BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan
masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan
fenomena penting yang dialami dunia hanya dua abad belakangan ini, dan oleh
Simon Kuznets, seorang ahli ekonomi terkemuka di Amerika Serikat yang pernah
memperoleh hadiah Nobel dinyatakan bahwa, proses pertumbuhan ekonomi tersebut
dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode tersebut, dunia
telah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat nyata apabila dibandingkan
dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad ke-18, sebagian besar masyarakat
di dunia masih hidup pada tingkat subsistem, dan mata pencaharian utamanya
adalah dari melaksanakan kegiatan di sektor pertanian, perikanan atau berburu.
(Sadono Sukirno, 1998, : 413)
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka
panjang. Hal ini berarti, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin
pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif
dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat
yang semakin meningkat. (Boediono, 1993 : 1 - 2) Pertumbuhan ekonomi juga
bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi masyarakat.
Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan
menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya
hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam
pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto
(PDB).
Indonesia, sebagai suatu negara yang
sedang berkembang, sejak tahun 1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara
berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan.
Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh rakyat.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1984-1997. Pada
tahun 1998 menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini
disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada
pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga
membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, pada
tahun 1999-2003 baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya walaupun tidak
sepesat pada tahun-tahun sebelumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Kerangka
teoritis tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?
2.
Bagaimana
Perkembangan atau pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada abad 21 (2000-2012) ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Teoritis dan
Perkembangan Teoritis
1. Teori Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan ouput per kapita dalam jangka
panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output per
kapita dan jangka panjang. Proses mengggambarkan perkembangan perekenomian dari
waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per kapita mengaitkan aspek
output total (GDP) dan aspek jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang
menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang
didorong oleh proses intern perekonomian (self
generation).
Pertumbuhan
ekonomi juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB)
dalam jagka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih
besar dari laju pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan
struktur perekonomian atau tidak.
Teori
pertumbuhan ekenomi menjelaskan faktor- faktor yang menentukan pertumbuhan
ekonomi serta bagaimana keterkaitan antara faktor- faktor tersebut sehingga
terjadi proses pertumbuhan. Tredapat banyak teori pertumbuhan ekonomi tetapi
tidak satu teoripunyang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku,
karena masing- masing teori memiliki kekhasan sendiri- sendiri sesuai dengan
latar belakang teori tersebut.
a.
Teori Pertumbuhan
Harrod-Dommar
Teori
pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Evsey Domar (Massachussers Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod (Oxford University). Teori ini
mengembangkan analisis Keynes dengan memasukkan masalah- masalah ekonomi jangka
panjang, serta berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian
bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady
growth).
Teori
Harrod- Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu:
1)
Perekonomian dalam
keadaan pengerjaan penuh (full employment)
dan barang- barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2)
Perekonomian terdiri
dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, berarti fungsi
tabungan dimulai dari titik nol
3)
Kecenderungan untuk
menabung (marginal propensity to save
= MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal output (capital-output ratio = COR) dan rasio
pertambahan modal-output (incrementall
capital-output ratio = ICOR).
Menurut
Harrod- Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu
dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang- barang modal
(gedung- gedung, peralatan dan material) yang rusak. Namun untuk menumbuhkan
perekonomian diperlukan investasi- investasi baru sebagai tambahan stok modal.
Jika dianggap ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal
(K) dan output total (Y), maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal (investasi
baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal output
tersebut, hubungan ini dikenal dengan istilah rasio modal output (COR).
b.
Teori Pertumbuhan
Solow- Swan
Teori
pertumbuhan ekonomi ini dikembangakan oleh Robert Solow dan Tevor Swan. Menurut
teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada penyediaan faktor- faktor
produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan
teknologi. Pandangan ini didasarkan analisis klasik, bahwa perekonomian akan
tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (gull employment) dan kapasitas
peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.
B. Perkembangan Ekonomi
Indonesia Awal Abad 21
1. Perekonomian Indonesia
Tahun 2000
Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12 %. Kemudian,
pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia mengalami
pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara Asia
lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia
relatif lebih lambat.
Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang
cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah
sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan
awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %.
Tabel 1. Perkembangan Beberapa Indikator
Ekonomi Indonesia, 1999 - 2003
Sumber: LAPORAN PEREKONOMIAN
INDONESIA 2002, Biro Pus ATStatistik,Jakarta, 2003.
LAPORAN
PEREKONOMIAN INDONESIA 2003, Biro Pusat Statistik, Jakarta, 2004.
Produk
Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku pada tahun 1998 tercatat
sekitar 955,75 miliar, tahun 1999 sekitar 1.099,7 triliun, tahun 2000 sekitar
Rp. 1,265.0 trilliun. Setahun kemudian nilainya menjadi 1,449.4 trilliun. Pada
tahun 2002 nilai PDB Indonesia atas dasar berlaku telah mencapai Rp. 1,610.0
trilliun.
2.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2001
PDB Indonesia tahun 2001 secara riil meningkat sebesar
3,32 persen dibandingkan tahun 2000. Hampir semua sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik -gas-air
bersih sebesar 8,43 persen, diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
7,51 persen, sektor perdagangan sebesar 5,11 persen.
Perekonomian
Indonesia tahun 2001 yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga
berlaku mencapai Rp. 1.491,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar
Rp.411,1 triliun. PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2001 mencapai
Rp. 7,2 juta .
Laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2001 lebih banyak digerakkan oleh kegiatan
konsumsi baik konsumsi rumahtangga maupun konsumsi pemerintah. Hal ini terlihat
dari besarnya kenaikan secara riil konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah
pada tahun 2001 dibandingkan tahun 2000 masing-masing tumbuh sebesar 5,94
persen dan 8,24 persen. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor
masing-masing hanya tumbuh sebesar 3,96 persen dan 1,88 persen.
Fluktuasi
jangka pendek perekonomian Indonesia selama tahun 2001 tercermin pada PDB
triwulanan. Laju pertumbuhan PDB triwulan I tahun 2001 dibandingkan dengan PDB
triwulan IV tahun 2000 mencapai 1,28 persen. Laju pertumbuhan PDB triwulan II
tahun 2001 terhadap triwulan sebelumnya menunjukkan penurunan sebesar minus 0,72
persen. PDB triwulan III tahun 2001 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meningkat
sebesar 2,28 persen, sedangkan triwulan IV tahun 2001 menurun sebesar minus 1,21 persen bila dibandingkan dengan triwulan III
tahun 2001.
Perbandingan PDB riil triwulanan tahun 2001 dengan
masing-masing triwulan yang sama pada tahun 2000 menggambarkan laju pertumbuhan
(year on year) antar triwulan. Laju pertumbuhan triwulan I
sebesar 4,80 persen, triwulan II sebesar 3,79 persen, triwulan III sebesar 3,15
persen, sedangkan triwulan IV hanya mencapai 1,60 persen.
Gejolak
perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan, pada
triwulan IV tahun 2001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menurun
sebesar minus 1,21 persen. Penurunan masih mengikuti pola seperti tahun yang
lalu yaitu terjadi kontraksi pada triwulan IV setelah terjadi kenaikan pada
triwulan III. Pertumbuhan negatif pada triwulan IV tahun 2001 ini banyak
disebabkan oleh musim paceklik sektor pertanian yang mengalami penurunan cukup
besar, yaitu minus 13,65 persen. Penurunan juga terjadi pada sektor perdagangan
sebesar minus 0,60 persen. Sedangkan sektor-sektor lainnya selama triwulan IV
mengalami pertumbuhan. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 4,48 persen,
sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 3,47 persen, sektor bangunan tumbuh
2,11 persen, sektor listrik-gas-air bersih tumbuh 1,21 persen, sektor industri
pengolahan tumbuh 1,10 persen, sektor keuanganpersewaan- jasa perusahaan tumbuh 0,43 persen,
dan sektor jasa-jasa tumbuh 0.29 persen.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2001 mengalami
pertumbuhan sebesar 3,32 persen dibanding tahun 2000. Nilai PDB atas dasar
harga konstan pada tahun 2001 mencapai
Rp. 411,1 triliun, sedangkan pada tahun 2000 sebesar Rp. 397,9 triliun.
Bila dilihat atas dasar harga yang berlaku, PDB tahun 2001 naik sebesar Rp
209,0 triliun, dari Rp. 1.282,0 triliun pada tahun 2000 menjadi sebesar Rp.
1.491,0 triliun pada tahunun 2001.
Pertumbuhan
PDB Indonesia tahun 2001 terjadi hampir di seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan
paling tinggi terjadi pada sektor listrik- gas-air bersih sebesar 8,43 persen,
kemudian diikuti oleh sektor pengangkutan-komunikasi tumbuh 7,51 persen, sektor
perdagangan-hotel-restoran tumbuh 5,11 persen, sektor industri pengolahan
tumbuh 4,32 persen, sektor bangunan tumbuh 3,96 persen, sektor
keuangan-persewaan-jasa perusahaan tumbuh 2,99 persen, serta sektor jasa-jasa
tumbuh 1,97 persen. Sementara sektor pertambangan dan penggalian mengalami
penurunan sebesar minus 0.64 persen.
3.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2002
PDB Indonesia selama tahun 2002 meningkat sebesar
3,66 persen dibandingkan PDB tahun 2001. Pertumbuhan ini terjadi pada semua
sektor ekonomi, tertinggi pada sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 7,83
persen, listrik-gas-air bersih sebesar 6,17 persen, dan keuangan-persewaan-jasa
perusahaan sebesar 5,55 persen. Perekonomian Indonesia tahun 2002 yang diukur
berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.610,0 triliun,
sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 426,7 triliun.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
2002 digerakkan oleh kegiatan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah. Hal
ini terlihat dari besarnya konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada
tahun 2002 terhadap tahun 2001 masing-masing tumbuh sebesar 4,72 persen dan
12,79 persen. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor masing-masing
turun sebesar minus 0,19 persen dan minus.
Fluktuasi jangka pendek perekonomian Indonesia
selama tahun 2002 tercermin pada PDB triwulanan. Pertumbuhan PDB triwulan IV
tahun 2002 dibandingkan dengan PDB
triwulan III tahun 2002 (q to q) menurun sebesar minus 2,61 persen. Penurunan
ini sebagian besar disebabkan oleh pola musiman di sektor pertanian yang turun
sebesar minus 20,26 persen. Kemudian PDB triwulan III dibanding triwulan II
meningkat sebesar 2,75 persen, dan PDB triwulan II terhadap triwulan I
meningkat sebesar 1,30 persen.
Perbandingan PDB riil triwulanan
tahun 2002 dengan triwulan yang sama pada tahun 2001 menggambarkan laju
pertumbuhan (year on year) tanpa pengaruh musiman. Laju pertumbuhan triwulan IV
sebesar 3,82 persen, triwulan III sebesar 4,25 persen, triwulan II sebesar 3,87
persen, dan triwulan I tumbuh sebesar 2,67 persen.
PDB perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun
2002 mencapai Rp. 7,6 juta dan pada tahun 2001 sebesar Rp. 6,9 juta. Kemudian
PDB perkapita menurut propinsi pada tahun 2001 paling tinggi ditunjukkan oleh propinsi
Kalimantan Timur sebesar Rp. 32,0 juta, disusul oleh DKI sebesar Rp. 26,3 juta
dan Riau sebesar Rp. 11,6 juta.
Perekonomian
Indonesia pada tahun 2002 mengalami pertumbuhan sebesar 3,66 persen dibanding
tahun 2001. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2002 mencapai Rp.
426,7 triliun, sedangkan pada tahun 2001 sebesar Rp. 411,7 triliun. Bila
dilihat dengan harga yang berlaku, PDB tahun 2002 naik sebesar Rp. 160,6
triliun, dari Rp. 1.449,4 triliun pada
tahun 2001 menjadi sebesar Rp. 1.610,0 triliun pada tahun 2002.
Pertumbuhan
PDB Indonesia tahun 2002 terjadi pada seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor
pengangkutan-komunikasi yang tumbuh 7,83 persen, kemudian diikuti oleh sektor
listrik-gas-air bersih tumbuh sebesar 6,17 persen, sektor
keuangan-persewaan-jasa perusahan tumbuh 5,55 persen, sektor bangunan tumbuh
4,11 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 4,01 persen, sektor
pertambangan-penggalian tumbuh 2,25 persen, sektor jasa-jasa tumbuh 1,98
persen, dan sektor pertanian tumbuh 1,74 persen.
Kinerja perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada triwulan IV tahun 2002 bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menurun sebesar minus 2,61 persen.
Penurunan masih mengikuti pola seperti tahun yang lalu yaitu terjadi kontraksi
pada triwulan IV setelah terjadi kenaikan pada triwulan III. Pertumbuhan
negatif pada triwulan IV tahun 2002 ini banyak disebabkan oleh musim paceklik
sektor pertanian yang mengalami penurunan cukup besar, yaitu minus 20,26
persen.
Penurunan juga terjadi pada sektor industri pengolahan sebesar
minus 0,53 persen dan sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar minus 0,92
persen. Sedangkan sektor-sektor lainnya selama triwulan IV mengalami
pertumbuhan. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 4,87 persen, sektor
listrik-gas-air bersih tumbuh 5,03 persen, sektor bangunan tumbuh 2,76 persen,
sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 3,30 persen, sektor
keuangan-persewaan-jasa perusahaan tumbuh 2,33 persen, dan sektor jasa-jasa
tumbuh 0,51 persen.
Perekonomian
Indonesia pada triwulan IV tahun 2002 atas dasar harga konstan 1993 dibandingan
dengan triwulan IV tahun 2001 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar 3,82
persen. Pertumbuhan tersebut terjadi pada semua sektor ekonomi. Sektor pertanian tumbuh sebesar 2,35 persen,
sektor pertambangan tumbuh sebesar 5,74 persen, sektor industri pengolahan
tumbuh sebesar 2,44 persen, sektor listrik-gas-air bersih sebesar 9,05 persen,
bangunan sebesar 5,90 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar 3,66
persen, sektor pengangkutan sebesar 6,23 persen, sektor keuangan sebesar 6,77
persen dan sektor jasa-jasa sebesar 1,81 persen.
4.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2003
PDB Indonesia pada triwulan III
tahun 2003 meningkat sebesar 2,93 persen terhadap triwulan
II tahun 2003. Pertumbuhan PDB triwulan III
tahun 2003 ini terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB
Indonesia pada triwulan
III tahun 2003
dibandingkan triwulan yang
sama tahun 2002 mengalami pertumbuhan sebesar 3,93 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan PDB triwulan I
sampai dengan triwulan III tahun 2003 tumbuh sebesar 3,69 persen dibandingkan
dengan triwulan I sampai dengan triwulan III Tahun 2002.
PDB Indonesia
selama 3 triwulan
pertama tahun 2002 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1 206,4
triliun, sedang selama 3 triwulan pertama
tahun 2003 sudah mencapai Rp. 1
291,6 triliun. Disisi penggunaan, pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2003 terhadap
triwulan II tahun 2003 didorong oleh kenaikan seluruh komponen penggunaan yaitu
konsumsi rumahtangga yang naik 1,51 persen, konsumsi pemerintah naik sebesar
6,30 persen, pembentukan
modal tetap bruto
(PMTB) naik 2,45
persen, ekspor naik 2,69 persen
dan impor naik 3,63 persen.
Kinerja perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh PDB
atas dasar harga konstan, meningkat sebesar 2,93 persen pada triwulan III tahun
2003 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan
ini lebih besar
dibandingkan dengan kenaikan
triwulan II tahun
2003 terhadap triwulan I tahun 2003 yang mencapai 1,66 persen. Jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya maka pada triwulan III
tahun 2003 PDB Indonesia tumbuh sebesar 3,93 persen. (lihat tabel di bawah)
Perkembangan ekonomi pada triwulan III tahun 2003
menunjukkan bahwa semua sektor ekonomi
mengalami pertumbuhan bila
dibandingkan dengan triwulan
II tahun 2003. Pertumbuhan terbesar
terjadi pada sektor pertanian
yaitu sebesar 4,51 persen,
yang sifatnya sangat dipengaruhi
oleh musim. Selanjutnya sektor pertambangan tumbuh sebesar 3,84 persen,
industri pengolahan tumbuh sebesar 2,67 persen, sektor listrik-gas-air bersih
tumbuh 3,80 persen, sektor bangunan tumbuh sebesar 3,01 persen, sektor
perdagangan-hotel-restoran tumbuh sebesar 2,49
persen, sektor pengangkutan-komunikasi tumbuh
sebesar 4,51 persen,
sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan
tumbuh sebesar 0,79
persen, dan sektor
jasa-jasa sebesar 0,78 persen.
PDB triwulan III
tahun 2003 bila
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan
perubahan tanpa dipengaruhi
oleh faktor musim.
PDB Indonesia pada triwulan
III tahun 2003
dibandingkan dengan triwulan
III tahun 2002
mengalami peningkatan pada semua sektor. PDB total meningkat sebesar
3,93 persen, sektor pertanian dan sektor
pertambangan-penggalian
masing-masing tumbuh sebesar
0,79 persen dan
7,43 persen.
Sektor
industri pengolahan dan
sektor listrik-gas-air bersih
masing-masing secara berurutan tumbuh sebesar
2,36 persen dan
6,71 persen. Sektor
bangunan serta sektor
perdagangan-hotel-restoran
masing masing tumbuh
sebesar 6,17 persen
dan 3,80 persen.
Sektor pengangkutan-komunikasi, sektor
keuangan-persewaan-jasa
perusahaan dan sektor
jasa-jasa masing-masing mengalami
pertumbuhan sebesar 10,99 persen; 4,89 persen dan 2,50 persen.
Perbandingan total
PDB triwulan I
sampai dengan triwulan
III tahun 2003 secara kumulatif
dengan triwulan I
sampai dengan triwulan
III tahun 2002
menunjukkan kenaikan sebesar 3,69
persen, dengan rincian sebagai berikut : sektor pertanian meningkat
sebesar 2,54 persen; sektor
pertambangan-penggalian
meningkat sebesar 3,73
persen; sektor industri pengolahan meningkat
sebesar 2,33 persen;
listrik-gas-air bersih 6,13
persen; bangunan 5,76 persen; perdagangan-hotel-restoran 3,90
persen; pengangkutan-komunikasi 8,38 persen; keuangan 5,38 persen; dan
jasa-jasa 2,25 persen.
5.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2004
Perekonomian
Indonesia tahun 2004 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 2.303,0 triliun, sedangkan atas
dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.660,6 triliun, dengan pertumbuhan
mencapai 5,13 persen dibanding tahun 2003. Pertumbuhan PDB terjadi di hampir
semua sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan
tertinggi dihasilkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,70
persen, diikuti oleh sektor bangunan sebesar 8,17 persen, dan sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan 7,72 persen.
Secara triwulanan, pertumbuhan PDB triwulan IV tahun 2004
dibandingkan dengan PDB triwulan III tahun 2004 (q-to-q) menurun sebesar
minus 1,55 persen. Kemudian PDB triwulan III dibanding triwulan II meningkat
sebesar 3,36 persen, dan PDB triwulan II terhadap triwulan I meningkat sebesar
1,63 persen. Selanjutnya, perbandingan PDB riil triwulanan tahun 2004 dengan
triwulan yang sama tahun 2003 (year-on-year) menunjukkan laju
pertumbuhan triwulan IV mencapai 6,65 persen, triwulan III 5,10 persen,
triwulan II sebesar 4,38 persen, dan triwulan I 4,38 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2004 didorong
oleh meningkatnya permintaan masyarakat yang meliputi pertumbuhan konsumsi
rumah tangga sebesar 4,94 persen, konsumsi pemerintah 1,95 persen, pembentukan
modal tetap bruto 15,71 persen, ekspor 8,47 persen; serta pertumbuhan impor
sebesar 24,95 persen. Ditinjau dari sisi penggunaan PDB, sebagian besar
digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 66,54 persen, konsumsi
pemerintah 8,15 persen, pembentukan modal tetap atau investasi fisik 20,99
persen, ekspor 30,91 persen, dan impor sebesar 26,93 persen.
PDB per-kapita atas
dasar harga berlaku pada tahun 2004 mencapai Rp. 10.641,73 ribu, meningkat
dibandingkan dengan tahun 2003 sebesar Rp. 9.572,48 ribu. Sedangkan Produk Nasional
Bruto (PNB) per-kapita tahun 2004 mencapai Rp. 10.276,47 ribu. Dalam dolar, PDB
per-kapita dan PNB per-kapita tahun 2004 masing-masing, encapai US $ 1.181,6
dan US $ 1.141,1 sementara untuk tahun 2003 masing- masing US $ 1.115,7 dan US
$ 1.072,2.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan
sebesar 5,13 persen dibanding tahun 2003. Nilai PDB atas dasar harga konstan
pada tahun 2004 mencapai Rp. 1.660,6 triliun, sedangkan pada tahun 2003 sebesar
Rp. 1.579,6 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2004
naik sebesar Rp. 257,1 triliun, dari Rp. 2.045,9 triliun pada tahun 2003
menjadi sebesar Rp. 2.303,0 triliun pada tahun 2004.
Selama tahun 2004, hampir semua sektor PDB mengalami
pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan
sebesar minus 4,61 persen. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor
pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 12,70 persen, diikuti oleh sektor
bangunan 8,17 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,72 persen, sektor industri pengolahan 6,19
persen, sektor listrik-gas-air bersih 5,91 persen, sektor perdagangan 5,80 persen,
sektor jasa-jasa 4,91 persen, serta sektor pertanian 4,06 persen. Selanjutnya
jika dilihat secara total, pertumbuhan PDB tanpa migas tumbuh lebih cepat yaitu
sebesar 6,17 persen pada tahun 2004 dibandingkan tahun 2003.
Kinerja
perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2004 yang digambarkan oleh Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurun sebesar minus 1,55
persen dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q). Penurunan tersebut masih
mengikuti pola tahun-tahun yang lalu yaitu mengalami kontraksi pada triwulan IV
setelah terjadi kenaikan pada triwulan III. Pertumbuhan negatif pada triwulan
IV tahun 2004 ini terutama karena sektor pertanian mengalami penurunan cukup
besar, yaitu minus 20,00 persen karena siklus panenan.
Sedangkan
sektor-sektor lainnya selama triwulan IV mengalami pertumbuhan positif. Sektor
pengangkutan dan komunikasi tumbuh 3,45 persen, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan tumbuh 3,15 persen, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh
2,53 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 2,16 persen, sektor
bangunan tumbuh 2,08 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 2,02 persen,
sektor jasa-jasa tumbuh 1,33 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian
tumbuh 0,34 persen.
Data PDB menurut sektor atas dasar harga berlaku juga menunjukkan
peranan sektor dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga sektor
utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan mempunyai
peranan sebesar 59,90 persen tahun 2004. Sektor industri pengolahan memberi
kontribusi sebesar 28,34 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 16,17
persen, dan sektor pertanian 15,39 persen.
Dibandingkan dengan peranan pada tahun 2003, pada tahun
2004 terjadi perubahan peranan pada beberapa sektor ekonomi yaitu penurunan
pada sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Penurunan
yang cukup besar terjadi pada sektor pertanian dari 15,92 persen pada tahun
2003 menjadi 15,39 persen di tahun 2004. Peranan sektor industri pengolahan
menurun dari 28,84 persen menjadi 28,34 persen. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran menurun dari 16,51 persen menjadi 16,17 persen, serta sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan menurun dari 8,52 persen menjadi 8,45 persen.
Selanjutnya jika dilihat secara total, peranan PDB tanpa migas menurun dari
91,52 persen pada tahun 2003 menjadi 90,98 persen pada tahun 2004.
6.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 meningkat sebesar
2,87 persen terhadap triwulan II tahun 2005. Pertumbuhan PDB triwulan III tahun
2005 ini terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB Indonesia pada triwulan III
tahun 2005 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2004 mengalami pertumbuhan
sebesar 5,34 persen.
Secara kumulatif, pertumbuhan PDB triwulan I sampai
dengan triwulan III tahun 2005 dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2004
tumbuh sebesar 5,76 persen. PDB Indonesia selama 3 triwulan pertama tahun 2004
atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1 703,0 triliun, sedang selama 3 triwulan
pertama tahun 2005 sudah mencapai Rp 2 012,4 triliun. Di sisi penggunaan,
pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2005 terhadap triwulan II tahun 2005
didorong oleh kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 20,47 persen, sedangkan
konsumsi rumah tangga naik sebesar 1,79 persen, pembentukan modal tetap bruto
(PMTB) sebesar 1,55 persen, ekspor sebesar 1,89 persen, di sisi lain impor sebesar 2,35 persen.
PDB
triwulan III tahun 2005 bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. PDB
Indonesia pada triwulan III tahun 2005 dibandingkan dengan triwulan III tahun
2004 mengalami peningkatan hampir pada semua sektor kecuali sektor pertambangan
dan penggalian. PDB meningkat sebesar 5,34 persen, sektor pertanian tumbuh
sebesar 1,64 persen dan sektor pertambangan-penggalian turun sebesar minus 2,32
persen.
Sektor
industri pengolahan dan sektor listrik-gas-air bersih masing-masing secara
berurutan tumbuh sebesar 5,59 persen dan 9,78 persen. Sektor bangunan serta
sektor perdagangan hotel- restoran masing-masing tumbuh sebesar 6,31 persen dan
7,88 persen. Sektor pengangkutan-komunikasi, sektor keuangan-persewaan-jasa
perusahaan dan sektor jasajasa masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar
12,87 persen; 9,07 persen dan 5,36 persen.
Perbandingan
total PDB triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2005 secara kumulatif
dibandingkan dengan PDB triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2004 menunjukkan
kenaikan sebesar 5,76 persen, dengan rincian sebagai berikut; sektor pertanian
meningkat sebesar 1,72 persen; sektor pertambangan-penggalian turun sebesar minus
0,82 persen; sektor industri pengolahan meningkat sebesar 5,85 persen;
listrik-gasair bersih 8,83 persen; bangunan 7,23 persen;
perdagangan-hotel-restoran 9,24 persen; pengangkutan-komunikasi 13,31 persen;
keuangan 8,41 persen; dan jasa-jasa 4,87 persen.
Pada PDB atas dasar harga berlaku triwulan III tahun
2005, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor
keuangan-persewaan-jasa perusahaan mengalami penurunan peran bila dibandingkan
dengan peranannya pada triwulan III tahun 2004, sementara ada beberapa sektor
yang mengalami peningkatan. Peran sektor-sektor tersebut selama triwulan III
tahun 2005 dan triwulan III tahun 2004 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3
.
7.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2006 yang diukur dari
kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 5,5 persen terhadap
tahun 2005. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan
pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 13,6 persen dan
terendah di sektor pertambangan dan penggalian 2,2 persen. Besaran PDB
Indonesia pada tahun 2006 atas dasar harga berlaku mencapai Rp3.338,2 triliun, sedangkan
atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp1.846,7 triliun. Secara triwulanan,
PDB Indonesia triwulan IV/2006 menurun 1,9 persen dibandingkan dengan triwulan III/2006
(q-to-q), dan bila dibandingkan dengan triwulan IV/2005 (y-on-y) tumbuh sebesar
6,1 persen.
Pertumbuhan
PDB tanpa migas pada tahun 2006 mencapai 6,1 persen, lebih tinggi dari
pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 5,5 persen. Di sisi
penggunaan, sebagian besar PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga
sebesar 62,7 persen, konsumsi pemerintah 8,6 persen, pembentukan modal tetap
bruto atau investasi fisik 24,0 persen serta ekspor neto 4,8 persen (ekspor
30,9 persen dan impor 26,1 persen). Semua komponen PDB penggunaan mengalami
pertumbuhan pada tahun 2006, dengan pertumbuhan tertinggi pada konsumsi
pemerintah sebesar 9,6 persen, diikuti oleh ekspor 9,2 persen, konsumsi rumah tangga
3,2 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,9 persen, serta pengaruh pertumbuhan
impor sebesar 7,6 persen.
Sumber
utama pertumbuhan ekonomi 5,5 persen adalah ekspor 4,1 persen, diikuti konsumsi
rumahtangga 1,9 persen, konsumsi pemerintah 0,7 persen, pembentukan modal tetap
bruto 0,7 persen serta pengaruh impor 2,8 persen. PDB per-kapita atas dasar
harga berlaku pada tahun 2006 mencapai Rp 15,0 juta (US$ 1.663,0), lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar Rp12,7 juta (US$ 1.320,6), sementara PNB
per - kapita tahun 2006 mencapai Rp14,4 juta, juga lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya Rp12,1 juta.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2006 mengalami
pertumbuhan sebesar 5,5 persen dibanding tahun 2005. Nilai PDB atas dasar harga
konstan pada tahun 2006 mencapai Rp 1.846,7 triliun, sedangkan pada tahun 2005
sebesar Rp1.750,7 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun
2006 naik sebesar Rp553,2 triliun, dari Rp2.785,0 triliun pada tahun 2005 menjadi
sebesar Rp 3.338,2 triliun pada tahun 2006.
Selama
tahun 2006, semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 13,6 persen,
diikuti oleh sektor konstruksi 9,0 persen, sektor jasa-jasa 6,2 persen, sektor
perdagangan, hotel dan restoran 6,1 persen, sektor lisrtrik, gas dan air bersih
5,9 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 5,7 persen, sektor
industri pengolahan 4,6 persen, sektor pertanian 3,0 persen, serta sektor
pertambangan dan penggalian 2,2 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun
2006 mencapai 6,1 yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secar a
keseluruhan yang besarnya 5,5 persen.
8.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun
2007 meningkat sebesar 6,3 persen terhadap tahun2006, terjadi pada semua sektor
ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan-komunikasi 14,4
persen dan terendah di sektor pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan
PDBtanpa migas pada tahun 2007 mencapai 6,9 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2007 atas dasar harga berlaku mencapai Rp
3.957,4 triliun,sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp
1.964,0 triliun. Secara triwulanan, PDB
Indonesia triwulan IV/2007 dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q)menurun
sebesar minus 2,1 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV/2006 (y-on-y)
tumbuhsebesar 6,3 persen.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi
rumah tangga yaitusebesar 63,5 persen, konsumsi pemerintah 8,3 persen,
pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik24,9 persen serta ekspor neto
4,1 persen (ekspor 29,4 persen dan impor 25,3 persen). Semua komponen PDB penggunaan
mengalami pertumbuhan pada tahun 2007, dengan pertumbuhantertinggi pada
pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,2 persen, diikuti oleh ekspor 8,0
persen,konsumsi rumah tangga 5,0 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 3,9
persen, serta impor sebesar8,9 persen.
Sumber utama pertumbuhan ekonomi 6,3 persen adalah ekspor 3,8 persen,
diikuti konsumsi rumahtangga2,9 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,0
persen, konsumsi pemerintah 0,3 persen serta impor 3,3persen.
PDB per-kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 mencapai Rp 17.6
juta (US$ 1.946,1), lebihtinggi dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp 15,0
juta (US$ 1.662,6), sementara Produk NasionalBruto (PNB) per-kapita tahun 2007
mencapai Rp 16,9 juta, juga lebih tinggi dibandingkan tahunsebelumnya Rp 14,4
juta.
Walaupun kontribusinya semakin menurun pulau Jawa masih merupakan
penyumbang terbesar dalampembentukan PDB Indonesia Triwulan IV 2007 sebesar
58,2 persen. Pulau Sumatera kontribusinyasebesar 23,2 persen, Kalimantan 9,8
persen, Sulawesi 4,3 persen dan kelompok propinsi-propinsi lainnyasecara
keseluruhan menyumbang 4,5 persen.
Perekonomian
Indonesia pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 6,3 persen dibanding
tahun 2006. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2007 mencapai Rp 1.964,0
triliun, sedangkan pada tahun 2006 sebesar Rp 1.847,3 triliun. Bila dilihat
berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2007 naik sebesar Rp 617,9 triliun, yaitu
dari Rp 3.339,5 triliun pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp 3.957,4 triliun pada
tahun 2007.
Selama
tahun 2007, semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan-komunikasi yang mencapai
14,4 persen, diikuti oleh sektor listrik-gas-air bersih 10,4 persen, sektor
konstruksi 8,6 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran 8,5 persen, sektor
keuangan-real estat-jasa perusahaan 8,0 persen, sektor jasa-jasa 6,6 persen,
sektor industri pengolahan 4,7 persen, sektor pertanian 3,5 persen, serta
sektor pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada
tahun 2007 mencapai 6,9 yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara
keseluruhan yang besarnya 6,3 persen.
9.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2008
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008
meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun 2007, terjadi pada semua sektor
ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 16,7
persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan
PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2008 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp4.954,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun
2000) mencapai Rp2.082,1 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan
IV-2008 dibandingkan dengan triwulan III-2008 (q-to-q) menurun sebesar
minus 3,6 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (y-on-y)
tumbuh sebesar 5,2 persen.
Dari sisi penggunaan, PDB digunakan untuk memenuhi
konsumsi rumah tangga sebesar 61,0 persen, konsumsi pemerintah 8,4 persen,
pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 27,7 persen, ekspor 29,8
persen dan impor 28,6 persen. Semua komponen PDB penggunaan mengalami
pertumbuhan pada tahun 2008, dengan pertumbuhan tertinggi ada pembentukan modal
tetap bruto sebesar 11,7 persen, diikuti oleh pengeluaran konsumsi pemerintah
10,4 persen, impor 10,0 persen, ekspor 9,5 persen, serta pengeluaran konsumsi
rumah tangga sebesar 5,3 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,1 persen
didukung oleh sumber utama pertumbuhan komponen ekspor 4,6 persen, diikuti
konsumsi rumahtangga 3,1 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,6 persen, dan
konsumsi pemerintah 0,8 persen. PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada
tahun 2008 mencapai Rp21,7 juta (US$2.271,2), sementara tahun 2007 sebesar
Rp17,5 juta (US$1.942,1).
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial masih
didominasi oleh Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB nasional
sebesar 57,9 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,4 persen,
Pulau Kalimantan 10,0 persen, Pulau Sulawesi 4,5 persen dan lainnya sebesar 4,2
persen.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 mengalami
pertumbuhan sebesar 6,1 persen dibanding tahun 2007. Nilai Produk Domestik
Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2008 mencapai Rp2.082,1
triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp1.963,1 triliun. Bila dilihat
berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2008 naik sebesar Rp1.004,7 triliun, yaitu
dari Rp3.949,3 triliun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp4.954,0 triliun pada
tahun 2008.
Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan
komunikasi yang mencapai 16,7 persen, diikuti oleh sektor listrik, gas dan air
bersih 10,9 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 8,2 persen,
sektor konstruksi 7,3 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,2
persen, sektor jasa-jasa 6,4 persen, sektor pertanian 4,8 persen, dan sektor
industri pengolahan 3,7 persen, serta sektor pertambangan dan penggalian 0,5
persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 yang berarti
lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,1 persen.
10.
Pertumbuhan Ekonomu Tahun 2009
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009
meningkat sebesar 4,5 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada semua sektor
ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
15,5 persen dan terendah di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen.
Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2009 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp5.613,4 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun
2000) mencapai Rp2.177,0 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan
IV-2009 dibandingkan dengan triwulan III-2009 (q-to-q) menurun sebesar 2,4
persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,4
persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4,5 persen,
terjadi pada pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 15,7 persen, diikuti oleh
pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,9 persen, dan pembentukan modal tetap bruto
3,3 persen. Sedangkan komponen ekspor tumbuh minus 9,7 persen, dan impor minus 15,0 persen. Pada tahun 2009,
dari sisi penggunaan, PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 58,6 persen, konsumsi pemerintah 9,6
persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik 31,1 persen
dan ekspor 24,1 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari impor sebesar 21,3
persen.
PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009
mencapai Rp24,3 juta (US$2.590,1), sementara tahun 2008 sebesar Rp21,7 juta
(US$2.269,9). Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB triwulan
IV-2009 sebesar 57,6 persen, dengan 3 provinsi utamanya adalah: DKI Jakarta,
Jawa Timur dan Jawa Barat.
Perekonomian
Indonesia pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen dibanding
tahun 2008. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada
tahun 2009 mencapai Rp2.177,0 triliun, sedangkan pada tahun 2008 dan 2007
masing-masing sebesar Rp2.082,3 triliun dan Rp1.964,3 triliun. Bila dilihat
berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar Rp 662,0 triliun, yaitu
dari Rp4.951,4 triliun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp5.613,4 triliun pada tahun
2009.
Selama tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi yang mencapai 15,5 persen, diikuti oleh Sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih 13,8 persen, Sektor Konstruksi 7,1 persen, Sektor Jasa-jasa 6,4 persen, Sektor
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,0 persen, Sektor Pertambangan dan
Penggalian 4,4 persen, Sektor Pertanian 4,1 persen, dan Sektor Industri
Pengolahan 2,1 persen, serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen.
Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen yang berarti
lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 4,5 persen.
11.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran
PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2010 mencapai Rp1.498,7 triliun,
sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 besarnya mencapai Rp558,1 triliun. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan Triwulan IV-2009, yang
diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 1,9 persen
(q-to-q). Pertumbuhan ini terjadi pada Sektor Pertanian, Sektor Keuangan-Real
Estat-Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan- Komunikasi, sektor Jasa-jasa, dan
Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor
pertanian sebesar 18,1 persen, karena adanya musim panen tanaman padi pada Triwulan
I-2010.
PDB Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan triwulan
yang sama tahun 2009 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,7 persen. Sektor
perdagangan-hotel restoran tumbuh sebesar 9,3 persen dan sekaligus merupakan
sumber pertumbuhan terbesar (y-on-y) pada perekonomian Indonesia Triwulan
I-2010.
Ditinjau dari segi penggunaan pada Triwulan I-2010
dibandingkan dengan Triwulan IV-2009, pengeluaran konsumsi rumah tangga secara
riil meningkat sebesar 0,9 persen, sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah
menurun 44,4 persen dan pembentukan modal tetap bruto menurun 2,3 persen.
Demikian pula ekspor barang-jasa turun sebesar 4,1 persen dan impor barangjasa turun
sebesar 2,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2010
dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009
didukung oleh kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 3,9
persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 7,9 persen, dan juga surplus
neraca perdagangan yaitu ekspor naik sebesar 19,6 persen dan impor 22,6 persen.
Sementara komponen pengeluaran konsumsi pemerintah turun 8,8 persen.
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada
Triwulan I-2010 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau
Sumatra. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto sebesar 57,8 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatra sebesar
23,6 persen, Pulau Kalimantan 9,5 persen, Pulau Sulawesi 4,4 persen, Bali
NusaTenggara 2,8 persen, dan sisanya 1,9 persen di Maluku dan Papua.
PDB
atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2009 mencapai Rp1.317,1 triliun,
kemudian pada Triwulan IV-2009 meningkat menjadi Rp1.450,8 triliun dan pada
Triwulan I-2010 meningkat lagi menjadi Rp1.498,7 triliun. Demikian pula PDB
atas harga konstan 2000 Triwulan I-2009 adalah sebesar Rp528,1 triliun kemudian
meningkat menjadi Rp547,5 triliun pada Triwulan IV-2009 dan pada Triwulan I-2010
meningkat lagi menjadi Rp558,1 triliun.
Atas
dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang
terbesar pada Triwulan I-2010 adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp380,9
triliun, kemudian Sektor Pertanian Rp239,4 triliun, disusul oleh Sektor
Perdagangan-Hotel-Restoran sebesar Rp208,0 triliun, Sektor Pertambangan-Penggalian
sebesar Rp168,1 triliun, Sektor Konstruksi sebesar Rp150,4 triliun, Sektor Jasa-jasa
sebesar Rp139,2 triliun, Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan sebesar
Rp107,6 triliun, dan Sektor Pengangkutan-Komunikasi sebesar Rp93,4 triliun,
serta terakhir Sektor Listrik-Gas-Air Bersih sebesar Rp11,7 triliun.
Perekonomian
Indonesia pada Triwulan I-2010 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qto-q),
yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan
sebesar 1,9 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada beberapa sektor ekonomi
yaitu Sektor Pertanian (18,1 persen), Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa
Perusahaan (2,5 persen), Sektor Pengangkutan-Komunikasi (1,5 persen), Sektor
Jasa-jasa (0,2 persen), dan Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (0,0 persen). Sektor-sektor
yang mengalami penurunan adalah Sektor Listrik-Gas-Air Bersih (minus 2,7
persen), Sektor Konstruksi (minus 2,2 persen), Sektor Pertambangan-Penggalian
(minus 1,9 persen), dan Sektor Industri Pengolahan (minus 1,0 persen).
Sektor
Pertanian pada Triwulan I-2010 meningkat tajam 18,1 persen terhadap Triwulan
IV- 2009, sebagai refleksi dari mulai adanya musim panen tanaman padi, dengan
kenaikan Subsektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 55,0 persen. Subsektor
pertanian lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar minus 22,8 persen
untuk Subsektor Tanaman Perkebunan, minus 16,3 persen untuk Subsektor
Kehutanan, Subsektor Peternakan sebesar minus 2,9 persen, dan minus 1,7 persen
untuk Subsektor Perikanan. Sektor lain yang meningkat cukup signifikan (q-to-q)
adalah Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan sebesar 2,5 persen.
Peningkatan di Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan tersebut terutama
ditunjang oleh Subsektor Bank yang tumbuh sebesar 5,0 persen. Sektor Industri
Pengolahan, pada Triwulan I-2010 mengalami penurunan sebesar minus 1,0 persen
terhadap Triwulan IV-2009. Penurunan tersebut terjadi pada Subsektor Industri
Migas dan Bukan Migas masing-masing sebesar minus 0,3 persen dan minus 1,1
persen.
12.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Triwulan
III-2011 meningkat sebesar 3,5 persen terhadap Triwulan II-2011 (q-to-q).
Peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di
Sektor Pertanian 5,0 persen dan terendah di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
yaitu 1,3 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 (y-on-y),
PDB Indonesia Triwulan III-2011 ini tumbuh sebesar 6,5 persen, dimana semua
sektor tumbuh positif dan pertumbuhan tertinggi di Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran sebesar 10,1 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia
hingga Triwulan III-2011 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (c-to-c)
tumbuh sebesar 6,5 persen.
Besaran
PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada Triwulan III-2011 Rp1.923,6 triliun
sehingga kumulatif Triwulan ke III-2011 mencapai Rp5.482,4 triliun. Dari sisi
penggunaan, pertumbuhan PDB Triwulan III-2011 terhadap triwulan sebelumnya
didorong oleh kenaikan konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 10,6 persen,
ekspor sebesar 5,2 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 5,1
persen, dan konsumsi rumah tangga sebesar 2,3 persen. Sementara impor tumbuh
2,4 persen dibanding triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan PDB penggunaan Triwulan III-2011 dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun 2010 ditopang oleh pertumbuhan ekspor sebesar
18,5 persen, PMTB sebesar 7,1 persen, konsumsi rumah tangga sebesar 4,8 persen,
dan konsumsi pemerintah sebesar 2,5 persen. Sedangkan impor juga tumbuh 14,2
persen dibanding triwulan yang sama tahun 2010. Struktur perekonomian Indonesia
secara spasial pada Triwulan III-2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi
di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar
57,7 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,6 persen, Pulau
Kalimantan 9,5 persen, Pulau Sulawesi 4,6 persen, dan sisanya 4,6 persen di
pulau-pulau lainnya.
PDB Triwulan III-2011 bila dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun sebelumnya (mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh
faktor musim) juga menunjukkan peningkatan pada semua sektor. PDB meningkat 6,5
persen (y-on-y) terutama dipengaruhi
oleh kenaikan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 10,1 persen.
Selanjutnya Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 9,5 persen, Sektor
Jasa-jasa tumbuh 7,8 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
tumbuh 7,0 persen, Sektor Industri Pengolahan tumbuh 6,6 persen, Sektor Konstruksi
tumbuh 6,4 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh 5,2 persen, Sektor
Pertanian tumbuh 2,7 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh 0,3
persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada Triwulan III-2011 mencapai 6,9 persen
(y-on-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan total PDB keseluruhan
yang besarnya 6,5 persen.
13. Pertumbuhan
Ekonomi Tahun 2012
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara
ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia
juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya
selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Berdasarkan kajian Organisasi Kerjasama
Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang dipresentasikan dalam seminar regional di
Jakarta, Selasa (29/11), Produk Domestik Bruto enam negara-negara ASEAN selama
2012-2016 rata-rata sebesar 5,6 persen.
Negara
tersebut meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan
Filipina. Rata-rata pertumbuhan Indonesia selama periode tersebut sebesar 6,6
persen atau yang tertinggi di antara capaian lima negara lainnya. Indonesia juga diperkirakan akan
menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas
rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi
negara lainnya di bawah capaiannya dalam periode 2003-2007.
Sumber pertumbuhan ekonomi ini terutama
adalah perbaikan iklim investasi yang akan mendorong masuknya aliran FDI secara
signifikan hingga mencapai 1,5% PDB pada 2012, sehingga diharapkan pangsa
investasi terus meningkat dan mencapai sekitar 30% PDB pada 2012. Selain itu,
perdagangan intra-regional dalam kawasan ASEAN dan Asia Pasifik diperkirakan
masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam jangka menengah.
Dari sisi domestik, kebijakan moneter yang tetap disiplin dalam menjaga
stabilitas ekonomi makro serta kebijakan fiskal yang masih bersifat stimulasi akan
berperan penting dalam mendukung prospek perekonomian Indonesia dalam jangka menengah.
Prakiraan pertumbuhan ekonomi di atas
jelas membutuhkan prasyarat kebijakan struktural yang kokoh seperti perbaikan
iklim investasi, pemberdayaan UMKM, reformasi sektor keuangan dan perbaikan
infrastruktur. Berbagai kondisi eksternal dan domestik yang kondusif tersebut
diprakirakan akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan laju inflasi
yang tetap terkendali. Stabilitas ekonomi makro yang terus terjaga dan potensi
pasar yang besar menjadi daya tarik investor internasional untuk tetap
melakukan investasi di Indonesia.8 Aliran masuk FDI yang terus meningkat
diikuti dengan pesatnya pertumbuhan investasi yaitu dari kisaran 9,3% pada 2008
menjadi 13,0-15,0% pada 2012. Investasi yang meningkat pesat selanjutnya akan
menaikkan (baca: perbaikan produksi dan distribusi) kapasitas perekonomian dari
sisi penawaran sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat tercapai dari
6,2% pada 2008 menjadi 7,4-8,0% pada 2012, diiringi dengan menurunnya inflasi.
Inflasi yang rendah yang dibarengi rencana kenaikan upah minimum menyebabkan
daya beli riil masyarakat akan meningkat, sehingga konsumsi swasta diperkirakan
akan tetap tumbuh tinggi mencapai 5,6-6,0% pada 2012.
Keadaan
ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2012 menunjukkan adanya perbaikan yang
digambarkan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk
bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Februari
2012 bertambah sebesar 3,0juta orang dibanding keadaan Agustus 2011 dan
bertambah 1,0 juta orang dibanding keadan Februari 2011.
Penduduk
yang bekerja pada Februari 2012 bertambah sebesar 3,1 juta orang dibanding
keadaan Agustus 2011 dan bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan setahun
yang lalu (Februari 2011). Sementara, jumlah penganggur pada Februari 2012
mengalami penurunan sekitar 90 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2011
dan mengalami penurunan sebesar 510 ribu orang jika disbanding keadaan Februari
2011. Meskipun jumlah angkatan kerja bertambah, tetapi dalam satu tahun
terakhir terjadi penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar
0,30 persen poin.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pertumbuhan
ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan ouput per kapita dalam jangka
panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output per
kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB)
dalam jagka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih
besar dari laju pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan
struktur perekonomian atau tidak.
Teori
pertumbuhan ekenomi menjelaskan faktor- faktor yang menentukan pertumbuhan
ekonomi serta bagaimana keterkaitan antara faktor- faktor tersebut sehingga
terjadi proses pertumbuhan. Beberapa
teori pertumbuhan ekonomi yaitu teori Pertumbuhan
Harrod-Dommar dan teori pertumbuhan
sollow-swan.
Tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang
cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah
sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan
awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %.
Perekonomian
Indonesia tahun 2001 yang diukur
berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.491,0 triliun,
sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp.411,1 triliun. PDB per
kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2001 mencapai Rp. 7,2 juta .
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2002
digerakkan oleh kegiatan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah. Hal ini
terlihat dari besarnya konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada tahun
2002 terhadap tahun 2001 masing-masing tumbuh sebesar 4,72 persen dan 12,79
persen. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor masing-masing turun
sebesar minus 0,19 persen dan minus.
PDB Indonesia pada triwulan III
tahun 2003 meningkat sebesar 2,93 persen terhadap triwulan
II tahun 2003. Pertumbuhan PDB triwulan III
tahun 2003 ini terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB
Indonesia pada triwulan
III tahun 2003
dibandingkan triwulan yang
sama tahun 2002 mengalami pertumbuhan sebesar 3,93 persen.
Perekonomian
Indonesia tahun 2004 yang diukur
berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku
mencapai Rp. 2.303,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar
Rp. 1.660,6 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 5,13 persen dibanding tahun
2003.
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 meningkat sebesar 2,87 persen
terhadap triwulan II tahun 2005. Pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2005 ini
terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005
dibandingkan triwulan yang sama tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5,34
persen.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2006 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat
sebesar 5,5 persen terhadap tahun 2005. Semua sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan
komunikasi 13,6 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 2,2
persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun
2007 meningkat sebesar 6,3 persen
terhadap tahun2006, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan
tertinggi di sektor pengangkutan-komunikasi 14,4 persen dan terendah di sektor
pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDBtanpa migas pada tahun 2007
mencapai 6,9 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008 meningkat sebesar 6,1 persen
terhadap tahun 2007, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan
tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 16,7 persen dan terendah di
sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada
tahun 2008 mencapai 6,5 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen
terhadap tahun 2008, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan
tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15,5 persen dan terendah di
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas
pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen.
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran
PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2010 mencapai Rp1.498,7 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga
konstan 2000 besarnya mencapai Rp558,1 triliun.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Triwulan III-2011 meningkat sebesar 3,5 persen terhadap
Triwulan II-2011 (q-to-q). Peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi
dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pertanian 5,0 persen dan terendah di
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu 1,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari
indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga
diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama
2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode
2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator
Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi
satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas
rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara
ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia
juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya
selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode
2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator
Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar