Minggu, 10 Juni 2012

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Abad 21


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia hanya dua abad belakangan ini, dan oleh Simon Kuznets, seorang ahli ekonomi terkemuka di Amerika Serikat yang pernah memperoleh hadiah Nobel dinyatakan bahwa, proses pertumbuhan ekonomi tersebut dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode tersebut, dunia telah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad ke-18, sebagian besar masyarakat di dunia masih hidup pada tingkat subsistem, dan mata pencaharian utamanya adalah dari melaksanakan kegiatan di sektor pertanian, perikanan atau berburu. (Sadono Sukirno, 1998, : 413)
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat. (Boediono, 1993 : 1 - 2) Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).
Indonesia, sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun 1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1984-1997. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, pada tahun 1999-2003 baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya walaupun tidak sepesat pada tahun-tahun sebelumnya.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Kerangka teoritis tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?
2.      Bagaimana Perkembangan atau pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada abad 21 (2000-2012) ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Kerangka Teoritis dan Perkembangan Teoritis
1.      Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Proses mengggambarkan perkembangan perekenomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per kapita mengaitkan aspek output total (GDP) dan aspek jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang didorong oleh proses intern perekonomian (self generation).
Pertumbuhan ekonomi juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jagka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan struktur perekonomian atau tidak.
Teori pertumbuhan ekenomi menjelaskan faktor- faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana keterkaitan antara faktor- faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Tredapat banyak teori pertumbuhan ekonomi tetapi tidak satu teoripunyang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku, karena masing- masing teori memiliki kekhasan sendiri- sendiri sesuai dengan latar belakang teori tersebut.
a.       Teori Pertumbuhan Harrod-Dommar
Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Evsey Domar (Massachussers Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod (Oxford University). Teori ini mengembangkan analisis Keynes dengan memasukkan masalah- masalah ekonomi jangka panjang, serta berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth).
Teori Harrod- Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu:
1)        Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang- barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2)        Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol
3)        Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incrementall capital-output ratio = ICOR).
Menurut Harrod- Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang- barang modal (gedung- gedung, peralatan dan material) yang rusak. Namun untuk menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi- investasi baru sebagai tambahan stok modal. Jika dianggap ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal (K) dan output total (Y), maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal output tersebut, hubungan ini dikenal dengan istilah rasio modal output (COR).
b.      Teori Pertumbuhan Solow- Swan
Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangakan oleh Robert Solow dan Tevor Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada penyediaan faktor- faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan analisis klasik, bahwa perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (gull employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.

B.       Perkembangan Ekonomi Indonesia Awal Abad 21
1.      Perekonomian Indonesia Tahun 2000
Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12 %. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia relatif lebih lambat.
Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %.
Tabel 1. Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia, 1999 - 2003














Sumber: LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2002, Biro Pus ATStatistik,Jakarta, 2003.
LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2003, Biro Pusat Statistik, Jakarta, 2004.
Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku pada tahun 1998 tercatat sekitar 955,75 miliar, tahun 1999 sekitar 1.099,7 triliun, tahun 2000 sekitar Rp. 1,265.0 trilliun. Setahun kemudian nilainya menjadi 1,449.4 trilliun. Pada tahun 2002 nilai PDB Indonesia atas dasar berlaku telah mencapai Rp. 1,610.0 trilliun.

2.      Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2001
PDB Indonesia tahun 2001 secara riil meningkat sebesar 3,32 persen dibandingkan tahun 2000. Hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik -gas-air bersih sebesar 8,43 persen, diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 7,51 persen, sektor perdagangan sebesar 5,11 persen.
Perekonomian Indonesia tahun 2001 yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.491,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp.411,1 triliun. PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2001 mencapai Rp. 7,2 juta .
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2001 lebih banyak digerakkan oleh kegiatan konsumsi baik konsumsi rumahtangga maupun konsumsi pemerintah. Hal ini terlihat dari besarnya kenaikan secara riil konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada tahun 2001 dibandingkan tahun 2000 masing-masing tumbuh sebesar 5,94 persen dan 8,24 persen. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor masing-masing hanya tumbuh sebesar 3,96 persen dan 1,88 persen.
Fluktuasi jangka pendek perekonomian Indonesia selama tahun 2001 tercermin pada PDB triwulanan. Laju pertumbuhan PDB triwulan I tahun 2001 dibandingkan dengan PDB triwulan IV tahun 2000 mencapai 1,28 persen. Laju pertumbuhan PDB triwulan II tahun 2001 terhadap triwulan sebelumnya menunjukkan penurunan sebesar minus 0,72 persen. PDB triwulan III tahun 2001 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meningkat sebesar 2,28 persen, sedangkan triwulan IV tahun 2001 menurun sebesar minus 1,21 persen bila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2001.
Perbandingan PDB riil triwulanan tahun 2001 dengan masing-masing triwulan yang sama pada tahun 2000 menggambarkan laju pertumbuhan (year on year) antar triwulan. Laju pertumbuhan triwulan I sebesar 4,80 persen, triwulan II sebesar 3,79 persen, triwulan III sebesar 3,15 persen, sedangkan triwulan IV hanya mencapai 1,60 persen.
Gejolak perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan, pada triwulan IV tahun 2001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menurun sebesar minus 1,21 persen. Penurunan masih mengikuti pola seperti tahun yang lalu yaitu terjadi kontraksi pada triwulan IV setelah terjadi kenaikan pada triwulan III. Pertumbuhan negatif pada triwulan IV tahun 2001 ini banyak disebabkan oleh musim paceklik sektor pertanian yang mengalami penurunan cukup besar, yaitu minus 13,65 persen. Penurunan juga terjadi pada sektor perdagangan sebesar minus 0,60 persen. Sedangkan sektor-sektor lainnya selama triwulan IV mengalami pertumbuhan. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 4,48 persen, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 3,47 persen, sektor bangunan tumbuh 2,11 persen, sektor listrik-gas-air bersih tumbuh 1,21 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 1,10 persen, sektor keuanganpersewaan- jasa perusahaan tumbuh 0,43 persen, dan sektor jasa-jasa tumbuh 0.29 persen.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2001 mengalami pertumbuhan sebesar 3,32 persen dibanding tahun 2000. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2001 mencapai  Rp. 411,1 triliun, sedangkan pada tahun 2000 sebesar Rp. 397,9 triliun. Bila dilihat atas dasar harga yang berlaku, PDB tahun 2001 naik sebesar Rp 209,0 triliun, dari Rp. 1.282,0 triliun pada tahun 2000 menjadi sebesar Rp. 1.491,0 triliun pada tahunun 2001.
 







