Dwibahasawan
Masyarakat Indonesia Mempengaruhi Pelafalan Bahasa Indonesia
Kedwibahasaan adalah
istilah umum untuk menengarai adanya saling pengaruh-mempengaruhi antar satu
bahasa terhadap bahasa yang lain. Kedwibahasaan atau bilingualisme dalam
perkembangannya banyak mengalami perubahan maknanya. Bloomfild (1933)
mengemukakan bahwa kedwibahasaan itu merupakan bentuk penguasaan dua bahasa
yang sama baiknya seperti penutur asli. Pendapat ini banyak mendapat reaksi, se-bab
ukurannya tidak jelas. Penutur asli sendiri cenderung memiliki kemampuan bahasa
yang berbeda-beda. Pendapat lain dikemukakan Weinreich (1953). Dijelaskannya
bahwa kedwibahasaan merupakan bentuk penggunaan dua bahasa secara
bergan-tiganti tanpa mempersoalkan tingkat penguasaan bahasanya. Pendapat
senada dikemukakan Haugen dan Dill (1972) serta Diebold (Hymes, 1964).
Dijelaskannya, dwibahawan minimal harus mampu melahirkan ujaran bermakna dari
bahasa sasaran (Haugen dan Dill) serta memiliki apresiasi dan pengetahuan dasar
sekalipun belum mampu bertutur secara lengkap termasuk mereka yang mempelajari
bahasa secara pasif. Pembelajar tahap ini disebut dwibahasawan pemula (Incipient bilingualism).
Bahasa Indonesia pada saat ini dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan yang memerlukan perbendaharaan kata, sehingga wajar apabila bahasa
Indonesia banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur bahasa daerah, karena bahasa
Indonesia belum cukup mempunyai konsep dan tanda yang dapat mewakili pengertian
yang lengkap. Pengaruh unsur bahasa Madura tersebut dapat memperkaya kosa
kata bahasa Indonesia.
Kedwibahasaan timbul akibat adanya kontak bahasa ini sesuai dengan
pendapat Weinreich (dalam Suwito, 1983:39) yang menyatakan bahwa kontak bahasa
terjadi apabila dua bahasa atau lebih dipakai secara bergantian, sehingga mengakibatkan
terjadinya tranfer yaitu pemindahan atau peminjaman unsur dari bahasa satu ke
bahasa lain, sehingga dapat menimbulkan kedwibahasaan. Kedwibahasaan berkaitan
dengan kontak bahasa karena kedwibahasaan merupakan pemakaian dua bahasa yang
dilakukan oleh penutur secara bergantian dalam melakukan kontak sosial.
Dalam hal kedwibahasaan, dwibahasawan tidak harus menguasai dua
bahasa secara aktif, tetapi dapat pula secara pasif. Penggunaan secara aktif
dalam arti menggunakan dua bahasa yang sama baiknya, sedangkan secara pasif
apabila dia cukup mampu memahami apa yang dituturkan atau ditulis dalam bahasa
kedua.
Jenis
kedwibahasaan berdasarkan tingkat pendidikannya menurut Samsuri (1994:55) ada
dua macam, sebagai berikut.
1.
Kedwibahasaan sejajar, yaitu
kedwibahasaan yang dipakai oleh pemakai yang terpelajar dan mempunyai
penguasaan yang sama terhadap kedua bahasa. Penutur dapat menggunakan secara
bergantian tanpa menimbulkan dislokasi;
2.
Kedwibahasaan bawaan,
kedwibahasaan yang dipakai oleh pemakai yang kurang terpelajar. Semakin kurang
terpelajarnya semakin besar pengaruh bahasa pertama atau bahasa ibunya.
Orang yang belajar menyatakan diri dalam dua bahasa
ialah apabila penguasaan bahasa yang satu tidak bergantung kepada yang lain dan
tidak meminta bantuan pada orang lain. Kejadian semacam ini hanya dipakai pada
orang-orang yang belajar bahasa dalam situasi yang berlainan, misalnya di rumah
dengan orang tua, sedangkan di luar rumah dengan orang teman-temannya. Seberapa
jauh penguasaan seseorang atas bahasa kedua bergantung pada sering tidaknya dia
menggunakan kedua bahasa itu.
Contoh-contoh dwibahasa
dari beberapa suku di Indonesia
1.
Suku Bugis
Jika maksudnya berkata ‘makan ikan‘
maka akan terucap ‘ makang ikang‘
2.
Suku Nias
Jika maksudnya berkata ‘mari pak makan kacang‘
maka akan terucap ‘mari pak maka kaca‘.
3.
Suku Dayak
Jika maksudnya berkata ‘panen buah
kelapa sawit besar-besar’ maka akan terucap ‘panin buah kelapa
sawit basar-basar‘
4.
Suku Jawa
Jika maksudnya berkata ’saya tekankan‘
maka akan terucap ’saya tekenken’
5.
Melayu di Jambi
Jika maksudnya berkata ‘apa kabar?’
maka akan terucap ‘apo kabar’
6.
Melayu di Riau dan Kalimantan
Jika maksudnya berkata ‘mau kemana‘
maka akan terucap ‘mau kemane‘
7.
Suku Batak
Jika maksudnya berkata ‘mana motormu‘
maka akan terucap ‘mana keretamu‘
8.
suku sunda
penggunaan” tehh,”
“fitnah” jadi “pitnah”
9.
Bahasa Madura
a.
Kata soto yang diucapkan orang
madura seakan-akan berubah, u tidak mengarah langsung pada vokal o dan u tapi
setelah ada campuran diantara dua vokal o dan u begitu juga kata yang lain
seperti pada kata, pentol, bakso, foto namun pada kata foto ini bukan hanya
pada perubahan o dan u tapi juga konsonan f diucapkan p
b.
HP diucapkan HPi, ada perubahan
vokal I setelah “p” hingga ada perubahan dalam pengucapan
c.
AQUA, kata Aqua yang diucapkan
oleh orang madura berubah menjadi “AQOA”, konsonan u diubah menjadi o
d.
Sprite kata ini diucapkan
“sprete” oleh orang madura yaitu vokal “i” berubah menjadi vokal “e”.
e.
Sepeda kata ini diucapkan speda
yaitu vokal “e” setelah “s” dihilangkan, begitu dengan contoh yang lain.
10.
Tapanuli
Perhatikan lafal orang Tapanuli misalnya,
kata-kata yang befonem /e/ akan dilafalkan dengan /E/. Kata-kata seperti
mengapa, karena, kemana, diucapkan dengan menggunakan /e/ benar. orang yang
berasal dari Jawa, akhirankan akan diucapkan dengan /ken/.
11. Jawa Tengah
Penutur bahasa Jawa mengucapkan kata-kata berupa nama tempat yang
berawal bunyi /b/, /d/, /g/, dan /j/, misalnya pada kata Bandung, Deli,
Gombong, dan Jambi. Seringkali orang Jawa mengucapkannya dengan /mBandung/,
/nDeli/,/nJambi/, dan /nGgombong/.
12. Jawa timur
Pada kalimat terjadi kesalahan bahasa pada bidang fonologi, yakni
terjadi penggantian fonem /f/ menjadi /p/ pada kata ‘bersifat’. Missal kata
kreatif, diucapkan menjadi kreatip
13. Ambon
Struktur Bahasa Melayu Ambon ini juga agak berbeda dengan Melayu
pada umumnya, namun lazim di Indonesia Timur. Struktur bahasanya sangat mirip
dengan bahasa-bahasa di Eropa.. Seperti ini (kepemilikan): Beta pung buku =
Buku saya = My book , Susi pung kaka = Kakak susi = Susi's brother/sister,
Ahmad ada pi ka Tulehu = Ahmad sedang pergi ke Tulehu, Ada orang dapa bunuh di
kusu-kusu = ada orang dibunuh di Alang-alang , Katong jaga tinggal disini sa =
kami tetap tinggal disini saja Kemudian lafal juga mengalami nasalisasi
terutama pada akhiran 'n', diperkirakan nasalisasi pada bahasa Ambon adalah
akibat pengaruh Jepang. Seperti berikut : makang (makan), badiang (berdiam),
ikang (ikan), lawang (lawan), Bangong (Bangun) dst , Untuk kata ganti orang
adalah sebagai berikut : Beta (saya), ose (kamu) (dibeberapa daerah dikatakan
'os', atau 'se') - asal dari kata 'voce' Portugis kata ose ini dianggap sebagai
kata yang kasar, ale (kamu) dianggap lebih baik dari kata ose, dia (do), katong
(kependekan dari kita orang/ kita), dorang (kependekan dari dia orang /
mereka), kamong atau kamorang (kamu orang/ kalian).
- Beberapa bahasa lokal lainnya
seperti bahasa Sekayu, bahasa Komering, bahasa Ogan (Melayu Pegagan),
bahasa Kiagung, dll. Sekedar buat sharing… ini beberapa kata dalam bahasa
Palembang yang umum digunakan dalam keseharian (umumnya dimengerti
se-Sumsel Raya).
Alep = Cantik
Ambal = karpet
Ari = Hari
Asil = Hasil
Awak = anda
(halus), badan
Tubu, ambo =
Saya
Ayuk = Kakak
perempuan
Bicek, bicik =
Panggilan untuk bibi
Mangcek,
mangcik = Panggilan untuk paman
Cek =
NonaBaseng = Terserah / sembarang (tergantung kalimat)
Datuk = kakek
Nyai/nyek =
nenek
Yai/yek = kakek
Bahasa Betawi
|
Bahasa Indonesia
|
siape
|
Siapa
|
Ape
|
Apa
|
Ade
|
Ada
|
Aje
|
Saja
|
Aye
|
Saya
|
Langgar
|
Surau
|
Gue
|
Saya
|
Tesi
|
Sendok
|
Emang
|
Memang
|
Kagak
|
Tidak
|
Kayak
|
Seperti
|
Babe
|
Ayah
|
Enyak
|
Ibu
|
Encang
|
Paman
|
Engkong
|
Kakek
|
Nyai
|
Nenek
|
Empok
|
Kakak Perempuan
|
Abang
|
Kakak Laki-Laki
|
Encing
|
Bibi
|
Tauke
|
Majikan/Penguasa
|
Centong
|
Sendok Nasi
|
Tesi
|
Sendok
|
Centeng
|
Penjaga
|
Dialek
melayu pontianak
Merupakan Bahasa
melayu yang dituturkan di Kota
Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Pontianak serta memiliki kesamaan
dengan Bahasa Melayu Sarawak, Malaysia
Timur. Bahasa Melayu Pontianak dipengaruhi oleh bahasa Dayak dari rumpun Klemantan
juga memiliki kesamaan beberapa kosa kata dengan bahasa melayu yang dituturkan
di wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang. Bahasa Pontianak memiliki
keunikan dalam penguncapan, dimana tidak mengenal huruf 'R' dalam percakapan,
sebab dalam bahasa melayu Pontianak yang digunakan adalah 'GH' yang berasal dari huruf arab 'غ'
ghain. Kemudian terdapat tambahan 'bah' sebagai penegas kata yang diucapkan
sebelumnya, seperti yang diguanakan dalam longat-longat bahasa melayu yang
digunakan di bahagian Kalimantan Utara (Sarawak, Brunei dan Sabah). Dalam bahasa Melayu Pontianak
tidak mengenal tingkatan seperti Halus, Sebaya atau Kasar. Kasar dan halusnya
seseorang berbicara tergatung pada penekanan nada dan intonasi. Perbedaan
mencolok antara Bahasa Melayu Pontianak dengan Bahasa
Melayu lainnya adalah dalam pembicaraan sehari-hari sering menggunakan
kata-kata yang disingkat dari kata asalnya. Pada penggunaan huruf "E"
dalam bahasa Melayu Pontianak terdapat
dua cara pembacaan yakni "e" e pepet dan "é" e taling.
"e" pada e pepet digunakan seperti pada pelafalan huruf "e"
pada kata "lemari" , sedangkan "é" pada e taling digunakan
seperti pada pelafalan huruf "e" pada kata "soré"
kata ganti
orang
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Malaysia
|
Bahasa Melayu Pontianak
|
Saya
|
saya
|
saye ; kamék
|
Kami
|
kami
|
kamék
|
Kau
|
kau
|
kau ; awak
|
Kalian
|
kalian
|
kitak
|
Kita
|
kita
|
kite
|
Dia
|
diorang
|
die
|
Ayah
|
ayahanda
|
abah ; ayah
|
Ibu
|
bonda
|
emak
|
Abang
|
abang
|
abang
|
Kakak
|
akak
|
kak
|
Adik
|
adik
|
adék
|
Paman
|
pakcik
|
pakmude
|
Bibi
|
makcik
|
makmude
|
Kakek
|
datok
|
datok ; nék aki
|
Nenek
|
opah
|
nénék ; nék wan ;
wan
|
Dalam penyebutan dalam tatanan
keluarga dikenal istilah 'membase' dimana menyebut/memanggil seseorang sesuai
dengan urutan di dalam keluarga atau tanda khusus pada orang tersebut :
- Sulung = Along ; Long ,
- Tengah = Angah ; Ngah ,
- Bungsu = Usu ; Su ,
- Hitam = Itam ; Tam ,
- Putih = Utéh ; Téh ,
- Tinggi = Anjjang ; Njang ,
- Muda = Ude ; Nde ,
- Kecil = Acik ; Cik
dalam pemanggilan kakak, abang,
paman, bibi, kakek atau nenek tinggal menambahkan kata-kata diatas setelah kata
kak, bang, pak, mak, tok atau wan
Kakak
|
Abang
|
Paman
|
Bibi
|
Kakek
|
Nenek
|
kak long
|
bang long
|
pak long
|
mak long
|
tok long
|
wan long
|
kak cik
|
bang cik
|
pak cik
|
mak cik
|
tok cik
|
wan cik
|
Kata lainnya
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Malaysia
|
Bahasa Melayu Pontianak
|
Apa
|
ape
|
ape
|
Dimana
|
dimane
|
mane ; dimane
|
Siapa
|
siape
|
sape ; siape
|
mengapa
|
mengape
|
ngape
|
bagaimana
|
macam mane
|
cam mane ; macam mane
|
Bohong
|
temberang
|
bulak ; bual ;
meghampot ; mbuta'
|
Jalan
|
jalan
|
timbok
|
jembatan
|
jembatan
|
geghetak ; geretak
|
Korosi
|
karat
|
tegagh ; tegar
|
tersandung
|
tersandung
|
tepangka'
|
Manja
|
comel
|
jawa' ; meghawa'
|
Mau
|
nak
|
nak
|
Bisa
|
boleh
|
bise
|
Tidak
|
tak
|
tadak
|
belakangan
|
terakhir
|
dudi
|
Santai
|
santai
|
selembe
|
Pingsan
|
terkejut
|
selap
|
Saja
|
saje
|
jak
|
Keren
|
bagus
|
Balak
|
Kacau
|
kacau
|
Sangsot
|
Banjir
|
banjir
|
pasang ; acap
|
Melobi
|
berbincang
|
Ngaloy
|
Lurus
|
lurus
|
Bujor
|
Bodoh
|
bodoh
|
Belahaw
|
Pukul
|
pukul
|
Lepok
|
Jendela
|
jendela
|
Tingkap
|
Balon
|
balon
|
Gelembus
|
Sendok
|
suduk
|
Suduk
|
Piring
|
piring
|
Pinggan
|
Gelas
|
cawan
|
Cawan
|
Nampan
|
nampan
|
Tapsi
|
Lemari
|
peti
|
saghah ; sarah
|
Renyah
|
renyah
|
ghengop ; rengop
|
Kata untuk
anggota tubuh
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Malaysia
|
Bahasa Melayu Pontianak
|
Kepala
|
kepale
|
kepalak ; palak
|
Kening
|
kening
|
kenéng
|
Rambut
|
mayang
|
mayang ; ghambot
|
Alis
|
alis
|
alés
|
Mata
|
mate
|
mate
|
Hidung
|
hidung
|
idong
|
Telinga
|
kuping
|
kuping ; telinge
|
Bibir
|
bibir
|
bibér
|
Mulut
|
mulut
|
mulot
|
Dagu
|
dagu
|
dagu'
|
Tengkuk
|
tengkuk
|
tengkok
|
Dada
|
dada
|
dade
|
Sikut
|
siku
|
sikuk
|
mata kaki
|
bukuk lali
|
bukuk lali
|
Tumit
|
tumit
|
tumét
|
Penyingkatan
kata dalam pengucapan
Perbedaan
mencolok antara Bahasa Melayu Pontianak dengan Bahasa
Melayu lainnya adalah dalam pembicaraan sehari-hari sering menggunakan
kata-kata yang disingkat dari kata asalnya seperti :
Bahasa Indonesia
|
Melayu Pontianak
|
Pengucapan
|
ada apa
|
ape can
|
pe can
|
setelah ini
|
kaghang
|
kang
|
hendak kemana
|
nak kemane
|
nak ne
|
sesuka hati
|
suke hati
|
ka' ti
|
Contoh kalimat
Bahasa
Indonesia
|
Melayu
Pontianak
|
Apa yang kamu lakukan?
|
Ape kitak buat tu?
|
Kamu tinggal dimana?
|
Kitak diam tang mane?
|
Saya baik-baik saja
|
Kamék baék-baék jak
|
Nenek saya pergi ke sawah
|
Wan kamék pegi beladang
|
Ibunya Lina membeli beras di toko
|
Mak lina beli beghas tang kedai
|
Kenapa listriknya mati?
|
Ngape padam api ni?
|
Es itu habis mencair
|
Abés és e melolong
|
Bukan saya yang melakukannya
|
Bukan kamék bah nganoknye
|
SUMBER :
Casinos - JT Hub
BalasHapus› casinos-casinos-in-d 과천 출장샵 › casinos-casinos-in-d The Casino Directory for your Casinos. The Casino 동해 출장안마 Directory, Casinos, 계룡 출장안마 and the JT Hub are the best places to start 논산 출장샵 and 이천 출장샵 start playing. Find the best Casino Directory