk anggota tubuh
Bahasa Indonesia
Bahasa Malaysia
Bahasa Melayu Pontianak
  Kepala
  kepale
  kepalak ; palak
  Kening
  kening
  kenéng
  Rambut
  mayang
  mayang ; ghambot
  Alis
  alis
  alés
  Mata
  mate
  mate
  Hidung
  hidung
  idong
  Telinga
  kuping
  kuping ; telinge
  Bibir
  bibir
  bibér
  Mulut
  mulut
  mulot
  Dagu
  dagu
  dagu'
  Tengkuk
  tengkuk
  tengkok
  Dada
  dada
  dade
  Sikut
  siku
  sikuk
  mata kaki
  bukuk lali
  bukuk lali
  Tumit
  tumit
  tumét

Penyingkatan kata dalam pengucapan

Perbedaan mencolok antara Bahasa Melayu Pontianak dengan Bahasa Melayu lainnya adalah dalam pembicaraan sehari-hari sering menggunakan kata-kata yang disingkat dari kata asalnya seperti :
*       bentuk kata tulis dan pengucapan dalam Bahasa Melayu Pontianak
Bahasa Indonesia
Melayu Pontianak
Pengucapan
  ada apa
  ape can
  pe can
  setelah ini
  kaghang
  kang
  hendak kemana
  nak kemane
  nak ne
  sesuka hati
  suke hati
  ka' ti

Contoh kalimat

*       penggunaan Bahasa Indonesia atau Melayu standard dengan Bahasa Melayu Pontianak dalam kalimat:
Bahasa Indonesia
Melayu Pontianak
  Apa yang kamu lakukan?
  Ape kitak buat tu?
  Kamu tinggal dimana?
  Kitak diam tang mane?
  Saya baik-baik saja
  Kamék baék-baék jak
  Nenek saya pergi ke sawah
  Wan kamék pegi beladang
  Ibunya Lina membeli beras di toko
  Mak lina beli beghas tang kedai
  Kenapa listriknya mati?
  Ngape padam api ni?
  Es itu habis mencair
  Abés és e melolong
  Bukan saya yang melakukannya
  Bukan kamék bah nganoknye






SUMBER :