                                                                                                           






Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2001 terjadi hampir di seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor listrik- gas-air bersih sebesar 8,43 persen, kemudian diikuti oleh sektor pengangkutan-komunikasi tumbuh 7,51 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran tumbuh 5,11 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 4,32 persen, sektor bangunan tumbuh 3,96 persen, sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan tumbuh 2,99 persen, serta sektor jasa-jasa tumbuh 1,97 persen. Sementara sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan sebesar minus 0.64 persen.







3.      Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2002
PDB Indonesia selama tahun 2002 meningkat sebesar 3,66 persen dibandingkan PDB tahun 2001. Pertumbuhan ini terjadi pada semua sektor ekonomi, tertinggi pada sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 7,83 persen, listrik-gas-air bersih sebesar 6,17 persen, dan keuangan-persewaan-jasa perusahaan sebesar 5,55 persen. Perekonomian Indonesia tahun 2002 yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.610,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 426,7 triliun. 
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2002 digerakkan oleh kegiatan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah. Hal ini terlihat dari besarnya konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada tahun 2002 terhadap tahun 2001 masing-masing tumbuh sebesar 4,72 persen dan 12,79 persen. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor masing-masing turun sebesar minus 0,19 persen dan minus.
Fluktuasi jangka pendek perekonomian Indonesia selama tahun 2002 tercermin pada PDB triwulanan. Pertumbuhan PDB triwulan IV tahun 2002  dibandingkan dengan PDB triwulan III tahun 2002 (q to q) menurun sebesar minus 2,61 persen. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pola musiman di sektor pertanian yang turun sebesar minus 20,26 persen. Kemudian PDB triwulan III dibanding triwulan II meningkat sebesar 2,75 persen, dan PDB triwulan II terhadap triwulan I meningkat  sebesar  1,30 persen.
Perbandingan PDB riil  triwulanan  tahun 2002 dengan triwulan yang sama pada tahun 2001 menggambarkan laju pertumbuhan (year on year) tanpa pengaruh musiman. Laju pertumbuhan triwulan IV sebesar 3,82 persen, triwulan III sebesar 4,25 persen, triwulan II sebesar 3,87 persen, dan triwulan I tumbuh sebesar 2,67 persen.
PDB perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2002 mencapai Rp. 7,6 juta dan pada tahun 2001 sebesar Rp. 6,9 juta. Kemudian PDB perkapita menurut propinsi pada tahun 2001 paling tinggi ditunjukkan oleh propinsi Kalimantan Timur sebesar Rp. 32,0 juta, disusul oleh DKI sebesar Rp. 26,3 juta dan Riau sebesar Rp. 11,6 juta. 
Perekonomian Indonesia pada tahun 2002 mengalami pertumbuhan sebesar 3,66 persen dibanding tahun 2001. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2002 mencapai Rp. 426,7 triliun, sedangkan pada tahun 2001 sebesar Rp. 411,7 triliun. Bila dilihat dengan harga yang berlaku, PDB tahun 2002 naik sebesar Rp. 160,6 triliun, dari  Rp. 1.449,4 triliun pada tahun 2001 menjadi sebesar Rp. 1.610,0 triliun pada tahun 2002.

 










Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2002 terjadi pada seluruh sektor ekonomi.  Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor pengangkutan-komunikasi yang tumbuh 7,83 persen, kemudian diikuti oleh sektor listrik-gas-air bersih tumbuh sebesar 6,17 persen, sektor keuangan-persewaan-jasa perusahan tumbuh 5,55 persen, sektor bangunan tumbuh 4,11 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 4,01 persen, sektor pertambangan-penggalian tumbuh 2,25 persen, sektor jasa-jasa tumbuh 1,98 persen, dan sektor pertanian tumbuh 1,74 persen.

Kinerja perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada triwulan IV tahun 2002 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menurun sebesar minus 2,61 persen. Penurunan masih mengikuti pola seperti tahun yang lalu yaitu terjadi kontraksi pada triwulan IV setelah terjadi kenaikan pada triwulan III. Pertumbuhan negatif pada triwulan IV tahun 2002 ini banyak disebabkan oleh musim paceklik sektor pertanian yang mengalami penurunan cukup besar, yaitu minus 20,26 persen.
Penurunan juga terjadi pada sektor industri pengolahan sebesar minus 0,53 persen dan sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar minus 0,92 persen. Sedangkan sektor-sektor lainnya selama triwulan IV mengalami pertumbuhan. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 4,87 persen, sektor listrik-gas-air bersih tumbuh 5,03 persen, sektor bangunan tumbuh 2,76 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 3,30 persen, sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan tumbuh 2,33 persen, dan sektor jasa-jasa tumbuh 0,51 persen.
Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2002 atas dasar harga konstan 1993 dibandingan dengan triwulan IV tahun 2001 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar 3,82 persen. Pertumbuhan tersebut terjadi pada semua sektor ekonomi.  Sektor pertanian tumbuh sebesar 2,35 persen, sektor pertambangan tumbuh sebesar 5,74 persen, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 2,44 persen, sektor listrik-gas-air bersih sebesar 9,05 persen, bangunan sebesar 5,90 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar 3,66 persen, sektor pengangkutan sebesar 6,23 persen, sektor keuangan sebesar 6,77 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 1,81 persen.




 
 






4.      Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2003
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2003 meningkat sebesar 2,93 persen terhadap  triwulan  II  tahun  2003. Pertumbuhan PDB triwulan  III  tahun  2003  ini terjadi pada semua sektor ekonomi.  PDB  Indonesia  pada  triwulan  III  tahun  2003  dibandingkan  triwulan  yang  sama tahun 2002 mengalami pertumbuhan sebesar 3,93 persen.  Secara kumulatif, pertumbuhan PDB triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2003 tumbuh sebesar 3,69 persen dibandingkan dengan triwulan I sampai dengan triwulan III Tahun 2002.
PDB  Indonesia  selama  3  triwulan  pertama tahun 2002 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1 206,4 triliun, sedang selama 3 triwulan pertama  tahun 2003 sudah mencapai  Rp. 1 291,6 triliun. Disisi penggunaan, pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2003 terhadap triwulan II tahun 2003 didorong oleh kenaikan seluruh komponen penggunaan yaitu konsumsi rumahtangga yang naik 1,51 persen, konsumsi pemerintah naik sebesar 6,30  persen,  pembentukan  modal  tetap  bruto  (PMTB)  naik  2,45  persen,  ekspor naik 2,69 persen dan impor naik 3,63 persen.
Kinerja perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan, meningkat sebesar 2,93 persen pada triwulan III tahun 2003 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.  Kenaikan  ini  lebih  besar  dibandingkan  dengan  kenaikan  triwulan  II  tahun  2003 terhadap triwulan I tahun 2003 yang mencapai 1,66 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya maka pada triwulan III tahun 2003 PDB Indonesia tumbuh sebesar 3,93 persen. (lihat tabel di bawah)
Perkembangan ekonomi pada triwulan III tahun 2003 menunjukkan bahwa semua sektor ekonomi  mengalami  pertumbuhan  bila  dibandingkan  dengan  triwulan  II  tahun  2003. Pertumbuhan  terbesar  terjadi  pada sektor pertanian yaitu sebesar  4,51  persen,  yang  sifatnya sangat dipengaruhi oleh musim. Selanjutnya sektor pertambangan tumbuh sebesar 3,84 persen, industri pengolahan tumbuh sebesar 2,67 persen, sektor listrik-gas-air bersih tumbuh 3,80 persen, sektor bangunan tumbuh sebesar 3,01 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran tumbuh sebesar 2,49  persen,  sektor  pengangkutan-komunikasi  tumbuh  sebesar  4,51  persen,  sektor  keuangan-persewaan-jasa  perusahaan  tumbuh  sebesar  0,79  persen,  dan  sektor  jasa-jasa  sebesar    0,78 persen.











PDB  triwulan  III  tahun  2003  bila  dibandingkan  dengan  triwulan yang sama tahun sebelumnya  mencerminkan  perubahan  tanpa  dipengaruhi  oleh  faktor  musim.  PDB  Indonesia pada  triwulan  III  tahun  2003  dibandingkan  dengan  triwulan  III  tahun  2002  mengalami peningkatan pada semua sektor. PDB total meningkat sebesar 3,93 persen, sektor  pertanian dan sektor pertambangan-penggalian  masing-masing  tumbuh  sebesar  0,79  persen  dan  7,43  persen.
Sektor    industri  pengolahan  dan  sektor  listrik-gas-air  bersih  masing-masing  secara  berurutan tumbuh  sebesar  2,36  persen  dan  6,71  persen.  Sektor  bangunan  serta  sektor  perdagangan-hotel-restoran  masing  masing  tumbuh  sebesar  6,17  persen  dan  3,80  persen.  Sektor  pengangkutan-komunikasi,  sektor  keuangan-persewaan-jasa  perusahaan  dan  sektor  jasa-jasa  masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 10,99 persen; 4,89 persen dan 2,50 persen. 
Perbandingan  total  PDB  triwulan  I  sampai  dengan  triwulan  III tahun 2003 secara kumulatif  dengan  triwulan  I  sampai  dengan  triwulan  III  tahun  2002  menunjukkan  kenaikan sebesar 3,69 persen, dengan rincian sebagai berikut : sektor pertanian meningkat sebesar  2,54 persen;  sektor  pertambangan-penggalian  meningkat  sebesar  3,73  persen;  sektor  industri pengolahan  meningkat  sebesar  2,33  persen;  listrik-gas-air  bersih  6,13  persen;  bangunan  5,76 persen; perdagangan-hotel-restoran 3,90 persen; pengangkutan-komunikasi 8,38 persen; keuangan 5,38 persen; dan jasa-jasa 2,25 persen.













5.      Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2004
Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 2.303,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.660,6 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 5,13 persen dibanding tahun 2003. Pertumbuhan PDB terjadi di hampir semua sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,70 persen, diikuti oleh sektor bangunan sebesar 8,17 persen, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,72 persen.
Secara triwulanan, pertumbuhan PDB triwulan IV tahun 2004 dibandingkan dengan PDB triwulan III tahun 2004 (q-to-q) menurun sebesar minus 1,55 persen. Kemudian PDB triwulan III dibanding triwulan II meningkat sebesar 3,36 persen, dan PDB triwulan II terhadap triwulan I meningkat sebesar 1,63 persen. Selanjutnya, perbandingan PDB riil triwulanan tahun 2004 dengan triwulan yang sama tahun 2003 (year-on-year) menunjukkan laju pertumbuhan triwulan IV mencapai 6,65 persen, triwulan III 5,10 persen, triwulan II sebesar 4,38 persen, dan triwulan I 4,38 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2004 didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat yang meliputi pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,94 persen, konsumsi pemerintah 1,95 persen, pembentukan modal tetap bruto 15,71 persen, ekspor 8,47 persen; serta pertumbuhan impor sebesar 24,95 persen. Ditinjau dari sisi penggunaan PDB, sebagian besar digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 66,54 persen, konsumsi pemerintah 8,15 persen, pembentukan modal tetap atau investasi fisik 20,99 persen, ekspor 30,91 persen, dan impor sebesar 26,93 persen.
PDB per-kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 mencapai Rp. 10.641,73 ribu, meningkat dibandingkan dengan tahun 2003 sebesar Rp. 9.572,48 ribu. Sedangkan Produk Nasional Bruto (PNB) per-kapita tahun 2004 mencapai Rp. 10.276,47 ribu. Dalam dolar, PDB per-kapita dan PNB per-kapita tahun 2004 masing-masing, encapai US $ 1.181,6 dan US $ 1.141,1 sementara untuk tahun 2003 masing- masing US $ 1.115,7 dan US $ 1.072,2.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5,13 persen dibanding tahun 2003. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2004 mencapai Rp. 1.660,6 triliun, sedangkan pada tahun 2003 sebesar Rp. 1.579,6 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2004 naik sebesar Rp. 257,1 triliun, dari Rp. 2.045,9 triliun pada tahun 2003 menjadi sebesar Rp. 2.303,0 triliun pada tahun 2004.













Selama tahun 2004, hampir semua sektor PDB mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan sebesar minus 4,61 persen. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 12,70 persen, diikuti oleh sektor bangunan 8,17 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,72  persen, sektor industri pengolahan 6,19 persen, sektor listrik-gas-air bersih 5,91 persen, sektor perdagangan 5,80 persen, sektor jasa-jasa 4,91 persen, serta sektor pertanian 4,06 persen. Selanjutnya jika dilihat secara total, pertumbuhan PDB tanpa migas tumbuh lebih cepat yaitu sebesar 6,17 persen pada tahun 2004 dibandingkan tahun 2003.
Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2004 yang digambarkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurun sebesar minus 1,55 persen dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q). Penurunan tersebut masih mengikuti pola tahun-tahun yang lalu yaitu mengalami kontraksi pada triwulan IV setelah terjadi kenaikan pada triwulan III. Pertumbuhan negatif pada triwulan IV tahun 2004 ini terutama karena sektor pertanian mengalami penurunan cukup besar, yaitu minus 20,00 persen karena siklus panenan.
Sedangkan sektor-sektor lainnya selama triwulan IV mengalami pertumbuhan positif. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 3,45 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 3,15 persen, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 2,53 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 2,16 persen, sektor bangunan tumbuh 2,08 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 2,02 persen, sektor jasa-jasa tumbuh 1,33 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 0,34 persen.
Data PDB menurut sektor atas dasar harga berlaku juga menunjukkan peranan sektor dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan mempunyai peranan sebesar 59,90 persen tahun 2004. Sektor industri pengolahan memberi kontribusi sebesar 28,34 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 16,17 persen, dan sektor pertanian 15,39 persen.












Dibandingkan dengan peranan pada tahun 2003, pada tahun 2004 terjadi perubahan peranan pada beberapa sektor ekonomi yaitu penurunan pada sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Penurunan yang cukup besar terjadi pada sektor pertanian dari 15,92 persen pada tahun 2003 menjadi 15,39 persen di tahun 2004. Peranan sektor industri pengolahan menurun dari 28,84 persen menjadi 28,34 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menurun dari 16,51 persen menjadi 16,17 persen, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menurun dari 8,52 persen menjadi 8,45 persen. Selanjutnya jika dilihat secara total, peranan PDB tanpa migas menurun dari 91,52 persen pada tahun 2003 menjadi 90,98 persen pada tahun 2004.

6.      Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 meningkat sebesar 2,87 persen terhadap triwulan II tahun 2005. Pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2005 ini terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5,34 persen.
Secara kumulatif, pertumbuhan PDB triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2005 dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2004 tumbuh sebesar 5,76 persen. PDB Indonesia selama 3 triwulan pertama tahun 2004 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1 703,0 triliun, sedang selama 3 triwulan pertama tahun 2005 sudah mencapai Rp 2 012,4 triliun. Di sisi penggunaan, pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2005 terhadap triwulan II tahun 2005 didorong oleh kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 20,47 persen, sedangkan konsumsi rumah tangga naik sebesar 1,79 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 1,55 persen, ekspor sebesar 1,89 persen, di sisi lain  impor sebesar 2,35 persen.











PDB triwulan III tahun 2005 bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 dibandingkan dengan triwulan III tahun 2004 mengalami peningkatan hampir pada semua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian. PDB meningkat sebesar 5,34 persen, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,64 persen dan sektor pertambangan-penggalian turun sebesar minus 2,32 persen.
Sektor industri pengolahan dan sektor listrik-gas-air bersih masing-masing secara berurutan tumbuh sebesar 5,59 persen dan 9,78 persen. Sektor bangunan serta sektor perdagangan hotel- restoran masing-masing tumbuh sebesar 6,31 persen dan 7,88 persen. Sektor pengangkutan-komunikasi, sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan dan sektor jasajasa masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 12,87 persen; 9,07 persen dan 5,36 persen.
Perbandingan total PDB triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2005 secara kumulatif dibandingkan dengan PDB triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2004 menunjukkan kenaikan sebesar 5,76 persen, dengan rincian sebagai berikut; sektor pertanian meningkat sebesar 1,72 persen; sektor pertambangan-penggalian turun sebesar minus 0,82 persen; sektor industri pengolahan meningkat sebesar 5,85 persen; listrik-gasair bersih 8,83 persen; bangunan 7,23 persen; perdagangan-hotel-restoran 9,24 persen; pengangkutan-komunikasi 13,31 persen; keuangan 8,41 persen; dan jasa-jasa 4,87 persen.
Pada PDB atas dasar harga berlaku triwulan III tahun 2005, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan mengalami penurunan peran bila dibandingkan dengan peranannya pada triwulan III tahun 2004, sementara ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan. Peran sektor-sektor tersebut selama triwulan III tahun 2005 dan triwulan III tahun 2004 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 .








7.      Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2006 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 5,5 persen terhadap tahun 2005. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 13,6 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 2,2 persen. Besaran PDB Indonesia pada tahun 2006 atas dasar harga berlaku mencapai Rp3.338,2 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp1.846,7 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV/2006 menurun 1,9 persen dibandingkan dengan triwulan III/2006 (q-to-q), dan bila dibandingkan dengan triwulan IV/2005 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,1 persen.
Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2006 mencapai 6,1 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 5,5 persen. Di sisi penggunaan, sebagian besar PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 62,7 persen, konsumsi pemerintah 8,6 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 24,0 persen serta ekspor neto 4,8 persen (ekspor 30,9 persen dan impor 26,1 persen). Semua komponen PDB penggunaan mengalami pertumbuhan pada tahun 2006, dengan pertumbuhan tertinggi pada konsumsi pemerintah sebesar 9,6 persen, diikuti oleh ekspor 9,2 persen, konsumsi rumah tangga 3,2 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,9 persen, serta pengaruh pertumbuhan impor sebesar 7,6 persen.
Sumber utama pertumbuhan ekonomi 5,5 persen adalah ekspor 4,1 persen, diikuti konsumsi rumahtangga 1,9 persen, konsumsi pemerintah 0,7 persen, pembentukan modal tetap bruto 0,7 persen serta pengaruh impor 2,8 persen. PDB per-kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2006 mencapai Rp 15,0 juta (US$ 1.663,0), lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar Rp12,7 juta (US$ 1.320,6), sementara PNB per - kapita tahun 2006 mencapai Rp14,4 juta, juga lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya Rp12,1 juta.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan sebesar 5,5 persen dibanding tahun 2005. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2006 mencapai Rp 1.846,7 triliun, sedangkan pada tahun 2005 sebesar Rp1.750,7 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2006 naik sebesar Rp553,2 triliun, dari Rp2.785,0 triliun pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp 3.338,2 triliun pada tahun 2006.











Selama tahun 2006, semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 13,6 persen, diikuti oleh sektor konstruksi 9,0 persen, sektor jasa-jasa 6,2 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 6,1 persen, sektor lisrtrik, gas dan air bersih 5,9 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 5,7 persen, sektor industri pengolahan 4,6 persen, sektor pertanian 3,0 persen, serta sektor pertambangan dan penggalian 2,2 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2006 mencapai 6,1 yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secar a keseluruhan yang besarnya 5,5 persen.














8.      Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007 meningkat sebesar 6,3 persen terhadap tahun2006, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan-komunikasi 14,4 persen dan terendah di sektor pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDBtanpa migas pada tahun 2007 mencapai 6,9 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2007 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 3.957,4 triliun,sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp 1.964,0 triliun.  Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV/2007 dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q)menurun sebesar minus 2,1 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV/2006 (y-on-y) tumbuhsebesar 6,3 persen.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yaitusebesar 63,5 persen, konsumsi pemerintah 8,3 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik24,9 persen serta ekspor neto 4,1 persen (ekspor 29,4 persen dan impor 25,3 persen). Semua komponen PDB penggunaan mengalami pertumbuhan pada tahun 2007, dengan pertumbuhantertinggi pada pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,2 persen, diikuti oleh ekspor 8,0 persen,konsumsi rumah tangga 5,0 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 3,9 persen, serta impor sebesar8,9 persen.
Sumber utama pertumbuhan ekonomi 6,3 persen adalah ekspor 3,8 persen, diikuti konsumsi rumahtangga2,9 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,0 persen, konsumsi pemerintah 0,3 persen serta impor 3,3persen.
PDB per-kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 mencapai Rp 17.6 juta (US$ 1.946,1), lebihtinggi dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp 15,0 juta (US$ 1.662,6), sementara Produk NasionalBruto (PNB) per-kapita tahun 2007 mencapai Rp 16,9 juta, juga lebih tinggi dibandingkan tahunsebelumnya Rp 14,4 juta.
Walaupun kontribusinya semakin menurun pulau Jawa masih merupakan penyumbang terbesar dalampembentukan PDB Indonesia Triwulan IV 2007 sebesar 58,2 persen. Pulau Sumatera kontribusinyasebesar 23,2 persen, Kalimantan 9,8 persen, Sulawesi 4,3 persen dan kelompok propinsi-propinsi lainnyasecara keseluruhan menyumbang 4,5 persen.
 Perekonomian Indonesia pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 6,3 persen dibanding tahun 2006. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2007 mencapai Rp 1.964,0 triliun, sedangkan pada tahun 2006 sebesar Rp 1.847,3 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2007 naik sebesar Rp 617,9 triliun, yaitu dari Rp 3.339,5 triliun pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp 3.957,4 triliun pada tahun 2007.















Selama tahun 2007, semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan-komunikasi yang mencapai 14,4 persen, diikuti oleh sektor listrik-gas-air bersih 10,4 persen, sektor konstruksi 8,6 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran 8,5 persen, sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan 8,0 persen, sektor jasa-jasa 6,6 persen, sektor industri pengolahan 4,7 persen, sektor pertanian 3,5 persen, serta sektor pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2007 mencapai 6,9 yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,3 persen.




















9.      Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2008
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008 meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun 2007, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 16,7 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku mencapai Rp4.954,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.082,1 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV-2008 dibandingkan dengan triwulan III-2008 (q-to-q) menurun sebesar minus 3,6 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,2 persen.
Dari sisi penggunaan, PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 61,0 persen, konsumsi pemerintah 8,4 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 27,7 persen, ekspor 29,8 persen dan impor 28,6 persen. Semua komponen PDB penggunaan mengalami pertumbuhan pada tahun 2008, dengan pertumbuhan tertinggi ada pembentukan modal tetap bruto sebesar 11,7 persen, diikuti oleh pengeluaran konsumsi pemerintah 10,4 persen, impor 10,0 persen, ekspor 9,5 persen, serta pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,3 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,1 persen didukung oleh sumber utama pertumbuhan komponen ekspor 4,6 persen, diikuti konsumsi rumahtangga 3,1 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,6 persen, dan konsumsi pemerintah 0,8 persen. PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 mencapai Rp21,7 juta (US$2.271,2), sementara tahun 2007 sebesar Rp17,5 juta (US$1.942,1).
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial masih didominasi oleh Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 57,9 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,4 persen, Pulau Kalimantan 10,0 persen, Pulau Sulawesi 4,5 persen dan lainnya sebesar 4,2 persen.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6,1 persen dibanding tahun 2007. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2008 mencapai Rp2.082,1 triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp1.963,1 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2008 naik sebesar Rp1.004,7 triliun, yaitu dari Rp3.949,3 triliun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp4.954,0 triliun pada tahun 2008.











Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 16,7 persen, diikuti oleh sektor listrik, gas dan air bersih 10,9 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 8,2 persen, sektor konstruksi 7,3 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,2 persen, sektor jasa-jasa 6,4 persen, sektor pertanian 4,8 persen, dan sektor industri pengolahan 3,7 persen, serta sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,1 persen.











10.  Pertumbuhan Ekonomu Tahun 2009
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15,5 persen dan terendah di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.613,4 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.177,0 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV-2009 dibandingkan dengan triwulan III-2009 (q-to-q) menurun sebesar 2,4 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,4 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4,5 persen, terjadi pada pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 15,7 persen, diikuti oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,9 persen, dan pembentukan modal tetap bruto 3,3 persen. Sedangkan komponen ekspor tumbuh minus 9,7 persen,  dan impor minus 15,0 persen. Pada tahun 2009, dari sisi penggunaan, PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga  sebesar 58,6 persen, konsumsi pemerintah 9,6 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik 31,1 persen dan ekspor 24,1 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari impor sebesar 21,3 persen.
PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp24,3 juta (US$2.590,1), sementara tahun 2008 sebesar Rp21,7 juta (US$2.269,9). Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB triwulan IV-2009 sebesar 57,6 persen, dengan 3 provinsi utamanya adalah: DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen dibanding tahun 2008. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mencapai Rp2.177,0 triliun, sedangkan pada tahun 2008 dan 2007 masing-masing sebesar Rp2.082,3 triliun dan Rp1.964,3 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar Rp 662,0 triliun, yaitu dari Rp4.951,4 triliun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp5.613,4 triliun pada tahun 2009.

















Selama tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 15,5 persen, diikuti oleh Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 13,8 persen, Sektor Konstruksi 7,1 persen, Sektor Jasa-jasa 6,4 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,0 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 4,4 persen, Sektor Pertanian 4,1 persen, dan Sektor Industri Pengolahan 2,1 persen, serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 4,5 persen.



















11.  Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2010 mencapai Rp1.498,7 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 besarnya mencapai Rp558,1 triliun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan Triwulan IV-2009, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 1,9 persen (q-to-q). Pertumbuhan ini terjadi pada Sektor Pertanian, Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan- Komunikasi, sektor Jasa-jasa, dan Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 18,1 persen, karena adanya musim panen tanaman padi pada Triwulan I-2010.
PDB Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,7 persen. Sektor perdagangan-hotel restoran tumbuh sebesar 9,3 persen dan sekaligus merupakan sumber pertumbuhan terbesar (y-on-y) pada perekonomian Indonesia Triwulan I-2010.
Ditinjau dari segi penggunaan pada Triwulan I-2010 dibandingkan dengan Triwulan IV-2009, pengeluaran konsumsi rumah tangga secara riil meningkat sebesar 0,9 persen, sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah menurun 44,4 persen dan pembentukan modal tetap bruto menurun 2,3 persen. Demikian pula ekspor barang-jasa turun sebesar 4,1 persen dan impor barangjasa turun sebesar 2,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009  didukung oleh kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 3,9 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 7,9 persen, dan juga surplus neraca perdagangan yaitu ekspor naik sebesar 19,6 persen dan impor 22,6 persen. Sementara komponen pengeluaran konsumsi pemerintah turun 8,8 persen.
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada Triwulan I-2010 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,8 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatra sebesar 23,6 persen, Pulau Kalimantan 9,5 persen, Pulau Sulawesi 4,4 persen, Bali NusaTenggara 2,8 persen, dan sisanya 1,9 persen di Maluku dan Papua.
PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2009 mencapai Rp1.317,1 triliun, kemudian pada Triwulan IV-2009 meningkat menjadi Rp1.450,8 triliun dan pada Triwulan I-2010 meningkat lagi menjadi Rp1.498,7 triliun. Demikian pula PDB atas harga konstan 2000 Triwulan I-2009 adalah sebesar Rp528,1 triliun kemudian meningkat menjadi Rp547,5 triliun pada Triwulan IV-2009 dan pada Triwulan I-2010 meningkat lagi menjadi Rp558,1 triliun.
Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar pada Triwulan I-2010 adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp380,9 triliun, kemudian Sektor Pertanian Rp239,4 triliun, disusul oleh Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran sebesar Rp208,0 triliun, Sektor Pertambangan-Penggalian sebesar Rp168,1 triliun, Sektor Konstruksi sebesar Rp150,4 triliun, Sektor Jasa-jasa sebesar Rp139,2 triliun, Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan sebesar Rp107,6 triliun, dan Sektor Pengangkutan-Komunikasi sebesar Rp93,4 triliun, serta terakhir Sektor Listrik-Gas-Air Bersih sebesar Rp11,7 triliun.











Perekonomian Indonesia pada Triwulan I-2010 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qto-q), yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan sebesar 1,9 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada beberapa sektor ekonomi yaitu Sektor Pertanian (18,1 persen), Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan (2,5 persen), Sektor Pengangkutan-Komunikasi (1,5 persen), Sektor Jasa-jasa (0,2 persen), dan Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (0,0 persen). Sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Listrik-Gas-Air Bersih (minus 2,7 persen), Sektor Konstruksi (minus 2,2 persen), Sektor Pertambangan-Penggalian (minus 1,9 persen), dan Sektor Industri Pengolahan (minus 1,0 persen).
Sektor Pertanian pada Triwulan I-2010 meningkat tajam 18,1 persen terhadap Triwulan IV- 2009, sebagai refleksi dari mulai adanya musim panen tanaman padi, dengan kenaikan Subsektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 55,0 persen. Subsektor pertanian lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar minus 22,8 persen untuk Subsektor Tanaman Perkebunan, minus 16,3 persen untuk Subsektor Kehutanan, Subsektor Peternakan sebesar minus 2,9 persen, dan minus 1,7 persen untuk Subsektor Perikanan. Sektor lain yang meningkat cukup signifikan (q-to-q) adalah Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan sebesar 2,5 persen. Peningkatan di Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan tersebut terutama ditunjang oleh Subsektor Bank yang tumbuh sebesar 5,0 persen. Sektor Industri Pengolahan, pada Triwulan I-2010 mengalami penurunan sebesar minus 1,0 persen terhadap Triwulan IV-2009. Penurunan tersebut terjadi pada Subsektor Industri Migas dan Bukan Migas masing-masing sebesar minus 0,3 persen dan minus 1,1 persen.










12.     Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Triwulan III-2011 meningkat sebesar 3,5 persen terhadap Triwulan II-2011 (q-to-q). Peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pertanian 5,0 persen dan terendah di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu 1,3 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 (y-on-y), PDB Indonesia Triwulan III-2011 ini tumbuh sebesar 6,5 persen, dimana semua sektor tumbuh positif dan pertumbuhan tertinggi di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 10,1 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia hingga Triwulan III-2011 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (c-to-c) tumbuh sebesar 6,5 persen.
Besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada Triwulan III-2011 Rp1.923,6 triliun sehingga kumulatif Triwulan ke III-2011 mencapai Rp5.482,4 triliun. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan PDB Triwulan III-2011 terhadap triwulan sebelumnya didorong oleh kenaikan konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 10,6 persen, ekspor sebesar 5,2 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 5,1 persen, dan konsumsi rumah tangga sebesar 2,3 persen. Sementara impor tumbuh 2,4 persen dibanding triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan PDB penggunaan Triwulan III-2011 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 ditopang oleh pertumbuhan ekspor sebesar 18,5 persen, PMTB sebesar 7,1 persen, konsumsi rumah tangga sebesar 4,8 persen, dan konsumsi pemerintah sebesar 2,5 persen. Sedangkan impor juga tumbuh 14,2 persen dibanding triwulan yang sama tahun 2010. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada Triwulan III-2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,7 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,6 persen, Pulau Kalimantan 9,5 persen, Pulau Sulawesi 4,6 persen, dan sisanya 4,6 persen di pulau-pulau lainnya.








PDB Triwulan III-2011 bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim) juga menunjukkan peningkatan pada semua sektor. PDB meningkat 6,5 persen (y-on-y) terutama  dipengaruhi oleh kenaikan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 10,1 persen. Selanjutnya Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 9,5 persen, Sektor Jasa-jasa tumbuh 7,8 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan tumbuh 7,0 persen, Sektor Industri Pengolahan tumbuh 6,6 persen, Sektor Konstruksi tumbuh 6,4 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh 5,2 persen, Sektor Pertanian tumbuh 2,7 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh 0,3 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada Triwulan III-2011 mencapai 6,9 persen (y-on-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan total PDB keseluruhan yang besarnya 6,5 persen.

















13.  Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007.  Berdasarkan kajian Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang dipresentasikan dalam seminar regional di Jakarta, Selasa (29/11), Produk Domestik Bruto enam negara-negara ASEAN selama 2012-2016 rata-rata sebesar 5,6 persen.
Negara tersebut  meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Rata-rata pertumbuhan Indonesia selama periode tersebut sebesar 6,6 persen atau yang tertinggi di antara capaian lima negara lainnya. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi negara lainnya di bawah capaiannya dalam periode 2003-2007. 
Sumber pertumbuhan ekonomi ini terutama adalah perbaikan iklim investasi yang akan mendorong masuknya aliran FDI secara signifikan hingga mencapai 1,5% PDB pada 2012, sehingga diharapkan pangsa investasi terus meningkat dan mencapai sekitar 30% PDB pada 2012. Selain itu, perdagangan intra-regional dalam kawasan ASEAN dan Asia Pasifik diperkirakan masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam jangka menengah. Dari sisi domestik, kebijakan moneter yang tetap disiplin dalam menjaga stabilitas ekonomi makro serta kebijakan fiskal yang masih bersifat stimulasi akan berperan penting dalam mendukung prospek perekonomian Indonesia dalam jangka menengah.
Prakiraan pertumbuhan ekonomi di atas jelas membutuhkan prasyarat kebijakan struktural yang kokoh seperti perbaikan iklim investasi, pemberdayaan UMKM, reformasi sektor keuangan dan perbaikan infrastruktur. Berbagai kondisi eksternal dan domestik yang kondusif tersebut diprakirakan akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan laju inflasi yang tetap terkendali. Stabilitas ekonomi makro yang terus terjaga dan potensi pasar yang besar menjadi daya tarik investor internasional untuk tetap melakukan investasi di Indonesia.8 Aliran masuk FDI yang terus meningkat diikuti dengan pesatnya pertumbuhan investasi yaitu dari kisaran 9,3% pada 2008 menjadi 13,0-15,0% pada 2012. Investasi yang meningkat pesat selanjutnya akan menaikkan (baca: perbaikan produksi dan distribusi) kapasitas perekonomian dari sisi penawaran sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat tercapai dari 6,2% pada 2008 menjadi 7,4-8,0% pada 2012, diiringi dengan menurunnya inflasi. Inflasi yang rendah yang dibarengi rencana kenaikan upah minimum menyebabkan daya beli riil masyarakat akan meningkat, sehingga konsumsi swasta diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi mencapai 5,6-6,0% pada 2012.
Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2012 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2012 bertambah sebesar 3,0juta orang dibanding keadaan Agustus 2011 dan bertambah 1,0 juta orang dibanding keadan Februari 2011.
Penduduk yang bekerja pada Februari 2012 bertambah sebesar 3,1 juta orang dibanding keadaan Agustus 2011 dan bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2011). Sementara, jumlah penganggur pada Februari 2012 mengalami penurunan sekitar 90 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2011 dan mengalami penurunan sebesar 510 ribu orang jika disbanding keadaan Februari 2011. Meskipun jumlah angkatan kerja bertambah, tetapi dalam satu tahun terakhir terjadi penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,30 persen poin.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jagka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan struktur perekonomian atau tidak.
Teori pertumbuhan ekenomi menjelaskan faktor- faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana keterkaitan antara faktor- faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Beberapa teori pertumbuhan ekonomi yaitu teori Pertumbuhan Harrod-Dommar dan teori pertumbuhan sollow-swan.
Tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %.
Perekonomian Indonesia tahun 2001 yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.491,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp.411,1 triliun. PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2001 mencapai Rp. 7,2 juta .
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2002 digerakkan oleh kegiatan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah. Hal ini terlihat dari besarnya konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada tahun 2002 terhadap tahun 2001 masing-masing tumbuh sebesar 4,72 persen dan 12,79 persen. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor masing-masing turun sebesar minus 0,19 persen dan minus.
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2003 meningkat sebesar 2,93 persen terhadap  triwulan  II  tahun  2003. Pertumbuhan PDB triwulan  III  tahun  2003  ini terjadi pada semua sektor ekonomi.  PDB  Indonesia  pada  triwulan  III  tahun  2003  dibandingkan  triwulan  yang  sama tahun 2002 mengalami pertumbuhan sebesar 3,93 persen. 
Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 2.303,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.660,6 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 5,13 persen dibanding tahun 2003.
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 meningkat sebesar 2,87 persen terhadap triwulan II tahun 2005. Pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2005 ini terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5,34 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2006 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 5,5 persen terhadap tahun 2005. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 13,6 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 2,2 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007 meningkat sebesar 6,3 persen terhadap tahun2006, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan-komunikasi 14,4 persen dan terendah di sektor pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDBtanpa migas pada tahun 2007 mencapai 6,9 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008 meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun 2007, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 16,7 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15,5 persen dan terendah di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen.
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2010 mencapai Rp1.498,7 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 besarnya mencapai Rp558,1 triliun.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Triwulan III-2011 meningkat sebesar 3,5 persen terhadap Triwulan II-2011 (q-to-q). Peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pertanian 5,0 persen dan terendah di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu 1,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007.  Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007.  Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007.  Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar