MAKALAH
MEMAHAMI PERKEMBANGAN BELAJAR DALAM PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Drs. Suhartono, M.Pd.
OLEH :
MEILYANI WIGUNA
K7110543
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala taufiq, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Makalah “Memahami Perkembangan dalam Pendidikan” untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia ini dapat disusun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Bahasa Indonesia yaitu sebagai tugas pembuatan makalah yang berkaitan dengan Pendidikan. Untuk itulah saya mengambil materi tentang Teori Belajar sebagai bahan pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian belajar, rumusan tentang belajar, teori-teori belajar, jenis-jenis belajar, factor-faktor yang mempengaruhi belajar, metode dan efisiensi belajar, serta hubungan belajar dengan menghafal dan ingatan. Jadi, diharapkan pembaca dapat memahami tentang belajar-belajar yang baik, benar dan efektif. Serta dapat mengetahui kendala-kendala dalam belajar kita dan mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Makalah ini terdiri dari 3 (tiga) Bab pokok dalam pembuatan makalah ini, yaitu : Bab I tentang Pendahuluan, Bab II sebagai Pembahasan yang mencakup pengertian belajar, teori-teori belajar dll., Bab III berupa Penutup yang mencakup sarn dan kesimpulan.
Saya berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terhadap penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang menggunakannya, Amin.
Kebumen, 28 Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar..............................................................................
B. Teori-Teori Belajar .............................................................................
C. Jenis-Jenis Belajar ..............................................................................
D. Sumber Belajar ..................................................................................
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ......................................
F. Metode dan Efisiensi Belajar ............................................................
G. Hubungan Belajar dengan Menghafal dan Ingatan ..........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Menurut anggapan sementara orang, belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia, saraf, dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya terganggu.
Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dan kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap-tiao individu atau manusia, terutama hanya sekali sejak manusia dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan-perubahan dalam arti perkembangan melalui fase-fasenya. Dan karena itu pula, sejak saat itu berlangsung proses-proses belajar.
Dari penjelasan tentang pengertian belajar tersebut, saya tertarik untuk membuat suatu makalah yang berjudul “Memahami Perkebangan Belajar Anak dalam Pendidikan”. Disamping itu, makalah ini juga sebagai tuntutan tugas Bahasa Indonesia dalam pembuatan makalah yang bertema pendidikan.
Dalam makalah ini, saya berharap supaya kita mengetahui perkebangan belajar anak dan teori-teori belajar dengan benar, khususnya ditunjukan kepada Siswa-Siswi dan Mahasiswa yang terkadang mengalami kesulitan belajar karena perasaan malaz. Terdapat pembahasan makalah yang berisi tentang materi belajar yang sudah saya bagi-bagikan menjadi 8 sub bab, dengan harapan supaya pembaca lebih mudah untuk memahaminya.
1 |
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dijelaskan dan dibahas berhubungan dengan Teori belajar, yaitu:
a. Apakah Belajar itu ?
b. Bagaimanakah teori-teori belajar itu ?
c. Bagaimanakah tentang penjelasan jenis-jenis belajar ?
d. apa yang dimaksud sumber belajar ?
e. Apakah factor yang mempengaruhi belajar ?
f. Bagaimanakah metode dan efisiensi dalam belajar ?
g. Bagaimanakah hubungan belajar dengan metode ingatan dan menghafal ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Bagi kebanyakan siswa, juga mahasiswi, belajar berarti menggaris bawahi buku pelajaran dengan stabile kuning sambil mendengarkan alunan music dari ruang lain. Atau, bila menghadapi ujian akhir semester esok hari, belajar berarti minum kopi sebanyak mungkin atau minum pil anti ngantuk dan menghabiskan sepanjang malam untuk berusaha menjelali otaknya dengan semua bahan kuliah yang sebetulnya mesti dipelajari selama kurang lebih dua belas minggu sebelumnya. Maka, SKS pun kemudian sering diplesetkan menjadi “system kebut semalam”.
3 |
Belajar, menurut anggapan sementara orang adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dipelihara oleh mata, didengar oleh telinga, dll., disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bias belajar jika fungsi otaknya terganggu.
Belajar memang merupakan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Hingga kini, para ahli tidak mengetahui status persen bagaimana persis terjadinya peristiwa itu. Pada masa lalu, ada ahli yang percaya bahwa peristiwa belajar merupakan semata-mata merupakan proses kimia yang terjadi dalam sel-sel, terutama dalam sel dan saraf otak. Pendapat ini kadang-kadang dirumuskan terlalu ekstrem, seakan-akan manusia itu hanya kumpulan jasad kebendaan saja. Ini adalah pengaruh padangan hidup yang materealistik, yang artinya tidak percaya adanya jiwa atau roh.
Memang ilmu pengetahuan sudah menemukan bahwa terdapat bagian-bagian tubuh di otak maupun di berbagai kelenjar tubuh yang sangat mempengaruhi daya ingat kita. Walaupun demikian, pendapat materealistik sudah ditinggalkan orang karena tidak terbukti kebenarannya. Belajar bukanlah semata-mata proses jasmaniah. Surakhmad, (Dalam Alex Sobur, 2009:218)
Sesungguhnya masalah belajar itu demikian kompleksnya, sehingga apabila orang menganggap beberapa macam perilaku yang berbeda dapat diistilahkan secara umum sebagai belajar, tampak bahwa pendefinisian belajar menjadi sangat kabur, karena di dalamnya tercakup semua perilaku tersebut.
Secara singkat dan secara umum, belajar dapat diartikan sebagai “perubahan perilaku yang relative tetap sebagai hasil adanya pengalaman”. Di sini, tidak termasuk perubahan perilaku yang diakibatkan oleh kerusakan atau cacat fisik, penyakit, obat-obatan, atau perubahan karena proses pematangan.
Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap-tiap individu atau manusia, terutama hanya sekali sejak manusia dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan-perubahan dalam arti perkembangan melalui fase-fasenya. Dan karena itu pula, sejak saat itu berlangsung proses-proses belajar.
B. Teori-Teori Belajar
Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus respons dan teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukan hubungan yang terus-menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan suatu proses belajar. Tan, (Dalam Alex Sobur, 2009:218)
Untuk lebih memperjelas pengertian kita mengenai proses belajar yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi. Berikut ini, kita perlu mengenal beberapa teori belajar. Teori belajar yang dimaksud ialah: (1) Teori Conditioning, (2) Teori Connectionism, dan Teori Psikologi Gestalt.
1. Teori Conditioning
Bentuk paling sederhana dalam belajar ialah conditioning. Karena conditioning sangat sederhana bentuknya dan sangat luas sifatnya, para ahli sering mengambilnya sebagai contoh untuk memperjelas dasar-dasar dari semua proses belajar. Meskipun demikian, kegunaan conditioning sebagai contoh bagi belajar, masih menjadi bahan pendebatan.
a. Conditioning Klasik (Classical Conditioning)
Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.
Percobaan mengenai anjing yang mengeluarkan air liur oleh Pavlov, sering kali dikutip karena dianggap sebagai salah satu bentuk percobaan conditioning formal yang pertama.
Prinsip dasar dasar dari conditioning klasik adalah sebuah unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), dan conditioned stimulus (CS). US merupakan objek dalam lingkungan organism yang secara otomatis diperoleh tanpa harus mempelajari terlebih dahulu atau bisa dikatakan sebagai suatu proses yang nyata. (UR). Sebagai contoh, seekor anjing meneteskan air liurnya (UR) melihat sebuah tulang (US); seorang anak menangis (UR) ketika ia melihat seekor gorilla (US); seorang anak tertawa (UR) ketika ia melihat badut (US). UR terbentuk secara otomatis ketika respons tersebut berhadapan tersebut berhadapan dengan US. Reaksi atau respons ini dinamakan respons alami. Conditioning klasik timbul ketika stimulus netral sebelumnya (CS) mampu menimbulkan respons yang nyata atau terlihat dengan sendirinya. Hal ini terjadi melalui pemasangan yang berulang-ulang antara US dan CS; dan CS disajikan pada waktu yang bersamaan dengan US. Pasangan ini masing-masing akan menghasilkan UR, karena UR merupakan respons alami terhadap US. Conditioning klasik diperoleh ketika US tidak diperoleh, CS dapat menghasilkan UR dari organisme tersebut.
Kelemahan conditioning klasik, antara lain, adalah sebagai berikut:
1) Teori ini menganggap bahwa belajar hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya.
2) Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan; sedangkan kita tahu bahwa bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata bergantung pada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan serta reaksi apa yang akan dilakukannya.
3) Teori conditioning memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Namun, pada manusia teori hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.
b. Conditioning Operan (Operant Conditioning)
Istilah conditioning operan (operant conditioning) diciptakan oleh Skinner dari memiliki arti umum conditioning perilaku. Istilah “operan” di sini berarti operasi (operation) yang pengaruhnya mengakibatkan organism melakukan suatu perbuatan pada lingkungannya; misalnya perilaku kotor yang biasanya merupakan pebuatan yang dilakukan secara sadar.
Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responnya didatangkan oleh stimulus tertentu), respons dalam conditioning operan terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh renforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang menigkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, akan tetapi tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning.
Conditioning operan dirumuskan berdasarkan prosedurnya. Akan tetapi, program penyelidikan yang dikembangkan memiliki sejumlah corak khusus yang tidak menuruti prosedur. Prinsip-prinsip penting itu ditata oleh Skinner (1938, 1951, 1953, 1961) dan sebagian dikembangkan oleh orang-orang lain, yaitu mengenai persoalan-persoalan dasar yang berhubungan dengan bidang belajar dan teori belajar. Keseluruhan istilah yang khusus, cara membuat eksperimen, dan sikap terhadap persoalan-persoalan teoritis dan eksperimental, demikian pula arah dan penyelidikan utama, disebut sebagai aspek-aspek analisis eksperimental dari tingkah laku.
Perbedaan antara proses belajar klasik dan belajar operan adalah adanya stimulus diskriminan tersebut, yaitu yang mebedakan antara kondisi saat suatu perilaku berhasil secara efektif dan kondisi perilaku tidak akan efektif.
Kelemahan-kelemahan teori ini adalah sebagai berikut :
1) Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali sebagai gejalanya.
2) Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-direction (kemampuan mengarahkan diri) dan self control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehingga ia bisa menolak untuk merespons jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati.
3) Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan.
2. Teori Psikologi Gestalt
Teori belajar menurut Gestalt sering kali disebut insight full learning atau field theory. Adapula istilah lain yang sebetulnya identik dengan teori ini, yaitu organismic, pattern, holistic, integration, configuration dan closure.
Jiwa manusia menurut aliran ini, adalah suatu keseluruhan yang berstruktur atau merupakan suatu system, bukan hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu sama lain terpisah, yang tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah individu yang meupakan berbentuk jasmanai-rohani. Sebagai individu, manusia itu bereaksi, atau lebih tepatnya berinteraksi, denga dunia luar, dengan kepribadiannya, dan dengan cara yang unik pula. Sebagai pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi terhadap suatu perangsang, dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara trial and error seperti dikatakan oleh penganut teori conditioning. Interaksi manusia terhadap dunia luar bergantung pada cara ia menerima stimulusdan bagaimana serta apa motif-motif yang ada padanya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia berinteraksi; stimulus mana yang ia terimanya dan mana yang ditolaknya.
Prinsip-prinsip belajar berikut ini lebih merupakan rangkuman atau kesimpulan dari teori Gestalt :
a. Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-bagian. Dari hal-hal yang sangat kompleks menuju hal-hal yang lebih sederhana.
b. Keseluruhan member makna pada bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tersebut.
c. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan yang dipelajarinya.
d. Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh pengertian. Pengertian adalah kemampuan hubungan antara berbagai factor dalam situasi yang problematic.
e. Belajar akan berhasil jika ia ada tujuan yang berarti bagi individu.
f. Dalam proses belajar itu, individu merupakan suatu organism yang aktif, bukan bejana yang harus diisi oleh orang lain.
C. Jenis-Jenis Belajar
Jenis-jenis belajar bisa dikelompokkan berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar, cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, teknik atau metode belajar, dan sebagainya. Perkebangan atas pengelompokkan jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
Dilihat dari tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar, para ahli umumnya mengemukakan delapan jenis belajar tersebut :
1. Belajar Abstrak (Abstract Learning)
Belajar abstrak pada dasarnya adalah belajar dengan menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannnya ialah memperoleh pemahaman serta pemecahan yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal abstrak, peranan akal atau rasio sangatlah penting. Begitupula penguasaan atau prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Termasuk dalam jenis ini, mislanya belajar tauhid,astronomi, kosmografi, kimia dan matematika.
2. Belajar Keterampilan (Skill Learning)
Belajar keterampilan merupakan proses belajar yang bertujuan memperoleh keterampilan tertentu dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik. Dalam belajar jenis ini, proses pelatihan yang intensif dan teratur sangat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini, misalnya belajar cabang-cabang olahraga, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik. Bentuk belajar keterampilan ini disebut juga latihan atau training.
3. Belajar Sosial (Social Learning)
Belajar social adalah belajar yang bertujuan memperoleh keterampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah social, penyesuaian terhadap nilai-nilai social dan sebagainya. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar memahami masalah keluarga, masalah penyelesaian konflik antarretnis atau antar kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat social.
4. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan memecahkan berbagai masalah secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan atau kecakapan kognitif guna memecahkan masalah secara tuntas. Untuk itu, kemampuan individu dalam menguasai berbagai konsep, prinsip, serta generalisasi, amat diperlukan.
5. Belajar Rasional (Rational Learning)
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya adalah memperoleh berbagai ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini berkaitan erat dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, individu diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving , yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
6. Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, keteladanan, serta pengalaman khusus, juga menggunakan hokum dan ganjaran. Tujuannya agar individu memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan waktu atau yang bersifat kontekstual.
7. Belajar Apreasi (Appreciation Learning)
Belajar apresiasi pada dasaranya adalah belajar mempertimbangkan nilai atau arti penting suatu objek. Tujuannya agar individu memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective skills) dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat, arti penting objek tertentu, misalnya presiasi sastra, apresiasi music, dan apresiasi seni lukis.
8. Belajar Pengetahuan (Study)
Belajar pengetahuan dimaksudkan sebagai belajar untuk memperoleh sejumlah pemahaman, pengertian, informasi, dan sebagainya. Belajar pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi atau penelitian dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan adalah agar individu memperoleh atau menambah informasi dan pengetahuan terhadap pengetahuan tertentu, yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.
D. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sumber (data, manusia, dan benda) yang dapat digunakan oleh siswa baik secara sendiri maupun bersama-sama, biasanya di dalam suatu cara yang informal, untuk membantu belajar. Proses belajar mengajar di sekolah dasar pada dasaranya tidak hanya berlangsung di dalam kelas dengan menggunakan sumber dan media pembelajaran yang ada di dalam kelas. Proses belajar mengajar dapat berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas dengan memanfaatkan berbagai macam sumber belajar yang relevan dengan pembelajaran.
Dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, diharapkan sekolah dapat memberikan pendidikan kepada siswa dengan berbagai setting belajar, misalnya belajar secara perseorangan, belajar kelompok dan sebagainya. Sekolah hendaknya mengadakan ketrampilan dasar belajar dengan baik, seperti misalnya ketrampilan membaca mengamati dan mendengarkan dan mampu memahami komunikasi non verbal. Semuanya itu akan sangat berguna bagi siswa untuk belajar lebih lanjut apabila ia telah keluar dari sekolah.
Dengan demikian sekolah hendaknya membiasakan anak menggunakan berbagai sumber belajar baik yang berada di dalam maupun di luar sekolah, sehingga mereka mampu belajar sepanjang hayat dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang banyak dijumpai dalam kehidupan.
Ada dua macam sumber belajar, yaitu : (1) sumber belajar yang memang dikembangkan dan disiapkam untuk mebantu belajar, yang merupakan komponen system instruksional, yang disebut “resources by design”, dan (2) sumber belajar yang tidak direncanakan secara khusus untuk pengajaran, tetapi dapat digunakan untuk belajar, yang disebut “resources by utilization”. Sumber-sumber belajar itu meliputi berbagai sumber berikut.
1. Message (Pesan)
Message (pesan), yaitu informasi yang disampaikan melalui komponen lain; berupa ide, fakta-fakta, pengertian, data, dan sebagainya.
2. Material
Material adalah bahan, media atau “software” yang biasanya menyimpan pesan yang ditampilkan dengan menggunakan alat (hardware) atau dapat menampilkan dirinya sendiri; misalnya transparasi OHP, slide, film, filmstrip, buku, jurnal, dan sebagainya.
3. Alat (Device)
Alat (Device) yang sering disebut “hardware”, digunakan untuk menampilkan pesan yang terdapat pada bahan (materials); misalnya proyektor slide, proyektor filmstrip, proyektor film, OHP, alat perlengkapan televisi, tape recorder (audio/video) dan sebagainya.
4. Teknik
Teknik adalah cara-cara yang biasa dilakukan dalam belajar mengajar atau pengguanaan alat-alat, bahan, setting dan orang untuk menyampaikan pesan; misalnya pengajaran berprogram, stimulasi, permainan, metode penemuan, karya wisata, team teaching, pengajaran perseorangan, kerja kelompok, belajar madiri, ceramah, diskusi.
5. Setting
Setting adalah lingkungan tempat pesan diterima. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat berupa :
a. Lingkungan alam seperti: gunung, pantai, sungai, daratan dan sebagainya.
b. Lingkungan social, misalnya keluarga, Rukun Tetangga, desa, kelurahan, kota, pasar, dan sebagainya.
c. Lingkungan budaya, misalnya candi, adat-istiadat, dan sebagainya.
6. Manusia
Manusia, yakni manusia yang bertindak sebagai pembawa/penyampai pesan; misalnya guru, siswa, actor, dokter, dan sebagainya.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara garis besar, factor-faktor yang mempengaruhi belajar anak atau individu dapat dibagi dalam dua bagian. (1) Factor Endogen atau disebut juga factor internal, yakni semua factor yang berada dalam diri individu. (2) factor eksogen atau disebut juga factor eksternal, yakni semua factor yang berada di luar diri individu, misalnya orang tua dan guru, atau kondisi lingkungan di sekitar individu.
Kedua factor di atas, dalam banyak hal, acap kali saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
1. Factor Endogen
Factor Endogen atau factor yang berada di dalam diri individu meliputi dua factor, yakni factor fisik dan factor psikis.
a. Factor Fisik
Factor fisik ini bisa kita kelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, antara lain factor kesehatan. Umpamanya anak yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Selain factor kesehatan, ada factor lain yang penting, yaitu cacat yang dibawa anak sejak anak berada dalam kandungan. Keadaan cacat ini juga bisa menghambat keberhasilan seseorang. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah pendengaran atau penglihatan, pihak guru seyogyanya bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin dari dinas-dinas kesehatan setempat.
b. Faktor Psikis
Banyak factor yang termasuk aspek psikis yang bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Diantara begitu banyak factor psikis, yang paling banyak atau paling sering disoroti pada saat ini adalah factor-faktor berikut.
1) Factor intelegensi atau kemampuan
2) Factor perhatian dan minat
3) Factor bakat
4) Factor motivasi
5) Factor kematangan
6) Factor kepribadian
2. Faktor Eksogen
Seperti sudah dijelaskan, factor eksogen berasal dari diri luar anak. Factor eksogen sebetulnya meliputi banyak hal, namun secara garis besar kita bisa membaginya dalam tiga factor, yakni: (a) factor keluarga, (b) factor keluarga, dan (c) factor lingkungan lain, di luar keluarga dan sekolah.
a. Faktor Keluarga
Menurut pandangan sosiologis, keluarga adalah lembaga social terkecil dari masyarakat. Pengertian keluarga ini menunjukan bahwa keluarga merupakan bagian dari masyarakat; bagian ini menentukan keseluruhan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh kesejahteraan keluarga. Dan, kesejahteraan masyarakat mempunyai pengaruh pada kesejahteraan keluarga. Analisis ini merupakan akibat logis dari pengertian keluarga sebagai sesuatu yang kecil, sebagai bagian dari sesuatu yang besar.
Keluarga merupakan kelompok social pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia social.di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam hubungan dengan belajar, factor keluarga tentu saja mempunyai peranan penting. Keadaan keluarga akan sangat menetukan berhasil tidaknya anak dalam menjalin proses belajarnya. Ada keluarga miskin, ada pula yang kaya. Ada keluarga yang selalu diliputi suasana tentram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang biasa-biasa saja. Kondisi dan suasana keluarga yang bermacam-macam itu, dengan sendirinya turut menentukan bagaimana dan sampai di mana hakikat belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam factor keluarga ini, tersedi-tidaknya berbagai fasilitas yang diperlukan dalam menunjang proses belajar anak.
Factor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, dapat dibagi menjadi tiga spek, yakni:
1) Kondisi ekonomi keluarga
2) Hubungan emosional orang tua dan anak
3) Cara-cara orang tua mendidik anak
b. Faktor Sekolah
Factor lingkungan social sekolah seperti para guru, pegawai administrasi, dan teman-teman sekolah, dapat mempengaruhi semangat belajar seorang anak. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik serta memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin, khusunya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan rajin berdiskusi, dapat menjadi daya dorong bagi kegiatan belajar anak. Bimbingan yang baik dan sistematis dari guru terhadap pelajar yang mendapat kesulitan-kesulitan dalam belajar, bisa membantu kesuksesan anak dalam belajar.
Dalam factor di sekolah, factor guru dan cara mengajarnya merupakan factor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, bisa turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai anak.
Selain cara mengajar, factor hubungan antara guru dan murid juga ada pengaruhnya. Hal ini dapat dengan jelas dilihat, misalnya pad ataman kanak-kanak. Seorang anak yang dekat dan mengagumi sang guru akan lebih mudah mendengarkan dan menangkap pelajaran dibandingkan dengan anak yang tidak senang terhadap gurunya. Semua pelajaran merupakan hal yang memberatkan dan tidak menyenangkan bagi si anak.
Factor lain yang membantu kesungguhan anak belajar di sekolah adalah factor disiplin, sudah tentu anak-anak tidak akan serius dalam belajar, sehingga mutu pelajarannya akan menurun.
c. Faktor Lingkungan Lain
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik, memeiliki inteligensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya serta alat-alat pelajarannya baik, belum tentu pula menjamin anak belajar dengan baik. Masih ada factor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, sehingga memerlukan kendaraan untuk keperluan perjalanan yang relative cukup lama, dan ini dapat melelahkan anak yang bisa berakibat pada proses dan hasil belajar anak.
Selain itu, factor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak. Aktifitas di luar sekolah memang baik untuk mebantu perkembangan seorang anak. Namun, tidak semua aktivitas dapat membantu anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar sekolah, sementara ia kurang mampu mebagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan merugikan anak karena kegiatan belajarnya menjadi terganggu.
F. Metode dan Efisiensi Belajar
Dapatkah belajar itu dipelajari ? hingga sekarang masalah bisa tidaknya belajar itu dipelajari masih menjadi bahan perdebatan umum. Sementara pihak beranggapan bahwa sebenarnya petunjuk cara-cara belajar tidak banayk gunanya, sebab, semua itu bergantung spenuhnya kepada orang yang bersangkutan. Kalau dasarnya orang berintelegensi tinggi, tanpa membaca buku petunjukpun, ia tetap pintar. Sebaliknya, kalau orang itu memang dasarnya sudah bodoh, ya tetap saja dia bodoh.
Manusia sejak dilahirkan, hingga menjelang akhir hidupnya, ia selalu menghadapi situasi saat ia harus member tanggapan. Untuk itu, ia harus mempelajari berbagai hal. Satu diantaranya ialah belajar mengenai cara-cara belajar.
1. Metode Belajar
Apa itu metode ? Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:652) menyebut metode sebagai “cara yang teratur dan terpikir baik-baikm untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb),” atau “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud metode belajar, secara singkat adalah, cara yang teratur untuk mencapai maksud belajar.
Dari sekian banyak metode belajar, kita perlu tahu beberapa metode penting berikut:
a. Metode SQ3R
Kebanyakan metode membaca buku teks yang digunakan murid terlampau pasif. Murid hanya sekedar membaca bab buku, kemudian menutupnya atau membacanya sambil menggarisbawahi. Murid bagaikan melamun dan membiarkan bahan bacaan tersebut masuk ke dalam pikirannya. Dan lebih lanjut, banyak bahan yang dibacanya itu keluar lagi dari pikirannya.
Selanjutnya, kebutuhan tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan metode belajar yang dirancang oleh pakar psikologis, Francis, P. Robinson (Dalam Alex Sobur, 2004:253) menyatakan bahwa “Metode SQ3R”. nama merupakan kependekan dari lima tugas yang harus kita hadapi atau kita lakukan, yaitu :
1) Survey (menyelidiki)
Sebelum mulai membaca, perhatikan judul dan rangkuman bab (jika ada) untuk menentukan bab tersebut. Hal itu akan member anda kerangka berfikir yang bisa digunakan untuk mengatur bahan yang and abaca. Pastikan bahwa anda mengerti tujuan bab itu dan apa yang hendak diajarkan.
2) Question (bertanya)
Sekaarang lihat lagi judul bab, dan ubah menjadi pertanyaan, dan tulislah pertanyaan tersebut. Dengan merumuskan pertanyaan, meningkatkan keingintahuan anda dan mengubah pembacaan anda menjadi tugas yang bertujuan tugas untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3) Read (membaca)
Bacalah bagian bab di bawah sub judul tersebut untuk mencari jawaban pertanyaan anda. Dengan cara ini, anda harus menggali bahan, aktif mencari hal-hal yang penting. Kunci tipe pembaca adalah selektif. Perhatian dipusatkan pada bahan yang paling penting. Membaca hendaknya tidak merupakan suatu perbuatan yang pasif, melainkan berupa perbuatan yang aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah anda buat.
4) Recite (menceritakan kembali)
Setelah menyelesaikan bab tersebut, jangan melihat buku dan ceritakan kembali kepada anda sendiri melalui ingatan (diucapkan dengan keras jika mungkin) jawaban pertanyaan anda. Selanjutnya, buka kembali lembaran tempat anda menulis pertanyaan dan buatlah jawaban dengan beberapa kata kunci. Paksakan untuk membuat catatan tersebut sesingkat mungkin. Langkah menceritakan kembali ini adalah sangat penting bagi “pemasukan” bahan tersebut ke dalam otak.
5) Review (mengulangi)
Setelah menyelesaikan bab ini, atau tugas harian di dalamnya, simak sebentar catatan ulangan tentang hal-hal yang penting dan simpulkan hubungan satu dengan lainnya.
Menurut Calhoun & Acocella (Dalam Alex Sobur, 2004:254), metode AQ3R telah diuji oleh mahasiswa pada beberapa perguruan tinggi dan telah terbukti berhasil menaikkan nilai rata-rata.
b. Metode PQRST
Setelah metode SQ3R, ada lagi metode lain yang pokok isinya hampir sama, yaitu metode PQRST, yang merupakan singkatan dari (P)review, (Q)uestion, (R)ead, (S)tate, dan (T)est.
1) Preview (menyelidiki)
Preview adalah suatu langkah atau tahapan sebelum seseorang membaca sebuah buku. Penyelidikan ini bisa dilakukan dengan membaca kalimat-kalimat awal atau kalimat-kalimat pokok pada permulaan atau akhir suatu paragraf, ataupun ringkasa pada akhir suatu bab.
2) Question (pertanyaan)
Pada tahapan Question seperti pada metode SQ3R, langkah yang pertama adalah bertanya. Jika pada akhir suatu bab telah ada daftar pertanyaan yang dibuat oleh pengarangnya, daftar itu sebaiknya dibaca terlebih dahulu.
3) Read (membaca)
Di sini, juga dianjurkan membaca secara aktif, yaitu pikiran seseorang harus memberikan reaksi terhadap apa yang dibacanya itu.
4) State (menyatakan)
Langkah selanjutnya ialah mengucapkan dengan kata-kata sendiri apa yang sudah dibaca.
5) Test (menguji)
Langkah yang terakhir dari metode ini ialah menguji pikiran apakah masih ingat akan hal-hal yang dibacanya itu. Di sini, seseorang mengulangi pelajarnnya itu sambil berusaha mengingat-ngingat pokok-pokok dalam pelajarn tersebut.
c. Metode Quantum Learning
Metode ini memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses yang bisa menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, dan menjadikan belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun negatif. Teknik-teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang music latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk member kesan sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
2. Efisiensi Belajar
Efisiensi adalah sebuah pengertian atau konsepsi yang menggambarkan perbandingan terbaik antara usaha dan hasil yang dicapai. Gie (dalam Alex Sobur, 2004:257). Dengan demikian, efisiensi sebagai perbandingan yang paling baik, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi usaha belajar dan segi hasil belajar.
a. Segi Usaha Belajar
Suatu kegiatan bisa dikatakan efisien jika prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Pengertian “usaha” di sini meliputi segala sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain-lain hal yang relevan dengan kegiatan belajar.
b. Segi Hasil Belajar
Suatu kegiatan belajar dikatakan efisien, jika usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.
G. Hubungan Belajar dengan Menghafal dan Ingatan
Belajar dilakukan semata-mata dengan menghafal. Hasil belajar ditandai dengan hafalnya seseorang tentang materi yang dipelajarinya. Belajar dan menghafal terdapat hubungan timbal balik, memang benar. Namun, belajar dalam arti sesungguhnya sebetulnya berbeda dengan menghafal. Menghafal hanya merupakan sebagian dari kegiatan belajar secara keseluruhan. Persamaannya adalah keduanya menyebabkan perubahan dari dalam individu.
Menghafal erat hubungannya dengan proses mengingat, yaitu proses untuk menerima menyimpan dan memproduksikan tanggapan-tanggapan yang telah diperolehnya melalui pengamatan (antara lain melalui belajar). Mengahafal adalah kemampuan untuk memproduksikan tanggapan yang telah tersimoan secara cepat, dan tepat sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.
Tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu tanpa tersangkutnya fungsi ingatan sebagai salah satu aspek atau fungsi psikis. Belajar tanpa memori, tanpa mengingat apa yang dipelajari adalah nonsense, tidak ada artinya. Dengan belajar, kita bermaksud mendapatkan sesuatu; ini tidak mungkin tanpa pertolongan ingatan. Ingatan yang kaya dan kuat sangat berjasa sekali dalam proses belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus respons dan teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukan hubungan yang terus-menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan suatu proses belajar. Teori belajar yang dimaksud ialah: (1) Teori Conditioning, (2) Teori Connectionism, dan Teori Psikologi Gestalt.
Jenis-jenis belajar bisa dikelompokkan berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar, cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, teknik atau metode belajar, dan sebagainya. Perkebangan atas pengelompokkan jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam
22 |
Secara garis besar, factor-faktor yang mempengaruhi belajar anak atau individu dapat dibagi dalam dua bagian. (1) Factor Endogen atau disebut juga factor internal, yakni semua factor yang berada dalam diri individu. (2) factor eksogen atau disebut juga factor eksternal, yakni semua factor yang berada di luar diri individu, misalnya orang tua dan guru, atau kondisi lingkungan di sekitar individu.
Tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu tanpa tersangkutnya fungsi ingatan sebagai salah satu aspek atau fungsi psikis. Belajar tanpa memori, tanpa mengingat apa yang dipelajari adalah nonsense, tidak ada artinya. Dengan belajar, kita bermaksud mendapatkan sesuatu; ini tidak mungkin tanpa pertolongan ingatan. Ingatan yang kaya dan kuat sangat berjasa sekali dalam proses belajar.
B. Saran
1. Diharapkan guru dapat mengetahui karakteristik belajar peserta didiknya. Dan bila perlu birubah cara beljarnya supaya hasil belajar lebih baik.
2. Bagi siswa ataupum mahasiswa, dapat menerapkan metode-metode belajar tersebut karena sudah banyak yang menggunakannya dan hasilnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia
Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Wikipedia Bahasa Indonesia. 2010. Belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar